0.2 - Sirα

49 9 0
                                    

Ora ngerti kentang kimpule

-K a t a T e m u-

Cuaca di luar mendung, maklum saja kota ini tengah dilanda musim penghujan hingga udara di sekitarnya juga menjadi lebih dingin.

Dua minggu sudah ia bekerja pada tempat ini, selalu ramai mungkin karena rempat ini menyajikan kopi dengan rasa yang pas sehingga banyak pelanggan yang kembali hampir setiap harinya.

Aroma kopi yang diracik sampai pada indera penciumannya. Ketika rintik hujan sedikit demi sedikit menjatuhi bumi fokusnya ada pada bel yang berbunyi pada pintu masuk.

Tiga orang perempuan dengan dua laki-laki yang berjalan di belakang. Tiga diantaranya langsung mencari tempat duduk tepat di dekat jendela, sedangkan dua diantaranya berjalan menuju meja depan untuk memesan barangkali.

"Mas Diar ada tidak?"

Tito selaku teman kerjanya yang sedang ditanyai tersenyum ramah pada perempuan itu. "Ada Kak, saya panggilkan dulu."

"Yaelah, Kak Tito formal banget. Aku sama Ainaya kan lebih muda Kak, muka kita seboros itu apa?"

"Namanya juga lagi melayani, Za wajar saya bicara seperti itu."

"Biarkan Mas, Zahro orangnya kek pisau, mulutnya tajem. Sama Mas Tito gak masalah juga, kok," ucap perempuan berkerudung hitam itu.

"Ainaya mau pesen apa?"

"Aku mau ...."

"Khm, Naya kasih teh saja Kak! Jangan kasih kopi, nanti Patihnya ngamuk, bersabda lagi, kita yang pusing ngurusin nih anak satu. Heran, gak ada kapok-kapoknya jadi orang."

"Kan udah lewat dua minggu Zahro, udah boleh kali kalau minum kopi."

"Mati lo lama-lama kalau keras kepala kaya gitu."

"Mulutnya." Ainaya mencebik, padahal dia ke kedai kopi kan untuk minum kopi bukan minum teh di kedai milik Diar. Lagipula Diar itu sukanya teh heran kenapa malah buka kedai kopi. Ya, walaupun tidak hanya kopi saja, ada juga beberapa kue-kuean dan teh tapi, tetap saja namanya kedai kopi.

"Jadi pesennya kaya biasa? Minus Vanilla Latte punya Ainaya diganti sama teh? Yakin dia sanggup?"

"Mau gak mau, pengawalnya lagi tugas Kak." Tito mengangguk paham, ia membuatkan pesanan sedangkan Ainaya dan Zahro kembali ke tempat duduknya.

Dapat ia dengar jika perempuan bernama Ainaya itu sedang berdebat dengan temannya perihal kopi rasa teh yang dipesankan olehnya. Bau buah-buahan dan cokelat menguar pada kedua perempuan itu, walaupun sedikit tercampur dengan bau kopi.

Ia kembali pada pekerjaannya, mengantarkan pesanan milik para pelanggan, musim hujan ditemani secangkir kopi di meja adalah perpaduan yang menyenangkan.

"Gue kelihatan ngenes."

"Jodoh lo cari gih, kasihan gue liat lo lama-lama."

"Sok banget ya kamu, kaya situ udah punya pasangan aja."

"Masih Otw jodoh gue."

"Masih proses? Nanti dikira pedofil lo nikahin bocah ketika udah tua."

Kata TemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang