"tauga sih beb," panggil gue yang baru aja ambil air mineral di kulkas, kemudian ikut duduk di sofa. "bukain dong,"
"tau apa?" tanya jay, meraih air meneral yang gue bawa kemudian membukanya.
"tapi jangan kasih tau siapa-siapa ya,"
"kenapa? kamu hamil?" tanyanya santai.
gue segera memukul lengan pria itu. "ih engga, bukan aku!"
"siapa dong?" tanya jay, kemudian kembali menatap layar TV karna emang dia lagi main pees.
"jangan bilang siapa-siapa tapi!!!!" seru gue mengingatkan sekali lagi.
pria itu berdehem. "iya-iya, siapa yang hamil?" tanyanya.
"ayla,"
jay langsung berhenti memainkan game nya, kemudian menatap gue dengan terkejut.
"HAH?!" seru nya. "hamil sama siapa anjir? dia kan gak punya pacar!!! emang hamil sama genderuwo? atau hamil anak kodok?"
lagi-lagi gue memukul lengan pria itu dengan keras.
"kamu ngomong sembarangan banget!""ya abis aku kan kaget, orang dia engga punya cowok kok—jangan bilang one night stand?! aw! iya-iya maaf!"
"kamu sekali lagi ngomong sembarangan aku cubit loh ya, beneran," ancam gue.
"ini gak masuk akal banget sumpah—kalo kamu yang hamil kan udah jelas pasti anak a—DUUUUUUUH!"
"diem duluuu dong," keluh gue, kemudian mengelus paha jay yang barusan gue cubit itu. "sakit banget gak?"
"..."
"jawab woi,"
"katanya suruh diem!!" keluh jay.
"ga diem juga ih—maksud aku tuh, bereaksi sewajarnya aja, engga usah berlebihan."
"ini tuh reaksi sewajarnya ketika denger temen hamil padahal engga punya pasangan,"
gue menatap jay kesal.
"kamu mah diajak ngomong ngejawab mulu, engga mau kalah banget.""iya iya kamu lanjut cerita aja, aku bakal bereaksi yang se-wa-jar-nya." kata jay penuh penekanan di kata sewajarnya.
gue memicingkan mata.
"ayoo.. cerita,"
"udah, pokoknya gitu," ujar gue yang udah males sama jay.
"gitu gimana?" tanya nya.
"ya gitu, ayla hamil."
"sama?"
"sunghoon."
"..."
"..."
"beneran?" tanya jay menatap gue tidak percaya, gue menganggukan kepala.
"kaget banget gak?"
"banget, sumpah, speechless." kata jay kemudian mentutup mulutnya dengan telapak tangan saking engga percaya nya. "mereka pacaran?"
gue menggelengkan kepala.
"engga, ga pacaran,""terus? friends with benefit?"
"engga juga—eh, gatau deh,"
"abis itu gimana? ayla udah bilang sunghoon belum?"
"udaaah, katanya sunghoon mau tanggung jawab."
jay menghembuskan nafas lega.
"untung deh," katanya, kemudian kembali menatap gue. "eh bokap nya ayla ustazah kan?""hah?" kaget gue. "ustaz anjir, ustazah buat cewek."
"oh, iya-iya, pokoknya itu. betul kan ya? penasaran reaksi bokapnya ayla gimana."
"itu gosip dari mana sih?" keluh gue. "bokapnya ayla bukan ustaz. e tapi aku juga penasaran sih gimana ya reaksi ortu nya ayla sama sunghoon."
"kan,"
"paling ntar ayla juga cerita,"
"kalo dia cerita kasih tauin aku juga ya," ujar jay.
"iya tapi kamu jangan kasih tau siapa-siapa. kalo nanti sunghoon ngasih tau juga pura-pura kaget aja,"
"oke,"