Tubuhnya terbakar. Namun, bukan dengan api.
Dalam ketidakberdayaannya, Vanessa Haven hanya bisa melemaskan diri agar rasa sakitnya berkurang. Ia tengah ditindih oleh pria berbadan besar dengan otot-otot padat yang menyembul di dadanya yang kekar. Tubuh bagian atas lelaki itu telanjang, dan ia masih mengenakan celana kain hitam yang dipakai saat acara pernikahan.
Beberapa jam yang lalu Vanessa berpura-pura tidur untuk menghindari malam pertama yang tidak diinginkan. Hati gadis itu masih belum siap, ia terpaksa menikahi Damian, demi sang ayah tercinta, James Haven. Jika benar malam ini harus terjadi, ia pun berharap dapat diperlakukan secara lembut dan mesra seperti pasangan yang saling mencinta.
Wanita bertubuh ramping itu jadi benar-benar terlelap setelah lama menutup mata dalam sandiwara. Dan begitu ia terbangun, tangannya sudah menyatu dengan jeruji kayu pada sandaran tempat tidur. Ikat pinggang bertepian keras menjadi pengganti tali.
Vanessa terkejut. Matanya membelalak, ia mencoba menarik tangan untuk melepaskan diri. Namun, hal itu hanya berakhir dengan sia-sia. Semakin ia berontak, semakin pula ia tersakiti dan terluka.
“Berhenti melawan! Atau kau semakin menderita!" Pria itu berucap tegas dengan mata hazel yang menyala. Ada amarah di dalam sana. Sesuatu yang gelap dan tersembunyi di wajahnya yang rupawan. Tak bisa dipungkiri, Vanessa pun mengakui hal itu. Ia bagai dewa Adonis dalam wujud manusia.
“Damian ..., aku tidak bisa bernapas.” Suara Vanessa lirih. Parau. Tertahan di tenggorokkan. Piyama sutra berbentuk kimono yang dipakainya, mulai berantakan akibat meronta.
“Jangan panggil aku Damian,” ucapnya dengan tatapan tajam. Ia mengangkat dirinya menjauh dari Vanessa. Namun, lelaki bertubuh besar itu masih menduduki pinggang ramping wanita yang baru saja dijadikannya istri.
Kelopak mata Damian berubah sayu, ia kemudian membawa tangan kekar dan lebarnya ke leher Vanessa. Mencengkeram. Lalu terangkat naik ke rahang oval nan mulus itu. Jari-jarinya masuk menyentuh tulang rahang dengan tekanan yang cukup kuat. “Panggil aku Master!”
Master? Apa maksud pria ini? Apa dia menganggap Vanessa seorang budak?
Pria itu baru saja resmi menjadi suami Vanessa pagi tadi, bukan tuannya. Mereka menyelenggarakan pesta mewah yang dihadiri pejabat dan konglomerat.Vanessa mengeluh. Tak mendapati jawaban, tangan kekar itu malah meremas lebih erat. Rahang Vanessa terasa makin sakit. Bukannya bebas, ia tambah tak bisa bernapas.
Sungguh, bencana demi bencana bagai terus menyerang dirinya. Kebangkrutan sang Ayah, membuat ia harus meninggalkan Arley Graham. Pria dari kalangan biasa yang sudah menjalin hubungan dengannya selama tiga tahun.
Hidup Vanessa terasa begitu tenang sebelumnya, ia memiliki orang tua yang baik, bahkan kekasih yang begitu mencintainya. Sampai semua ini terjadi. Ibunya terkena leukimia, bahkan sekarang masih dirawat di rumah sakit. Ayahnya mengalami masalah perusahaan, dan membuat ia berakhir di sini. Menikah dengan seorang investor ternama yang bahkan tak dikenalinya.
Pria itu mengambil alih perusahaan milik James Haven. Dan berkatnya, sang ayah dan ibu masih bisa bertahan. Damian juga mengizinkan James tetap mengelola perusahaan tersebut di bawah kuasanya.
Sungguh, jika bukan karena itu semua. Vanessa tak mau berada di sini. Malam pengantin yang seharusnya menjadi malam terindah. Tiba-tiba berubah jadi neraka.
Belum cukupkah semua penderitaan yang harus ia alami?
Dan kini ia malah diperlakukan dengan kasar.
“Memohonlah ... Dan aku akan membiarkanmu bernapas dengan lebih baik,” ucapan dengan nada rendah itu membuat Vanessa tersentak dari pikirannya yang sedang mengasihani diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY DOMINANT HUSBAND
RomanceDemi menyelamatkan sang Ayah dari kebangkrutan. Vanessa Haven terpaksa menerima lamaran seorang investor besar bernama Damian Dalton. Vanessa menerima takdir. Ia putus dengan kekasihnya. Kemudian menikah dengan pria itu. Di awal, semua tampak norma...