aloo. Pertama, aku mau ngasih tau.
Ini adalah short story yang aku buat sudah cukup lama tapi baru berani aku keluarkan sekarang.Isinya cenderung tidak terlalu menarik sebab tiap penggal aksara yang aku torehkan disini hanyalah pengisi kesengganganku belaka.
Terima kasih untuk yang mau singgah dan membaca. Aku harap kamu menikmatinya 💜
• c a t h a r s i s •
(n.) the purging or release of emotional tensions, esp. through kinds or art or music.
•❅──────✧❅✦❅✧──────❅•
Sorak nan riuh tepuk tangan seketika menggema hampir mengisi tiap-tiap sudut ruang sebagai korelasi untuk melodi indah yang ditumpahkan Min Yoongi bersama piano putih di atas panggung. Bergeming sejemang, mengawat kembali jiwa yang dirampas oleh reminisensi selama pertunjukan berlangsung tadi, satu tarikan tipis di atas bibir baru Yoongi dapatkan untuk ia tunjukan pada mereka-mereka yang memaku seluruh sorot mata ke arahnya dengan iris kagum setelah merajut nafas.Atensinya pandang sekeliling dengan kurva tipis yang sama, seketika terpaku saat tanpa disengaja menemukan satu presensi yang merampas puing-puing euforia yang sebelumnya berguna buat menerbitkan setipis lengkung di bibirnya tadi. Yoongi menegang, pendar nampak begitu kentara pada obsidiannya sebelum ia melempar wajah serampangan. Mengumpulkan sisa-sisa kekuatan untuk tegakkan tubuh, Yoongi beringsut menjauh dari panggung. Sedikit terhuyung sebab ia belum benar-benar mendapatkan kekuatan setelah kesalahan yang dilakukan matanya, pada akhirnya ia berhasil menjatuhkan bokong di atas kursi setelah dibantu salah satu staf.
"Kau baik-baik saja, Yoon? Astaga! Kau tadi pucat sekali. Aku bahkan berpikir bahwa yang berada di atas panggung tadi adalah mayat hidup, bukannya manusia." Namjoon muncul dari balik kepungan manusia yang berlalu-lalang. Gurat khawatir tercetak jelas di atas wajah pemuda itu saat mendapati wajah Yoongi yang semakin pucat.
Yoongi mengukir seulas senyum, semata-mata meyakinkan Namjoon jika tidak ada yang perlu dicemaskan."Aku baik-baik saja. Ini mungkin karena efek gugup."
Selalu seperti ini. Namjoon terlampau sering mendapati Yoongi mendadak syok dan wajahnya memucat tiap kali Min sulung itu menyelesaikan penampilannya. Dan Namjoon juga terlampau tahu jawaban apa yang akan lolos dari bibir Yoongi ketika ia bertanya alasan dibalik wajah pucatnya: efek dari gugup. Selalu seperti itu. Dan Namjoon tidak terlalu dungu untuk mengerti bila perkara wajah pucat itu bukan hanya dikarenakan gugup. Ayolah. Yoongi bukanlah pianis baru yang demam panggung setiap ia hendak tampil di depan banyak orang. Lebih lagi perubahan wajah Yoongi mulai terjadi satu tahun belakangan ini. Agak sedikit janggal memang bila Namjoon menelan mentah-mentah paparan Yoongi yang selalu sama. Kendati demikian, seluruh kuriositas yang ia endapkan selama ini masih belum bisa ia lontarkan, mengingat bila hubungannya dengan Yoongi masih belum terlampau dekat untuk membangun konversasi lebih serius selain dari masalah pekerjaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
lacuna.
Fanfiction[Re-publish] "Pergilah, Jimin. Disini bukan tempatmu." ; u c i e z z, 2 0 2 1