Jay gugup. Begitu pula dengan Heeseung. Jay mulai mendekatkan tubuhnya kepada Heeseung. Dia mulai mengangkat tangannya dan meraih Heeseung dalam pelukannya. Awalnya Heeseung tegang namun dia berusaha merilekskan diri. Kemudian Heeseung membalas pelukan Jay.
"Gimana Jay? Apa yang kamu rasain?" Tanya namjoon.
Jay lalu menyamankan pelukannya.
"Nyaman. Aku suka suhu badannya. Hangat."
"Trus apa lagi? Selain hangat tadi. Mungkin ada sesuatu yang lebih spesifik?"
"Ukuran tubuhnya. Dia gak kurus juga gak gemuk. Aku ngerasa pas. " Jawab Jay lagi. Tanpa dia sadari wajah Heeseung sudah merah. Namjoon yang melihat itu hanya tersenyum simpul.
"Berarti dua hal itu yang paling penting ya?"
"Nggak Bang. Ada lagi."
"Apa itu?"
"Aku nggak tau. Aku hanya suka dengan pelukan ini." Namjoon mengangguk.
"Oke. Saya sudah paham. Boleh kalian lepaskan." Reflek Heeseung mendorong Jay. Karena dia merasa jika lebih lama lagi dia akan mati. Jantungnya saat ini sangat berdebar dengan kencang.
"Heeseung, saya boleh berbicara berdua dengan Jay?" Tanya Namjoon dengan sopan.
"Ah tentu boleh. Saya akan menunggu diluar. Jay gue tunggu diluar ya." Heeseung pun pamit dari ruangan namjoon. Dia dapat bernafas lega setelah keluar dari ruangan itu.
"Jadi gimana bang?" Tanya Jay.
"Gini Jay. Sebenarnya kan memang alasan penyakitmu selama ini adalah kepergian Jungwon. Terapi mu selama ini juga berkembang sangat lambat. Dan ini saya sedikit menemukan titik terang untuk terapimu. Tapi tentu kamu memerlukan Heeseung. Saya rasa Heeseung yang menjadi jawaban atas semuanya. Mungkin kamu bisa sedikit demi sedikit mengenal Heeseung dan menjadi dekat dengannya. Nanti kita lihat selama dua bulan. Jika ada perkembangan maka saya rasa keputusan saya tepat." Jelas Namjoon.
"Jadi maksud Bang Namjoon aku harus mengenal lebih dekat Heeseung?"
"Kamu keberatan?" Jay menggeleng atas jawaban Namjoon.
"Aku nggak keberatan. Tapi gak tau Heeseung nya gimana. Habis ini aku bakal tanya ke dia Bang."
Namjoon pun mengangguk lega.
"Dua bulan lagi kita jadwalkan kembali sesi konsultasi kita ya. Dan ah saya lupa, jika nanti ada kambuh, tolong kamu minta dia lakukan hal yang sama dengan sebelumnya. Dan kita lihat apa benar membuat sakit yang kamu rasakan perlahan menghilang. Atau yang awal kemarin hanya kebetulan." Jay pun mengangguk tanda paham dengan perkataan Namjoon.****
Jay memakirkan mobilnya kembali didepan rumah Heeseung untuk mengantar Heeseung pulang. Selama perjalanan tadi Jay tidak ada membicarakan tentang perkataan Namjoon yang dia harus lebih dekat dengan Heeseung tadi. Rencananya baru sekarang dia akan ngomong.
"Hee, makasih ya sudah mau nemenin gue ke psikiater."
"Sama-sama Jay." Ketika Heeseung akan membuka pintu mobil Jay menahannya.
"Tunggu sebentar." Heeseung pun menutup kembali pintu nya.
"Ada apa Jay?"
"Mau berteman sama gue?" Heeseung mengernyitkan keningnya. Ini seperti pernyataan cinta tapi bukan.
"Gue fikir kita sudah berteman?"
"Maksud gue temen deket. Gue diminta Bang Namjoon untuk lebih dekat dengan Lo. Dan melihat apakah hal itu ada dampaknya dengan penyakit gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
I Need You
FanfictionJay, seorang laki-laki yang baru saja ditinggal pergi oleh pacarnya untuk selamanya. Karena itu juga dia menderita penyakit psikologis yang jika kambuh dia akan merasa sakit di seluruh badannya. Tidak ada obatnya, yang bisa ia lakukan hanya menahan...