*1*

133 15 0
                                    

Suatu hari sebuah keluarga hidup bahagia dengan ketiga anak mereka. Malam itu mereka berkumpul di ruang keluarga menonton siaran konser sebuah Grup Idol ternama. Sang anak kedua sangat antusias menonton siaran konser itu dengan gembira ia berjalan mendekat ke televisi.

"Wah! Mama Papa aku ingin jadi idol seperti mereka!" katanya sambil menunjuk layar televisi

Sang Ibu kemudian tersenyum sambil menggendong putri ketiga yang masih bayi. Ia memandangi suaminya lalu kembali ke sang anak kedua.

"Iya Moona. Mama dan Papa akan selalu mendukungmu,"

Sang Ayah mengangguk menyetujui perkataan istrinya. Kegembiraan Moona bertambah saat melihat kakak laki-lakinya memberikan respon yang sama dengan kedua orang tuanya. Sang Ayah kemudian mendekati putrinya dan langsung mengelus rambut blonde(pirang) anaknya.

Suatu hari nanti aku ingin menjadi Idol, -batin Moona

Sejak kecil Moona memiliki tubuh yang lemah dan sering sakit-sakitan. Orang tuanya memberikan perhatian lebih terhadap Moona karena kondisi tubuhnya. Namun, ia tidak patah semangat untuk menggapai impiannya menjadi seorang Idol. Moona dan keluarganya selalu mengunjungi pantai dipinggiran kota saat akhir pekan. Moona sangat menyukai laut dan pemandangan langit yang cerah. Disinari cerahnya mentari Moona bermain ombak bersama kakak dan adiknya. Moona sangat senang hingga ia tertidur pulas bersama saudaranya dalam perjalanan pulang.

Waktu pun terus berlalu hari berganti minggu, minggu berganti bulan, hingga berganti tahun. Demi mencapai impiannya Moona terus melatih kemampuan bernyanyinya secara otodidak dengan menonton Youtube. Seluruh anggota keluarga mendukungnya secara penuh impian. Oleh teman sekolahnya Moona dikenal dengan suaranya yang merdu dan sering mewakili sekolah pada perlombaan menyanyi.

Semenjak duduk di bangku sekolah Moona sering mengalami keletihan dan sakit sehingga sering absen dari sekolah. Hal itu terus berlanjut dan bertambah parah beberapa kali Moona mengalami pusing disertai penglihatannya yang kabur. Dokter mendiaknosis Moona mengidap anemia dan menyarankannya untuk mengurangi aktivitas berat serta mengkonsumsi makanan bergizi. Setelah mengikuti saran dokter tersebut kesehatan Moona perlahan kembali pulih.

Menginjak usia 17 tahun Moona semakin mempermantap kemampuan menyanyinya. Suatu hari dia melihat selebaran audisi idol yang diadakan oleh sebuah perusahaan rekaman. Moona bertekat untuk mengikuti audisi idol itu. Tidak lama lagi ia akan menggapai mimpinya. Dia terus berlatih di kamarnya beberapa kali Moona meminta adiknya untuk menjadi juri penilai.

Malam itu Moona baru saja selesai latihan vokal. Saat hendak mengambil segelas air tanpa sengaja ia menjatuhkan gelas tersebut. Tangan yang dia pakai untuk memegang gelas berasa kesemutan. Ketika ingin membersihkan pecahan kaca tiba-tiba ia merasa kepalanya sakit sekali disusul penglihatan yang mulai kabur dan kehilangan kesadaran.

"Kak! Makan malam sudah siap! Ibu membuat makanan kesukaan kakak, loh!"

Sang adik terus mengetuk pintu kamar namun tidak mendapat jawaban. Kemudian dia membuka pintu kamar dan mendapati sang kakak perempuan tidak sadarkan diri. Sontak ia berteriak memanggil seisi rumah. Moona langsung dilarikan ke rumah sakit. Perawat yang menangani di UGD menyatakan kondisinya koma kemudian membawanya ke ICU. Dokter yang memeriksa mendiaknosis Tumor Otak* stadium 3. Sontak kabar tersebut membuat keluarga bersedih.

Selama sebulan Moona mengalami koma. Dokter berupaya menghambat pertumbuhan sel kanker dan melakukan pembedahan. Namun kanker semakin mengganas dan naik ke stadium 4 atau stadium akhir. Hingga tibalah malam itu...

"Hum? Ini dimana!?"

Moona bangun dari ranjang tidur dan masih mengenakan baju pasien. Dia melihat seisi ruangan lalu berjalan menuju jendela. Lalu ia mendengar suara teriakan dari belakang.

Moon(a)Where stories live. Discover now