●●●
Tahun 2982, manusia mulai melakukan migrasi dari bumi secara berkala. Penduduk bumi semakin banyak tiap tahunnya, ledakan populasi terjadi dalam 100 tahun terakhir. Kondisi bumi rak sepadan dengan banyaknya makluk yang menghuni di dalamnya, terjadi ketidak seimbangan di dalamnya.
Salah satu solusi para elite dunia adalah melakukan transfer para penduduk ke salah satu planet yang sejak awal sudah di gadang-gadang akan menjadi planet 'pengganti' saudara nya di tata surya, Mars.
Eleanor Park menjadi perempuan hamil satu-satunya yang akan di transfer ke mars pada gelombamg ke 456. Kondisi yang sebetulnya beresiko, bayi bisa saja selamat namun tekanan di ruang angkasa akan membuat banyak nya kemungkinan salah satunya cacat fisik.
Eleanor menatap pesawatnya yang akan lepas landas besok hari dari dekat, angin malam menyapu rambut halusnya. Ia mengusap perutnya yang sudah keras dan telah masuk pada masa perkiraan lahir bayinya.
Suara sepatu hak tinggi terdengar mendekat, Jeda, teman dekat Eleanor membawakan selimut untuk membalut tubuh perempuan muda itu.
"Aku akan pergi jauh sekali." Ucapnya lirih.
Jeda membiru mendengarnya, merasakan kehilangan begitu kuat. "Hiduplah dengan baik, Eleanor. Rawatlah anakmu dengan baik." Ujar Jeda.
Eleanor pun berbalik menghadap pada Jeda, temannya yang membawanya ke Mars, "Maukah kau berjanji satu hal padaku, Jeda?" Tanya Eleanor serius.
Jeda mengangguk mantap. "Akan aku lahirkan anakku bagaimana pun caranya, bahkan jika harus mengorbankan semua yang ada pada diriku termasuk organ, rangka, bahkan nyawa sekali pun. Berjanjilah, Jeda, saat aku tak selamat pulangkan ia ke bumi dan jaga dia."
Malam itu Jeda menyanggupi permintaan sahabatnya itu. Besok harinya, 8 Desember 2994 waktu Bumi, pesawat itu lepas landas dari stasiun luar angkasa di Florida, Amerika Serikat.
Eleanor berhasil mendarat di Mars, melewati masa karantina 2 minggu dan akhirnya ia di tempatkan di sebuah gedung seperti rumah susun. Mars yang di lihat di abad 21 benar-benar berubah dengan abad ini, tidak ada baju astronot, kubah, atau alat-alat pelindung lainnya.
Mars siap di huni.
Namun tepat masa karantinanya habis, bayinya ingin keluar, melihat dunianya.
16 jam Eleanor harus berjuang bertaruh nyawa dengan kondisi masih dalam mode adaptasi lingkungan Mars. Tepat pukul 9 pagi waktu Mars, anaknya lahir, bayi laki-laki yang amat sehat, putih bersih, hidung mancung dengan bibir merah, mematahkan dugaan anaknya akan terlahir cacat.
"Selamat nyonya Park, bayi anda laki-laki dan sehat."
Suara tangisan itu merdu sekali di telinga Eleanor, bahkan bukan hanya bayinya yang menangis karena ia juga terisak di tempatnya. Hebat sekali ia dan bayinya berjalan di garis takdir semesta, melawan semua asumsi manusia akan lahirnya bayi dari ibu yang melakukan perjalanan ke Mars.
Hanya 10 menit kebahagiaan Eleanor, evakuasi darurat di lakukan sebab gunung merapi terbesar di tata surya telah meletus dan mengalami vulkanisme tingkat 1.
"Apa yang terjadi?" Tanya Eleanor
"Kami harus memindahkan anda, nyonya. Olympus Mons telah mengeluarkan laharnya."
Olympus Mons, gunung berapi terbesar dan tertinggi di tata surya. Besarnya hampir sama dengan negara bagian Arizona atau dua kali lipat pulau Jawa. Gunung api itu meletus dua kali dan dentumannya membuat gempar cukup besar melanda ibukota planet Mars, kota Alnizer.
Seorang ibu dan anaknya itu di bawa menggunakan transportasi terbang seperti pesawat temput dan terdapat ruangan persekat di dalamnya, diisi oleh warga sipil yang bisa di selamatkan. Gempa susulan kembali terjadi, Olympus seperti menolak negerinya di jajah oleh manusia.
Dalam kengerian pesawat mulai mengudara, menuju langit-langit Mars yang di dominasi kabut dari gas karbon dioksida. Mereka mendarat ke kota besar kedua setelah kota Alnizer, kota Sonawira.
Eleanor masih merengkuh anak laki-lakinya yang belum ia berikan nama itu. Suara tangisannya sedari tadi memenuhi ruangan, belum berhenti sejak ia lahir ke dunia.
2 jam setelah mendarat Eleanor akhirnya bisa berduaan dengan anaknya, memandangi wajah menggemaskan yang masih memerah itu dengan penuh binar di matanya. Kemudian dia mulai menyentuh setiap wajah anaknya, bahagiannya menjalar ke seluruh tubuh.
Tak lama masuk seorang bidan yang membantunya melahirkan. "Selamat Siang, nyonya. Kami harus mengurus berkas kelahiran untuk melengkapi identitas sang bayi. Bayinya akan di beri nama siapa?"
Eleanor diam sejenak, wajah bayi itu sangat mirip dengan ayah sang bayi, rasanya tak adil jika semua garis wajah itu milik sang suami tapi tak ada satu pun unsur nama dari pria itu. "Pierre .. nama belakangnya Pierre."
Bidan itu mencatat dan menunggu nama depan sang bayi, "Bagaimana dengan nama depannya, Nyonya?" Tanya sang perawat.
Eleanor tersenyum dengan jari telunjuknya menyentuh hidung bangir dan bibir merah bayinya yang masih menangis mengisi seluruh ruangan darurat itu.
"Namanya, Olympus Pierre."
●●●
hai, kalderanizer di sini!
ini cerita Enhypen pertamaku, semoga bisa suka dengan tema yang aku bawakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Olympus (SUDAH TERBIT)
Fanfiction[OLYMPUS UNIVERSE #1] *CERITA LENGKAP* pada tahun 2998, Olympus Mons meletus mengakibatkan gempa besar-besaran di seluruh Mars. Tiap kali Olympus Mons meletus, akan terjadi sesuatu pada pria dengan nama hidup Olympus Park alias Park Sunghoon. Migra...