to soak up the sun

2.7K 434 38
                                    

Mina melingkarkan lengan pada lipatan siku Yodha seraya tersenyum lebar. Jemarinya yang tersembunyi rapi di balik tubuh mereka mencubit pinggang Yodha. Tidak terlalu kuat, hanya cukup untuk memberikan isyarat kapan harus memulai hal-hal yang telah mereka latih beberapa minggu belakangan.

Kelopak mata Yodha berdilatasi sejenak, sebelum pandangannya melunak dan hasil latihan kelas akting mereka selama berjam-jam mulai terlihat.

Pada dasarnya, menjadi bangsawan adalah tentang seberapa meyakinkan seseorang terlihat di depan publik. Persepsi umum kebanyakan orang telah mengaburkan batas profesional antara seorang figur publik dan individu yang ada di balik sebuah nama besar. Yodha mungkin telah berlatih menjadi pangeran seumur hidupnya, tetapi jam terbang Mina lebih tinggi dalam menghadapi puluhan kamera yang menyorot mereka dalam waktu bersamaan.

"Kanjeng Putri, hubungan kalian berdua sedekat apa sebenarnya?"

"Apakah cincin yang kalian berdua kenakan adalah cincin pertunangan?"

"Kanjeng Pangeran, apa yang disukai dari Kanjeng Putri?"

"Apakah kalian berdua saling mencintai?"

Mina mempererat genggaman pada lengan Yodha seraya menyandarkan kepala di bahunya. "Tentu saja kami saling mencintai! Bukankah sesama saudara memang seharusnya seperti itu?"

Pandangan mereka berserobok. Yodha terlihat seperti pria yang dimabuk cinta dari sorot matanya yang seolah menurunkan kewaspadaan ketika bersama Mina, bahkan meski mereka sedang berada di tempat umum. Mina melepaskan kontak mata lebih dulu. Wajahnya mungkin tidak terlihat bersemu kemerahan di depan kamera, tetapi mereka telah terbiasa dengan wajah jutek permanen Mina. Melihatnya sedikit rileks di depan kamera dan sesekali bertukar senyum dengan pasangannya malam ini sudah cukup dianggap sebagai bahasa kedekatan yang istimewa.

Yodha mengisyaratkan pada ajudan mereka untuk membuka jalan menuju tempat diselenggarakannya pesta ulang tahun ke-20 Gusti Bendara Raden Mas Banyuaji Rasagama, seorang bangsawan dari Semarang. Semarang mungkin bukan lagi wilayah di bawah pemimpinan Karesidenan sejak beberapa tahun sebelum era kemerdekaan Indonesia karena campur tangan Belanda, tetapi para bangsawannya masih hidup seperti raja dan sangat dihormati oleh penduduk setempat. Keluarga Banyuaji memiliki hubungan kekerabatan yang cukup akrab dengan Yodha, itu sebabnya mereka berdua menerima undangan kehormatan ini. Bagi Mina, ini adalah saat yang tepat untuk memamerkan kedekatan mereka ke publik, yang selama ini hanya menjadi spekulasi tabloid gosip.

Setelah mereka berdua berada di dalam ruang balai riung tempat acara diselenggarakan, Yodha dengan sopan memisahkan diri dari Mina. Mereka berjalan ke arah yang berlawanan untuk berbincang-bincang dengan tamu yang lain, sesuai dengan kesepakatan dan tujuan awal mereka menghadiri acara yang khusus mengundang para bangsawan Jawa yang lain.

"Kanjeng Putri Mina? Benarkah itu Anda?" terdengar sapaan dari arah belakang. Mina memiringkan kepala untuk mengerling ke arah pria tampan berpakaian serba putih di belakangnya, lalu tersenyum sambil membalikkan badan.

"Selamat malam, Kanjeng Pangeran Haryo Nitismara Rahagi," Balas Mina ramah. Ia menunggu pria di hadapannya mengulurkan tangan lebih dulu untuk bersalaman. "Senang bisa bertemu langsung dengan Anda, Pangeran Mahkota Karesidenan Klaten."

Nitismara tergelak sopan. Bahkan suara tawanya saja semerdu ini, pantas saja dia menjadi pangeran mahkota meski bukan anak raja dengan permaisuri. Mina mengamati pemuda tampan tersebut dengan cermat. Ia ingin tahu rahasianya.

"Tolong panggil saja Mara," ucapnya.

Ada yang dia sembunyikan dari balik kilatan matanya, dan Mina mengangkat tangannya yang tersemat cincin pemberian Yodha untuk menutupi bagian bawah wajahnya. "Hanya jika Anda memanggil saya Mina."

"Sepakat." Pandangan Mara berhenti sedikit lebih lama pada tangan Mina sebelum menganggukkan kepala. "Saya banyak mendengar tentang Anda, Mina, dan senang sekali rasanya bisa bertemu langsung. Tidak menyangka bisa secepat ini mendapat kesempatan untuk bertemu. Bapak saya, Kanjeng Prabu Gupitabawana ke-9 menitipkan salam untuk Kanjeng Prabu Arkabawana ke-6 dan mendoakan kesehatannya."

"Terima kasih atas perhatian Kanjeng Prabu pada Bapak, beliau sekarang jauh lebih sehat dari sebelumnya, tetapi dokter masih menyarankan beliau untuk beristirahat lebih lama." Mina menundukkan kepala. "Begitu juga dengan saya. Saya sangat mengantisipasi pertemuan dengan Anda pada acara hari ini."

"Benarkah?" kedua alis Nitismara terangkat. Di dalam kepala Mina segala rencana yang telah dia dan Yodha susun rapi mengalir begitu saja tanpa bisa terbendung. Guru akting Mina pernah mengatakan jika berpura-pura jatuh cinta tidak ada apa-apanya dibanding menekan rasa antusias terhadap hal yang ada di depan matanya, jadi Mina menghela napas pendek beberapa kali dan mencoba mengalihkan perhatiannya pada hal lain.

"Tentu saja!" Mina menganguk. "Saya ingin lebih banyak mengobrol dengan Anda, Mara, tetapi alangkah baiknya jika sekarang kita menemui tuan rumah terlebih dahulu."

"Ah, tentu saja! Mari saya temani, " Nitismara mengajak Mina menuju salah satu meja yang terdiri dari lima kursi melingkar. Tiga di antaranya telah terisi, salah satunya oleh sepupu Mina Yodha, yang asyik berbincang dengan seorang pria muda yang rupawan. Mina tidak perlu diberitahu bahwa dialah yang berulang tahun malam ini, meski mereka baru pertama kali bertemu.

"Sugeng ambal warsa (selamat ulang tahun), Gusti Bendara Raden Mas Banyuaji Rasagama," Mina menyerahkan kantong kertas berisi kado ulang tahun dalam jinjingannya untuk pemuda tersebut yang langsung diterima dengan semringah. "Tadi ajudan Anda di depan meminta saya menitipkan kadonya melalui beliau, tetapi saya bersikeras untuk memberikan langsung. Semoga Anda berkenan."

"Tentu saja! Terima kasih sudah repot-repot membawakan hadiah, Kanjeng Putri," balas Banyuaji tidak kalah ramah. "Silakan duduk, acara perjamuannya akan segera dimulai."

Mina duduk di kursi kosong di sebelah Yodha, pandangannya tertuju pada gadis muda di sebelah Banyuaji. Tetapi belum sempat dia bertanya, gadis tersebut berdiri dari kursinya untuk memperkenalkan diri.

"Selamat datang Kanjeng Putri Mina," tuturnya. "Saya GBRA Aarunya Kinanthi, adik sepupu Banyuaji. Semoga betah di Semarang."

***
Selamat hari Valentine!
Semoga suka dengan prolognya, ya. Silakan diramaikan dulu lapak ini.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kekasih Sang Putri (KSP #2) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang