Hokuto membeku kaku sambil terus meruntuk panik dalam hati. Sahabatnya yang lain, sama sekali tidak membantu. Makoto justru ikut serta bergabung memasang wajah sinis. Seolah baru tersadar kalau mereka memiliki urusan yang kurang baik sebelumnya.
Aduh, bahkan Hokuto sendiri hampir menepuk jidatnya jika tidak ingat ada Kazuma disini. Rasa sebalnya perihal kue berwarna merah itu masih ada, tentu saja. Bagaimana mungkin dia lupa? Ha! Jangan harap! Terlebih nada manja Ayumi pun masih bercokol di ingatannya. Namun daripada itu, Hokuto jauh lebih memikirkan nasib tugas kelompok mereka. Sensei yang satu ini sangat disiplin. Ingat Hokuto tadi secemas apa ketika dia terlambat masuk?
'Ini tidak akan mudah...'
Baru pertemuan pertama loh sudah perang dingin. Dan sangat mungkin akan terus berjalan seperti ini. Serigalanya ini sudah jauh lama mendapat cap kurang menyenangkan. Dimulai dari saat debat presentasi di akhir tahun pertama mereka dulu. Beberapa bulan sebelum Hokuto dan Kazuma memutuskan untuk berpacaran. Hokuto ingat kelompoknya dan Itsuki dibuat mati kutu. Dia juga mengingat jelas kalau sepulangnya dari kuliah, Hokuto mencak-mencak marah langsung pada Kazuma. Makanya trio ini diam-diam punya dendam kesumat dan akan susah sekali menghapusnya.
Sedang pusing-pusingnya memikirkan jalan keluar, jari-jemari Kazuma menyusup ke sela milik Hokuto yang terhalangi tas mereka berdua di bawah meja. Kemudian diusapnya punggung tangan Hokuto itu dengan lembut dan penuh sayang.
"Maaf."
Hokuto yang terkejut menoleh. Hatinya kemudian berdesir hangat, ambyar.
A–, Kazuma memang tidak menatapnya ketika mengucapkan kata maaf tadi. Tetapi, Hokuto sangat tahu kalau permohonan maaf Kazuma barusan itu, ditujukan untuknya. Setengah mati Hokuto menahan diri untuk tidak salah tingkah. Karetnya lepas, bubrah. Kazuma ini masih mau merusuhinya dengan membuat hatinya tiba-tiba berdebar-debar kan?! Ngaku?!
"A–"
"Lain kali, akan aku ganti. Maafkan ketidaksopananku kemarin." Seiring kalimatnya, pandangan Kazuma dan Hokuto bertemu. Senyum tulus, Kazuma ukir pada belah bibirnya. "Pasti nggak enak sekali kan buat kalian?"'AAAAAA! TIDAK SANGGUP LAGI! HOKUTO MAU PULANG SEKARANG JUGA!'
• • •
Hokuto menghembuskan nafasnya panjang-panjang. Kepalanya dia sembunyikan pada lipatan tangan di atas meja. Mengendalikan diri.
Seperginya Itsuki dan Makoto yang menawarkan diri untuk memesan makanan pasca permohonan maaf Kazuma, Hokuto ambruk lemas. Tidak tahu lagi seperti apa bentuk wajahnya sekarang. Dia yakin rona merah sudah merambat hingga ke telinganya. Sial, Hokuto lemah sekali.
"Perlu aku pinjamkan topi tidak, hm?" Tawar Kazuma masih betah menggoda. Tangannya yang dilepaskan tautannya paksa oleh Hokuto, bergerak menjawil pipi pemuda itu.
"Diam!" Amuk Hokuto menjauhkan diri. Padahal kafetaria sedang ramai karena tengah memasuki waktu makan siang, bisa-bisanya Kazuma segamblang ini mengganggunya! Awas saja Hokuto akan membalasnya nanti.
"Kekeke, jangan ngambek. Aku serius mengatakannya tadi."
"Heem." Hokuto mengangguk. Cepat-cepat meng-iyakan saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only Look at Me [ KazuHoku ]
FanfictionTerinspirasi dari lagu 나만 바라봐 (Only Look At Me), Taeyang. Menjadi golongan masyarakat yang melawan arus itu tidak mudah ya? Kazuma dan Hokuto sudah berpacaran lebih dari satu tahun. Entah apa yang salah namun, hubungan mereka berdua justru tumbuh me...