Pelataran sekolah mulai sepi bersama dengan murid-murid yang mulai meninggalkan rumah belajarnya dengan berbagai perasaan. Ada yang kecewa, sedih dan senang oleh hasil kerja keras mereka selama satu semester. Ada juga yang dimarahi oleh orang tuanya lantaran warna merah memenuhi isi rapotnya. Fenly yang saat itu berusia 14 tahun terlihat senang menatap selembar kertas ditangannya. Otaknya yang ber-IQ tinggi itu membuatnya loncat kelas beberapa kali dan menyamai kelas kakaknya yaitu Shandy. Shandy juga pintar, namun tak sejenius Fenly.
Hari ini mereka mendapatkan rapot dengan hasil yang memuaskan. Fenly berada di peringkat pertama menggantikan posisi Shandy sebelumnya, sedangkan Shandy berada di posisi kedua dan terlihat sedikit bersedih. Tapi mau bagaimanapun, ia tetap senang jika adiknya itu bahagia.
Sesampainya dirumah, mereka menunjukan hasil rapot mereka kepada Mama. Mama memperhatikan Shandy dengan wajah datarnya, di matanya terlihat sebuah kekhawatiran. Seharusnya ini tidak boleh terjadi. Tapi ya bagaimana, ini juga bukan salah Shandy ataupun Fenly.
Tidak lama kemudian, bel rumah mereka berbunyi. Fenly dengan sigap langsung membukakan pintu untuk tamu mereka. Rupanya itu Riani, pembantu baru rumah mereka karena yang sebelumnya sedang cuti hamil. Sebenarnya Mama bisa saja mengurus rumah sendiri, tapi suaminya menyuruhnya fokus mengurus anak saja.
Mama mengantar Riani ke kamarnya dan menyuruhnya untuk segera ke dapur, kemudian membantunya menyiapkan makan malam. Selama memasak, Mama hanya diam dan tidak mengatakan apapun kepada Riani, padahal seharusnya dia menjelaskan banyak hal agar Riani bisa dengan mudah bekerja di rumah ini.
Riani berpikir bahwa majikannya itu mungkin memang pendiam, padahal sebenarnya Mama sedang mengkhawatirkan Shandy. Apa yang akan Shandy alami kali ini? Kejadian semester lalu saja masih hangat dipikirannya, apalagi Shandy yang mengalaminya langsung.
"Bu saya antar ini ke kamar Shandy dan Fenly ya," kata Riani yang sepertinya tak di dengar oleh Mama. Lantas ia pergi meninggalkan Mama yang sedang melamun.
Riani pergi melewati lorong dan sampai di depan 3 pintu kamar. Ia tidak tahu yang mana pintu kamar Shandy dan Fenly, jadi dia membuka asal ketiga pintu itu. Kamar pertama terkunci. Diketuk tidak ada yang menyahut. Namun, dari kamar disebelahnya Shandy membuka pintu kamarnya mendengar ketukan pintu Riani.
"Oh yang ini kamarnya Dek Shandy! Ini saya ada bawa camilan untuk Dek Shandy dan Dek Fenly."
"Ah iya, terimakasih. Kamar Fenly disebelah sini," tunjuk Shandy kemudian menutup kembali pintu kamarnya.
"Selamat menikmati, Dek."
Masing-masing dari mereka sedang belajar dengan suasana yang berbeda. Shandy belajar dengan sangat fokus, sedangkan Fenly sambil mendengarkan musik. Jadi saat Riani membawakan camilan dan susu untuknya, Fenly tidak menyadarinya dan tetap fokus dengan buku-bukunya.
Dikamarnya, Shandy memperhatikan camilan kesukaannya. Namun entah mengapa, rasanya tak pantas untuknya memakan camilan itu dengan nilai yang ia dapatkan. Kemudian ia memutuskan untuk keluar, membantu menyiapkan makan malam. Shandy menata meja dengan piring dan sendok sampai Ayah datang dan langsung duduk di meja makan.
"Mana rapot kamu?" tanya Ayah
Shandy tak menjawab dan langsung ke kamar untuk mengambil rapotnya. Jantungnya berdegup kencang di setiap langkahnya menuju kamar dan kembali membawakan rapot untuk sang ayah. Melihat hasil rapot Shandy, Ayah menjadi sangat marah. Ia sangat benci ketika Shandy di kalahkan oleh adik angkatnya. Ayah sudah menyiapkan masa depan untuk Shandy nantinya, tapi Shandy malah menghancurkan rencananya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[X] Eks || Shandy UN1TY
FanfictionShandy yang merupakan seorang jaksa yang kompeten harus menyelesaikan sebuah kasus dengan sebutan X, kasus yang juga merenggut kedua orang tuanya. Perlahan Shandy mulai menemukan kebenaran demi kebenaran tentang orang tuanya yang tidak pernah ia ket...