TXT lokal [Brothership ff]
Harap tinggalkan jejak bila mampir 💗
Enjoy ❤
-Sorry for typo-------+x+------
Semakin kau lemah, maka beban yang kau rasakan akan semakin berat
-Our lightsSebuah rumah mewah yang tadinya sempat ramai kini berangsur lenggang. Karangan bunga bertulis ucapan bela sungkawa berjejer menghiasi pekarangan. Nampak para pekerja berlalu lalang mengantar para tamu yang hendak memberi penghormatan.
Hampir setengah jam, dan kini rumah mewah itu telah benar-benar sepi. Menyisakan segelintir pekerja dan bodyguard yang berlalu lalang membersihkan sekitaran mansion yang sedikit berantakan.
Empat pemuda dengan balutan tuxedo hitamnya terlihat duduk terdiam diruang tamu. Keheningan masih memegang kendali. Bungkam adalah pilihan untuk menjernihkan pikiran dan menenangkan hati.
Keempat nya baru saja berduka. Sebab baru saja kehilangan satu sosok paling berharga dan berjasa dalam hidup mereka. Sosok lemah lembut nan berwibawa yang biasa mereka sebut sebagai 'Ayah' kini pergi meninggalkan mereka dengan luka menganga serta wasiat yang tanpa sadar kembali menoreh luka.
Tentang sebuah rahasia besar dibalik besarnya nama Bagaskara. Alasan yang membuat satu sosok malaikat yang harusnya mereka sapa 'Ibu' kini telah pergi menjauh.
Kebencian perlahan mulai meradang dalam hati. Luka atas pengkhianatan dan rasa sakit akibat ditinggalkan. Ego dipaksa menang demi menuntaskan kebencian. Meski Sebenarnya, tak ada yang bisa disalahkan diantara mereka. Tidak Ayahnya, ibunya, wanita itu ataupun.. Dia.
Sayangnya, dendam yang mulai menghitam terlanjur membutuhkan sebuah pelampiasan.
Helaan nafas berat terdengar dari bilah yang paling tua. Sosok pemuda gagah dengan mata setajam rubahnya itu kini terdiam dengan tatapan kosong. Helaan nafasnya mengundang atensi ketiga saudaranya. Lantas fokus mereka teralih pada sebuah surat wasiat peninggalan Sang Ayah yang tadi sempat dibacakan oleh Pengacara pribadi milik Ayah mereka.
"Langit.." ucapnya pelan, membuat Sang adik kedua menoleh pelan.
"Tiga hari lagi, kita jemput dia kesini" sorot Langit berubah tak terima.
"Bang, bercanda kan?!" Arjuna diam tak menjawab, membuat Langit mendengus keras.
"Gak! Abang tau sendiri dia--"
"Abang gak mau debat Langit! Kalian semua juga tau sendiri kalo ini amanah dari Ayah. Mau gak mau, suka gak suka, kita juga harus terima dia"
Langit mengalihkan pandangan. Sorotnya jelas diselimuti amarah. Sang Kakak tertua pun melangkah pergi. Meninggalkan ketiga adiknya yang setia terbungkam dengan tangan terkepal dan pandangan yang sudah kembali kabur oleh genangan air mata.------+x+------
..
.
[Tiga hari kemudian]
Pagi ini, tepat pukul sembilan lebih dua puluh menit, Arjuna dan Langit pergi ke tempat yang menjadi salah satu amanah dari Sang Ayah. Berbekal sebuah alamat yang Ayah mereka berikan, kini keduanya telah berdiri didepan sebuah rumah sederhana dengan taman kecil yang nampak asri di bagian halaman depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Lights || TXT Brothership
FanfictionAku mungkin memang terlahir dari sebuah kesalahan. Tapi.. apa itu juga menjadi kesalahanku jika aku terlahir dengan cara seperti ini..? ---------------------+x+--------------------- TXT!Ff! Genre : Brothership-sad by : bearynnn