Gang buntu tanpa pintu

53 7 2
                                    

Kalau kamu tidak kenal tempat ini, maka ini bukan tempatmu. Sudut remang di pinggiran kota dengan lampu warna-warni yang berkelip ketika anak di bawah umur mulai tidur.

Orang-orang bergerumun dengan tujuan yang sama, setidaknya sedikit-sedikitnya hanya ada dua kemungkinan.

Membeli atau menjual.

Baju tanpa lengan yang lebih pantas disebut dalaman, rok di atas lutut yang kalau separuh tubuh atasmu ditekuk mala siapapun akan bisa melihat apa yang ada dibaliknya. Celana yang tidak mirip celana, atau itu juga benar-benar celana. Kau tau apa maksudnya bukan?

Asap mengepul, membentuk gumpalan kelabu mengudara, sudah bisa kau bayangkan bukan sedang ada dimana dan bagaimana aroma tempat itu saat ini juga.

Apa ini ilegal, tidak. Lalu apakah legal? Tidak juga. Sebab siapapun tahu tempat ini, bisa datang dengan leluasa tanpa syarat apapun selagi melampaui batas usia seharusnya. Hanya kalau sebagian kalangan kehilangan kesibukan, maka mereka akan menyegel tempat ini untuk beberapa hari.

Kenapa? Entahlah. Yang para penghuni gang itu tahu bahwa mereka bisa libur barang sehari atau juga berarti tidak ada pemasukan hari ini. Ya begitu kira-kira.

Seseorang meneriaki laki-laki dengan hoodie kelabu yang jalan menunduk sambil tergesa tanpa berhenti sama sekali walau beberapa kali menabrak tubuh orang lain. Yang ia mau saat ini adalah pergi secepatnya.

Dipacunya motor biru tua yang ia parkir tepat di depan gang, tempat parkir umum orang-orang yang berkerumun di dalam.

"Berantem lagi lo sama Maya" laki-laki yang mirip preman yang ditugaskan menjaga lahan parkir dan memantau keamanan bersuara melihat laki-laki berhoodie yang sedang memutar kunci motornya.

"Bukan urusan lo" tuas kopling ditekan, dan laki-laki itu pergi dengan kecepatan tinggi begitu memasukkan gigi.

Keributan semacam itu bukan hal baru, tapi memang pertikaian itu sudah cukup lama tidak didengar, sekitar enam bulan. Ya kira-kira selama itu.

Sepeda motor itu melaju semakin kencang begitu memasuki jalan raya, masa bodoh dengan beberapa klakson tanda kesal karna motornya menyalip hampir menyerempet pengendara lain.

Ia tidak akan pergi ketempat itu, itu janjinya pada diri sendiri. Tapi perempuan yang meneriakinya melanggar perjanjian yang mereka sepakati. Kedatangannya tentu saja untuk memperingati, atau mungkin lebih tepat meneriaki.

Darimana kamu ingin dengar cerita ini? Laki-laki dengan hoodie kelabu itu namanya Rama, remaja delapan belas tahun yang tinggal di kos-kosan dengan pekerjaan serabutan selepas pulang sekolah.

Kadang jadi mekanik di bengkel mobil atau motor kenalannya, atau kadang jadi buruh angkut barang di pabrik dekat kawasan tempat tinggalnya, atau kalau sedang beruntung kamu bisa menemukan laki-laki itu jadi kernet mobil tinja. Ya apapun pekerjaannya, selagi bisa menghasilkan uang dan tidak mengganggu jam sekolahnya, akan dia lakukan.

Suara decit ban motor terdengar begitu rem ditekan dengan dalam dan cepat, kakinya menahan motor agar tidak terjatuh. Andai yang ada di depan motornya adalah manusia, pasti ia sudah meneriaki orang itu dengan perkataan yang mungkin begini kira-kira, "lo gila ya? Mata lo buta? Kalo mau mati berdiri di depan rel kereta sana. Jangan nyusahin orang lain tolol" atau mungkin akan ia tambahi dengan beberapa kalimat umpatan lainnya.

Tapi kenyataannya yang ia lihat di depan motornya sekarang hanya seekor kucing yang sedang membawa anaknya dalam gigitannya.

Sial, bisa kena kutukan kalau sampai ia melindas induk kucing yang sedang menggendong anaknya.

Dengan berat hati ia turunkan standar motornya untuk mengecek keadaan kucing yang langsung bersembunyi di semak-semak. Entah ketakutan atau terluka, pasti salah satunya.

Brengsek! Orang tolol mana yang membuang satu induk kucing beserta tiga anaknya di dalam kardus dekat pembuangan sampah seperti ini bahkan tanpa meninggalkan barang selembar kainpun untuk alas tempat tidur mereka. Sialan.

Lalu apa sekarang ia akan jadi orang brengsek selanjutnya yang akan meninggalkan kucing-kucing ini di sini, dengan peluang kemungkinan kucing ini akan mati satu atau dua hari lagi.

Sialan. Kenapa hal-hal buruk selalu terjadi setiap ia datang ke tempat terkutuk itu.

Dengan pertimbangan yang membuatnya menyerapah entah pada siapa, ia berakhir dengan membawa kardus itu ke atas motornya. Benar-benar sial.

Ketika sampai, ia mendorong pintu kost-kostannya dengan kaki, informasi tambahannya adalah tiap-tiap pintu di tempat ini tidak pernah benar-benar terkunci, lagipula siapa yang berani mencuri? tidak ada, karna pencuri-pencuri itu ada di sini.

Sebenarnya, kalau kost-kostan yang kamu bayangkan adalah tempat sebagaimana kost-kostan dekat kampus atau kantormu, maka berat hati ku katakan bahwa itu bukan gambaran yang tepat untuk tempat ini.

Bangunan tua yang dinding samping dan pagar bagian depannya sudah dijalari tanaman merambat, dinding yang tidak pernah benar-benar di cat dan beberapa mural kotor di sekitaran puntu atau di manapun yang mereka mau untuk kotori. Walau nyatanya tempat ini jauh dari kata bersih sebenarnya.

"Mau kemana lagi Ram" laki-laki dengan rokok di tangan bersandar pada kusen pintu di sebelah kamarnya memergoki rama menutup pintunya lagi. Padahal laki-laki itu baru saja tiba.

"Ke depan bentar bang. Ada yang mau di titip?"

"Nitip rokok yang kayak biasa ya" dan Rama hanya mengangguk menanggapinya. Ia tidak mengendarai motornya, rasanya ia memang sedang butuh berjalan-jalan sebentar untuk menjernihkan kepalanya yang benar-benar keruh itu.

C H A O STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang