Bagian 2

20 2 0
                                    

Hari ini merupakan hari pertama mereka menginjakkan kaki di sekolah sebagai siswi kelas dua belas. Waktu memang cepat banget berlalu, padahal baru kemarin mereka merasakan jadi murid kelas sepuluh yang baru mengenal dunia perputih abu-abu-an dan sekarang Aya, Key, Akay, dan Una sudah harus merasakan masa-masa yang menegangkan kembali. Dimulai dari banyaknya jadwal ujian yang akan mereka hadapi, mengikuti les tambahan, jadwal latihan ekstrakurikuler yang juga harus di ikuti mereka. Ahh meresahkan!

  
“Ha? Aya, Akay, Una! Ini beneran kelas yang bakal kita tempati selama setahun ini? MasyaAllah, kenapa gak dari kelas sepuluh sih kelas kita sebagus dan selebar gini? Lihat-lihat, AC ada, kipas angin juga ada, lemari buku dan barang-barang juga ada, masih baru ya lemarinya? Asli dah Alhamdulillah banget kita dapat kelas ini.” Teriak Key yang membuncah seketika membuat orang-orang yang berada di sekitarnya terkejut mendengarnya.


“Etdah, Key, pengang ni kuping gara-gara lo! Ada-ada aja, coba satu hari aja kalem,  cool, bisa gak?” Kata Akay yang memang sudah bosan mendengar lengkingan-lengkingan suara Key itu.


   Ya, memang begitulah setiap harinya si empat sekawan itu, pasti ada aja hal-hal yang membuat kegaduhan. Tapi, ada satu orang yang sudah merasakan hawa-hawa tidak mengenakkan, dari awal dia berada di ambang pintu kelas tersebut dia juga sudah merasakannya, padahal selama dia berada di sekolah ini belum pernah merasakan  hal-hal mistis seperti ini lagi.

   Dan tiba-tiba Una menyenggol bahu Aya pelan, karena selama mereka berada di kelas tersebut, sikap Aya-lah yang terlihat aneh. “Ay, kenapa kok melamun?”. Tanya Una penasaran.

“Eh, eum.. Ng-gak, enggak ada apa-apa kok.” Jawab Aya gugup.

“Beneran? Kok dari tadi gue lihat cuman lo doang yang melamun nggak jelas gitu, apa ada yang lagi ganggu pikiran lo?” Tanya Una lagi, yang MASIH penasaran dengan Aya.

“Astaghfirullah Una, iya beneran gue nggak apa-apa.” Jawab Aya mengelus dada seraya menggelengkan kepala karena kembali mendengar pertanyaan yang di lontarkan Una untuk dirinya. Aya tak habis pikir sama sahabatnya yang satu ini, kepo-nya itu loh, haha.

“Hm.. Ya udah deh.” Jawab Una mengakhiri.

   Setelah dari pertanyaan-pertanyaan kepo dari seorang Yumna Kirana, Aya pun kembali dalam diamnya dengan sejumlah pertanyaan lagi yang sedang mengganggu pikirannya. Nggak habis-habis ya pertanyaan yang harus di jawab dan di pecahkan oleh Aya?

“Selama gue sekolah disini kok jarang banget ya ngerasain akan kehadiran makhluk-makhluk gitu? Ya baru kali ini bisa ngerasain kehadiran makhluk lagi, di sekolah ini! Dan pada saat di koridor  jalan ke kelas ini pun gue nggak bisa ngerasain sosok itu, heran, kok cuman bisa ngerasainnya di kelas ini aja ya?” Gumam Aya di dalam hatinya.

“Ay, kita duduk di bangku belakang itu yuk?” Ajak Akay kepada Aya sembari menunjuk bangku yang di maksud Akay.

“Hah? Serius lo? Tumben mau di bangku belakang?” Tanya Aya tak percaya, karena biasanya Akay itu emang nggak pernah mau kalau di ajak duduk di paling belakang, kok ini dia mau ya?

“Iya serius, biasanya kan kita duduk di bangku depan terus dan rasanya tuh bosan gitu, pengen ngerasain hal baru aja, gimana sih duduk di belakang itu hehe.” Kata Akay penuh percaya diri.

“Tapi kan, Ay, kita enggak di paling belakaaaang banget, tapi bangku ke dua dari belakang itu lo.” Sambung Akay.

“Dasar Akay, sama aja kali itu bangku terbelakang juga tauuuu! Ya udah deh.” Jawab Aya kikuk.

****

Bila kau cemas dan gelisah akan sesuatu, masuklah ke dalamnya sebab ketakutan menghadapinya lebih mengganggu daripada sesuatu yang kau takuti sendiri.— Ali bin Abi Thalib.

The unseen but I loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang