...
Dowon tertangkap. Ia ditemukan bersembunyi di apartemen sepupunya. Dia ditangkap bersama dengan sepupunya yang juga adalah pelaku percobaa pembunuhan terhadap Seokjin di rumah sakit.
Menurut kepolisian yang berhasil mengintrogasi Dowon dan menemukan motif. Dowon ternyata merupakan kakak kelas Seokjin semenjak sekolah dan kerap merundung Seokjin. Ketika Seokjin berhasil debut dan Dowon bekerja menjadi manajer grup, Dowon merasa dengki kepada Seokjin karena menganggap pekerjaan manajer adalah melayani para Idol, yang berarti ia harus melayani Seokjin.
Maka ia pun sering sekali mengintimidasi Seokjin sejak debut.
Seokjin yang juga adalah korban dari perundungan tidak benar-benar bisa melawan. Secara psikologis Seokjin sudah terperangkap dalam ancaman-ancaman Dowon akan melukai member lain jika Seokjin berani menceritakan apa yang dilakukan Dowon padanya.
Mendengar berita itu, para member benar-benar ingin menyiksa Dowon, karena telah menyakiti kakaknya. Mereka ingin Dowon di hukum seberat-beratnya.
Seokjin terkejut ketika Namjoon memberitahu bahwa Dowon sudah tertangkap, bukannya merasa lega tapi Seokjin malah kebingungan karena ia masih percaya bahwa Dowon akan menyakiti juga para member.
Seokjin sempat menangis dan memohon-mohon untuk tidak melanjutan tuntutan pada Dowon, namun member memahami sikap Seokjin yang sebenarnya memiliki ketakutan berlebih.
"Hyung, ia tidak akan menyakiti kami." Namjoon mengangkat Seokjin karena sedari tadi ia bersimpuh di kaki Namjoon.
"Dia tidak akan menyakitimu dan juga kami. percayalah polisi akan menghukumnya dengan hukuman yang setimpal. Dia orang gila. Dia hanya orang yang rendahan yang mau membuatmu tak mampu menjalani hidup"
"Kau tidak perlu khawatir dengan kami, kau tahu saat di rumah sakit Jungkook hampir melumpuhkan orang yang hendak menyakitimu. Lihat otot-otot dia. Kamipun bisa menjaga diri kami, terimakasih sudah menjaga kami selama ini Hyung, giliran kami yang akan menjagamu. Kau adalah kakak kami yang sangat kami sayangi dan hormati. Percayalah"
Tangis Seokjin pelan-pelan mereda, melihat Namjoon dengan usahanya menenangkan Seokjin, melihat Namjoon dengan usahanya benar-benar ikut andil dalam mengusut kasusnya, melihat Yoongi dan Taehyung ada disampingnya, melihat Jungkook, Hoseok dan Jimin yang selalu membuatnya tertawa. Seokjin menjadi cukup yakin kalau hidupnya tak akan menjadi seperti sebelumnya yang dirundung kekerasan dan juga kecemasan.
Yoongi memberikan air minum untuk Seokjin. Hoseok mengambilkan tissue untuk Seokjin mengelap sisa-sisa air mata dan juga ingusnya.
...
Pagi itu Jungkook bermimpi dia makan galbi panggang sebanyak tiga kilo. Ia berada dalam acara makan besar yang diinisiasi oleh agensi. Di dalam acara itu, Jungkook di berikan tiga piring galbi panggang dan galbi yang berbumbu.
Jungkook menyapa para penggemarnya, sambil satu persatu potongan galbi itu masuk kedalam mulutnya. Ia mengunyahnya dengan semangat, lidahnya mengecap bumbu galbi favoritnya itu.
Aroma dari galbi itu begitu menggoda hingga Jungkook terbangun.
Matanya melebar ketika ia menyadari bahwa itu adalah mimpi. Jungkook mengusak rambutnya, menyesali kenapa juga ia harus bangun kalau itu hanya mimpi setidaknya ia harus menghabiskan daging-daging itu.
Dilihatnya Jimin masih tidur disampingnya, juga Hoseok di ranjang sebelah. Kebiasaan Jungkook pasti numpang tidur di kamar member lain.
Sebenarnya semalam ia ingin tidur dengan Seokjin, tapi Taehyung menyabotase Jin. Taehyung benar-benar tak mau jauh dari kakaknya, sampai Jungkook berpikir kalau Taehyung itu bayi besarnya Seokjin. Padahal titel bayi besar harusnya ada pada dirinya, tapi Jungkook mengalah untuk memberikan gelar itu pada Taehyung sekarang.
Taehyung adalah salah satu yang paling terguncang akan kejadian yang menimpa Seokjin. Maka untuk kebaikan bersama, ia harus merelakan kakaknya. Sungguh Jungkook berlebihan.
Pemikiran itu terhenti ketika indra penciumannya mendeteksi aroma masakan yang sangat ia kenal. Galbi. Buru-buru ia menyingkirkan selimutnya. Ia mengguncang tubuh Jimin kencang.
"Jimin-ssi ada galbi, ayo bangun Jimin-ssi"
Jungkook tak menoleh lagi ketika Jimin terbangun dan menatap bingung pada dirinya. Jimin pikir adiknya itu kerasukan yang sudah ribut di pagi hari sambi berteriak-teriak tentang makanan.
Dasar babi. Ujar jimin dalam hati. Ia tak habis pikir, adiknya itu sebegitu bucinnya pada makanan.
Jungkook terburu-buru menuruni tangga, ia harus memastikan apabila aroma yang diciumnya adalah benar-benar makanan yang dimimpinya.
Ia kira manajernya yang membawa masakan itu dan menghangatkannya diatas kompor hingga aromanya begitu tercium sampai ke sesisi dorm, namun ia menemukan kakaknya yang berbahu lebar itu sedang mondar-mandir di dapur dengan tangannya yang memegang capitan daging.
Kakaknya memasak.
Memasak galbi kesukaannya.
"HYUNG!" Teriaknya.
"Astaga Jungkook!" Seokjin melonjak kaget, hingga ia menyenderkan dirinya pada pintu lemari pendingin.
"Kau masak galbi?!"
"Uhm" Seokjin mengangguk lalu membuka kulkas mengambil beberapa bumbu.
Jungkook tersenyum lebar dengan mata berbinar, ia mendekat pada kakaknya dan memeluk bahu kakaknya dari belakang sambil meloncat-loncat. Ia sesekali berteriak kegirangan. Membuat Seokjin keheranan.
"AYEEEE!!!" Seru Jungkook gembira ketika melihat potongan daging iga itu sedang di bolak-balik diatas panggangan.
"Jangan menarik-narikku Jungkook!" Tubuh Seokjin hampir terjengkang kebelakang karena Jungkook masih bergelayut padanya.
"Hyung, mimpiku jadi kenyataan"
Seokjin mengerutkan keningnya, menandakan Jungkook perlu untuk menjelaskannya.
"Aku bermimpi makan galbi tiga kilo, dan ketika aku bangun aku mendapatimu memasak ini. Aku bahagia sekalii" Serunya berapi-api.
Seokjin terkekeh. Sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Tapi maaf, galbi ini tiga kilo untuk bertujuh"
Jungkook menggelengkan kepalanya.
"Dengan melihatmu memasak lagi membuatku bahagia, kau sudah jadi kakakku yang bahagia. Kau ingat? Kau masak kalau moodmu bagus. Apakah ini pertanda kau sudah baik-baik saja?"
Jungkook berkata di belakang telinga Seokjin dengan dagu yang bertumpu pada bahu lebar kakakknya.
"Uhmp!" Seokjin mengiyakan.
"Ini ucapan terimakasihku untuk kalian, kalian benar-benar telah menolong dan juga menjagaku" Ucap Seokjin sambil tersenyum.
Jungkook bersyukur sekali.
"Kalau begitu, tolong tata meja dan juga nasi yang sudah aku masukan kedalam mangkuk."
Jungkook langsung bergerak dengan gesit, membawa sumpit, sendok, dan juga nasi yang sudah disiapkan di mangkuk.
Seokjin menata hasil masakannya itu di dua piring, kemudian mengambil dua piring lagi untuk kimchi lobak.
"Panggilkan semuanya"
"Siap Bos!!" Jungkook bersikap sempurna dan memberi hormat seperti layaknya pada bendera. Segera ia berlari dan membuat kegaduhan dengan berteriak-beriak membangunkan member lain.
Bahu Seokjin bergetar karena terkekeh dengan perilaku adiknya itu.
Seokjin duduk dengan mata yang memandang galbi-galbi yang sudah siap di atas meja. Ia tersenyum. Sungguh ia bersyukur bisa bertemu dengan orang sehebat adik-adiknya yang mampu menerima kekurangan Seokjin, menyayangi dirinya bukan sebatas hanya rekan kerja saja. Tapi juga sebagai keluarga.
...
END
YOU ARE READING
Something Happened
FanfictionFiksi Penggemar Kim Seokjin Setelah di konser tadi mereka bertengkar, Taehyung terkejut ketika menemukan Seokjin yang sudah tergeletak tak sadarkan diri di kamarnya. Fiksi Penggemar Brothership All Rights Reserved © 2021 Kalajulii