Damian merangkul pinggang Vanessa, sedikit mendorongnya agar berjalan maju.
Mereka tiba di ruang makan. Kathryn, ibu Damian langsung menyambut pasangan itu dengan senyum formal yang tipis. Dia terlihat begitu terhormat dengan tatanan rambut seperti bangsawan Inggris. Mata birunya memandang dengan berbinar.
“Nah, ini dia yang kita tunggu, Damian dan Vanessa,” ucapnya lembut.
“Hai, Ma.” Damian melepaskan rangkulannya dari badan sang istri. Lalu pergi mengecup sang mama. Dibubuhkannya kecupan sopan di pipi kiri dan kanan.
Di samping wanita itu, sudah ada Tuan Anthony Dalton, suami Kathryn. Ia tersenyum pula dengan wibawa saat menyapa.
Mereka terlihat sedikit kaku dan formal, tapi cukup ramah. Vanessa bahkan belum sempat berbincang, dan sama sekali tidak tahu apa-apa tentang keluarga Damian.
“Kenapa datang tiba-tiba dan tidak memberitahuku dulu, Ma, Pa. Setidaknya aku bisa menyiapkan makan siang yang lebih dari ini,” ucapnya tenang. Sikap Damian tak jauh berbeda meski pada orang tuanya.
“Ya, bagaimana. Kami hanya ingin memberi sedikit kejutan untukmu, Damian. Sama seperti kejutanmu yang menikah tiba-tiba.” Mata biru Kathryn langsung memandang ke arah Vanessa yang berdiri gugup di belakang Damian.
“Ah, ya. Maaf, soal itu.” Damian tersenyum kecil. Singkat.
Kathryn pun melewati anak lelakinya itu dan mendekat ke arah Vanessa. “Well, hallo. Aku rasa kita bahkan belum berkenalan secara resmi.” Ia kembali tersenyum ramah.
Namun, Vanessa jadi gugup.
“Aku Kathryn. Kamu bisa memanggilku seperti Damian. Atau langsung namaku saja tidak masalah.” Ia mengulurkan tangannya ke arah Vanessa. Padahal yang bersangkutan kini telah resmi menjadi ibu mertua. Dan baru sekarang mereka berkenalan secara resmi.
Dengan segala keberanian yang terkumpul. Vanessa pun balas tersenyum. Ia menyambut tangan yang mengulur itu dengan lembut. “Hai, Ma. Vanessa.”
Senyuman wanita paruh baya itu semakin lebar. Ia meraih tangan Vanessa yang lain. Dengan cepat pun Vanessa menarik kardigannya menutupi pergelangan.
“Aaah, aku jadi ingin tahu banyak tentangmu, Vanessa,” ucapnya terdengar penasaran. Kedua tangan Vanessa digoyang dengan bersemangat. “Di mana kamu bertemu Damian? Apa yang kamu suka darinya? Apa pekerjaanmu? Dan bagaimana kalian berdua bisa saling jatuh cinta?”
Serbuan pertanyaan itu membuat mata Vanessa membelalak. Ini tidak terkonsep. Apa yang harus ia jawab? Harus jujurkah? Atau mengarang saja sebuah cerita yang baru?
“Ehm ... aku ....”
“Ma?! Bisa kita bicarakan itu nanti saja? Di meja makan? Ini sudah siang.” Damian menyela di tengah-tengah. Meloloskan Vanessa dari pertanyaan yang belum bisa ia jawab. Hal itu membuat sang istri bernapas lega.
Kini, bisa disimpulkan Vanessa, bahwa Damian tak pernah menceritakan apa pun tentang dirinya pada keluarga Dalton. Tidak heran. Apa yang akan Damian ceritakan? Menikah sebagai syarat bayar hutang perusahaan, dan menolong ibunya, serta rumah mereka agar tak turut disita? Orang tua mana yang mau mendengar versi seperti itu?
Damian memutuskan semua ini sendiri. Lalu kenapa harus dirinya? Hal itu masih jadi tanda tanya besar di hati Vanessa.
Wanita paruh baya itu pun berpaling menatap Damian setelah disela. Ia kembali tersenyum. “Damian, kamu ini. Baru sehari saja menikah sudah begitu protektif pada Vanessa. Ini hanya mama. Tidak akan merebutnya darimu.”
Damian tak membalas dan hanya tersenyum.
Vanessa terpukau dengan senyum yang satu itu. Meski terlihat dibuat-buat, tapi setidaknya tak tampak seperti seringai iblis yang pernah ia lihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY DOMINANT HUSBAND
RomanceDemi menyelamatkan sang Ayah dari kebangkrutan. Vanessa Haven terpaksa menerima lamaran seorang investor besar bernama Damian Dalton. Vanessa menerima takdir. Ia putus dengan kekasihnya. Kemudian menikah dengan pria itu. Di awal, semua tampak norma...