- ⩩ O2

30 11 3
                                    

"Chaer, lo pucet banget! Gue anterin ke UKS deh, yuk!"

Teriakan Ryujin membuat semua murid yang berada di koridor menoleh ke arahnya, Chaeryeong risih dan akhirnya meninggalkan Ryujin ke ruang konseling. Ryujin yang melihat itu mendecak dan berlari menghampiri Chaeryeong. 

Ia menahan tangan Chaeryeong, "Chaer, tolong dengerin gue. Please." Ucap Ryujin pelan.

"Gue ada tes sekarang, Ryu. Maaf." Balas Chaeryeong lirih sebelum kembali meninggalkan Ryujin yang yang menghembuskan napasnya kasar.

Shin Ryujin, seseorang yang selalu menemani Chaeryeong dari awal sampai sekarang. Bisa dikatakan juga, Ryujin adalah teman yang paling setia dengan Chaeryeong. Ryujin dengan sabar menemani Chaeryeong besama dengan keegoisannya itu, terkadang membuat Ryujin geram sendiri.

Ryujin mengetahui hampir semua yang Chaeryeong alami, saat ia memergoki luka goresan di lengannya yang belum mengering setelah mengikuti olimpiade. Ryujin memaksa Chaeryeong untuk menceritakan semuanya, tapi tidak semudah itu, mereka sampai beradu mulut dan bertengkar selama seminggu.

Lalu tiba-tiba, Chaeryeong menghampirinya dan menangis. Bahu Ryujin lemas, matanya ikut basah melihat keadaan Chaeryeong yang jauh dari kata baik-baik saja. Pipi yang memerah dan bekas luka cambukan di telapak tangan dan punggung. 

Ia langsung membawa Chaeryeong ke rumahnya, bahkan ibu Ryujin ikut menangis melihatnya dan membantunya membersihkan luka itu. Setelah Chaeryeong tenang, ia mulai menceritakan semua yang dia alami kepada Ryujin. Sampai Chaeryeong tertidur di rumah Ryujin karena kelelahan.

Pada akhirnya Ryujin tetap menutup mulut tentang pengakuan Chaeryeong dan menjadi semakin dekat dengan Chaeryeong. Ia ingin melindungi Chaeryeong. Ia ingin meyakinkannya, kalau Chaeryeong tidak sendiri.

.・。.・゜✭・.・✫・゜・。.

Saat ini Han dan Chaeryeong sedang mengerjakan tes untuk mengikuti olimpiade minggu depan. Keduanya mengerjakan dengan hati-hati, namun Han beberapa kali melirik Chaeryeong yang berada di sampingnya.

Wajah Chaeryeong pucat dan tangan kirinya sedari tadi meremat perutnya yang terasa sakit. Chaeryeong semalam menghabiskan waktunya untuk belajar dan juga melewatkan sarapan. Tapi, ia tidak menyangka akan sesakit ini. Kini wajahnya berkeringat dingin, sesekali mengeluarkan suara ringisan.

Setelah waktu mengerjakan habis, mereka mengumpulkan jawaban mereka dan kembali duduk untuk merapihkan peralatan tulisnya. Han akhirnya mendekati Chaeryeong dengan wajah khawatir. Menyentuh pelan lengan Chaeryeong yang sedang menundukkan kepalanya dalam.

"Lo sakit?"

Chaeryeong mendongak, menahan ringisannya, "Nggak." Jawabnya singkat dengan suara yang bergetar. Ia bangun berniat untuk meninggalkan Han yang terus-terusan bertanya keadaannya membuat Chaeryeong semakin pusing.

Setelah itu, Chaeryeong merasakan tubuhnya seperti melayang. Samar-samar ia mendengar suara Han yang berteriak memanggil namanya.

"Lo berisik—" Lalu semuanya gelap.

.・。.・゜✭・.・✫・゜・。.

Hari mulai gelap, hanya ada beberapa orang yang masih berada di sekolah. Termasuk Han dan Chaeryeong, yang sekarang ini sedang berada di UKS. 

Chaeryeong mengerjapkan matanya dan melihat sekelilingnya, "Gue dimana?" Tanya Chaeryeong setelah melihat Han yang ternyata di sampingnya.

"UKS," Jawab Han, lalu Chaeryeong mengerutkan keningnya, "Lo pingsan."

Chaeryeong menghembuskan napasnya dan berusaha turun dari ranjang. Tiba-tiba lengannya ditahan, ia menoleh untuk menatap Han. 

"Mau pulang?"

"Iya."

"Sendirian?"

"Diantar."

Mendengar itu Han hanya mengangguk mengerti dan menggendong tasnya.

"Cepet."

"Apa?" 

"Antar gue pulang."

"Tadi bukannya lo bilang— eh, tunggu!" Han yang masih kebingungan berlari menghampiri Chaeryeong, mensejajarkan tubuhnya dengan Chaeryeong.  Lalu keduanya terdiam, mereka berjalan pelan menuju parkiran sekolah.

"Gue gak tau lo udah liat luka gue atau belum, tapi gue harap lo bisa tutup mulut."

Han berhenti berjalan menatap punggung Chaeryeong yang perlahan menjauh. Jujur saja ia sudah melihatnya, luka goresan itu membuat Han entah kenapa semakin ingin mengetahui kehidupan Chaeryeong lebih jauh. Persetan dengan apa yang akan terjadi nantinya.

Sesudah meletakkan tubuh Chaeryeong di kasur UKS, ia berniat membuka cardigan hitam Chaeryeong agar ia tidak kepanasan. Tapi ia mengurungkan niatnya itu, lalu Han duduk disamping Chaeryeong dan menggenggam tangannya lembut.

Kasihan?

Han mengganti kata itu, lebih tepatnya dengan kata peduli.

Chaeryeong membuat Han kembali merasakan takutnya kehilangan pada seseorang. Han ingin melindunginya, ia tidak mau hanya berdiam diri saja setelah melihat luka itu. Karena Chaeryeong mengingatkannya kepada mendiang ibunya.

.・。.・゜✭・.・✫・゜・。.

"Sama-sama?"

Setelah turun dari motor Han dan Chaeryeong terkekeh pelan, "Thanks." Melihat Chaeryeong terkekeh seperti itu membuat Han Ikut tersenyum.

"Besok gue jemput." Ucap Han tiba-tiba.

Chaeryeong mengangkan kedua alisnya, "Tapi besok—"

"Gak nerima penolakan!" Han langsung menancapkan gasnya meninggalkan Chaeryeong yang sedang memasang wajah kesal karena tidak mau mendengarnya berbicara. 

Pada akhirnya Chaeryeong mengangkat bahunya dan tersenyum miring, lalu masuk ke dalam rumah.

.・。.・゜✭・.・✫・゜・。.

Shin Ryujin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Shin Ryujin.

❨ ALIEN ❩Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang