• n e p e n t h e •
(n.) something that can make you forget grief or suffering.
•❅──────✧❅✦❅✧──────❅•
"Ini sudah satu tahun, kak. Dan kau belum bisa merelakan aku."Serupa kaca yang sudah dipenuhi jejak-jejak retak; menanti datangnya sekon dimana ia hanya perlu dipukul dalam satu kali percobaan, begitupun pertahanan Yoongi yang sekonyong - konyong hancur kala sebait kata itu pada akhirnya lolos dari bibir Jimin yang dulu selalu berujar manis dan penuh kehangatan. Bila dulu suara Jimin menjadi resonansi yang paling hangat sekaligus indah bagi semesta Yoongi, kini terasa seperti bom yang suatu saat dapat menghancurkannya menjadi fraksi - fraksi tak berharga. dan inilah saatnya.
Dalam satu sekon, seluruh pertahanan yang ia bangun selama satu tahun terakhir seketika hancur; asanya lebur; vitalitasnya pukah; lukanya semakin merajalela; separuh jiwanya menggila. Dan bodohnya, seluruh kesakitan selama satu tahun terakhir hanya dapat berekstensi dalam bentuk air mata.
Isak memenuhi sunyi di ruangannya, semakin lama semakin merajalela. Jiwanya seolah tertampar realita, dan kini lebih menyakitkan kala Jimin yang menjadi sumbernya.
Yoongi memukul dada kirinya; tempat dimana jantungnya berdetak cepat; mencoba untuk menghentikan pedih yang menjalar disana. Sakit sekali -terlalu sakit dan menyesakkan. Arkian ia berujar tanpa mengurangi getaran ditiap katanya.
"Kau tahu satu hal apa yang sangat aku harapkan satu tahun terakhir ini?" Tanpa berniat untuk membalas tatapan Jimin, Yoongi kembali melanjutkan, "Aku berharap kau tidak sampai berkata seperti itu padaku." Yoongi semakin memukul dada kirinya, wajahnya mengeras menahan sakit akibat pukulannya sendiri.
Sedangkan Jimin masih stagnan di tempatnya; memaku atensi ke arah sang kakak yang seperti kehilangan kewarasannya. Beribu sesal terus menginvasi dalam hatinya, bersamaan dengan banyaknya permintaan maaf untuk sang kakak. Hatinya ikut tercubit melihat keadaan Yoongi yang begitu hancur. Jimin tidak menyangka kepergiannya dapat memberikan dampak yang sangat besar pada Yoongi. Iron man-nya yang selalu kuat kini seperti raga yang kehilangan jiwa: mataharinya yang dulu selalu menebarkan kehangatan lewat sikap maupun kata - kata kini terbakar oleh panasnya sendiri; dan wadahnya menerima pun menumpahkan afeksi dulu kini menjadi raga tanpa asa.
Jimin mengepalkan tangan di kedua sisi tubuh; menahan gejolak rindu yang terus menggila sekaligus menahan seluruh tubuhnya untuk tidak memberikan pelukan penuh cinta yang biasa Yoongi lakukan padanya dulu ketika ia bersedih. Jimin seperti diserbu rasa bersalah yang teramat; untuk kata-katanya; untuk kepergiannya; dan untuk segala luka yang selama ini ia tinggalkan pada sang kakak. Beribu umpatan terus mengalir dari hatinya khusus untuk dirinya sendiri; menikam diri dengan sesal yang teramat bersama dengan caci-maki yang tiada henti buat menginvasi diri. Jimin yang dulu pernah berjanji buat menjaga kebahagiaan Yoongi sekaligus menjadi panglima agar air mata sedih tak berani memunculkan presensi di kedua mata tajam sang kakak justru menjadi penyumbang terbesar bagi seluruh lukanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
lacuna.
Fanfic[Re-publish] "Pergilah, Jimin. Disini bukan tempatmu." ; u c i e z z, 2 0 2 1