Bab 2. Sejarah

17 3 7
                                    

Reika terus memegang pundaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Reika terus memegang pundaknya. Berjalan menelusuri lorong, tempatnya masih jauh. Setelah menginjakan kaki di kamarnya, Reika mengganti pakaian. Hari ini adalah tahun ajaran baru, gadis bersurai ungu ini menjadi siswi kelas satu SMA.

Tangan mungilnya mengambil tas khusus berlogo kecil, terlihat corak paus. Mengenakan sepatu lalu berlari kecil, saat itu langkahnya terhenti. Mendengar tarian alat-alat dapur serta alat-alat makan, kancing matanya melirik ke dalam sebuah ruangan. Matanya memotret sang kakak dan kakeknya sedang makan bersama.

Penampakan ini sudah tidak asing lagi di matanya, tetapi tetap saja Reika penasaran. Namun, dirinya tidak ingin terus menatap mereka berdua. Walaupun begitu, hati kecilnya ingin duduk bersama mereka. Reika melanjutkan langkah kakinya, dirinya melewatkan sarapan.

Ini sudah sewajarnya, 'kan?

Reika terus menerobos keheningan yang menghadang jalannya. Hingga sampai pada ruangan yang begitu mewah, lampu menggantung dengan kristal menari-nari, sofa layaknya keluarga kerajaan, berbagai barang hiasan terbuat dari kaca, di sudut ruangan terdapat lukisan. Keluarga klan Tachibana yang lengkap, serta tangga menuju bagian dalam rumah yang berada di antara lukisan tersebut.

Reika berjalan mendekati pintu tinggi persegi panjang, ukiran-ukiran sebagai bingkai pintu coklat. Pegangan pintu tersebut berbentuk nada musik. Pintu tersebut dibukakan oleh pelayan di rumah tersebut.

"Hati-hati di jalan, nona muda," ujar salah satu pelayan itu dengan membungkuk.

"Iya. Terima kasih, semangat bekerja."

Nona muda atau pun nona Reika. Kedua sebutan tersebut yang selalu melekat pada diri Reika. Namun, Reika tertimbun berbagai pertanyaan dalam hatinya. Dia melewati pintu, menatap apa yang di hadapannya sekarang ini. Sebuah halaman yang lumayan luas, gerbang tinggi penuh ukiran berwarna putih. Sangkarnya ini dikelilingi dinding yang tinggi.

"Semoga hari anda menyenangkan, nona Reika," ujar pria yang membukakan pintu mobil.

"Kenapa anda ataupun yang lainnya selalu bersikap seperti ini kepadaku? Padahal aku bisa melakukannya sendiri," tanya Reika menghentikan langkahnya dan menatap pria tersebut.

"Sudah tugas kami untuk melayani klan Tachibana, juga seharusnya anda tidak memanggil saya dengan sebutan 'anda', nona Reika."

"Tetapi, aku bukan keluarga kerajaan. Aku ..., hanyalah gadis biasa," lirih Reika.

"Klan nona Reika adalah klan terhormat. Jika nona Reika tidak segera berangkat pasti akan terlambat," balas pria tersebut.

Reika terdiam, merasa tidak ada lagi alasan untuknya berdiam diri. Dia mulai mengangguk dan berjalan memasuki mobil.

Tanpa menunggu lama sang kakak datang, pelayan tersebut juga melakukan hal yang sama kepada Kai. Adik kakak kini duduk berdampingan. Namun, situasinya sangat canggung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 22, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Miracle : Dead or AliveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang