Bab 7

9 4 0
                                    

Suara tangisan terus terdengar dari jam 12 malam di rumah sederhana Pak Baron. Dengan kasih sayang, Ningsih menenangkannya. Meski bu Sari harus kencing di dalam kamar karena Riski terus menerus menangis jika ditinggal, bu Ningsih tak pernah marah.

Melihat hal ini, pak Baron berencana untuk menemui Ustad yang terkenal.

"Bu bagaimana kalau kita pergi ke Ustad Dana yang terkenal di Kota Pekalongan itu. Kasihan, saya jadi ingin minta ke beliau air minum yang di bacakan doa oleh beliau. Mudah mudahan setelah ini Riski gak nangis lagi bunda", pintanya dengan harap

"Baik. Aku setuju apa yang kamu niatkan. Besok kita kesana", jawabnya sambil menyusuinya.

Akhirnya Baron datang ke Ustad Dana di Pekalongan dengan Ningsih. Dari Ustad Dana, Riski diberi air yang sudah di doakan.

Mereka berdua percaya dengan Ustad tersebut karena sudah terbukti kepercayaannya.

Di tempat lain, pak Benny bangga memiliki anak yang berat badannya ideal. Ia tak menyesal jika ditukar.

"Anak papi..kau akan aku jaga selalu. Alhamdulillah Sari gak mengira kalau anaknya ditukar", monolognya sambil menggendong anaknya yang ditukar.

"Yah, kamu tolong ambilkan popok", pintanya dengan sambil menyusui

LIMA TAHUN KEMUDIAN

Aryanda tumbuh menjadi anak yang periang.

Dia memiliki banyak kawan. Teman-temanya menyanjungi Aryanda karena sangat pandai.

Aryanda remaja sudah mengenal yang namanya cerpen. Tepat ketika ia duduk di kelas delapan. Saat mata pelajaran Bahasa Indonesia dan membahas tentang cerita pendek, ia sangat antusias.

"Bu..Kalau menjadi penulis apakah kita akan dapat banyak uang? Apakah semua penulis ada tantangannya", tanyanya dengan polos.

"Bagus sekali pertanyaan kamu. Tapi alangkah baiknya jika kita menjadi penulis harus ikhlas tanpa mengharap akan diberi upah dari tulisan kita. Kalau misal tulisan kamu nanti di tolak, jangan putus asa. Itu artinya kamu harus belajar lagi menguasai dunia kepenulisan. Intinya jangan pernah putus asa jika ingin sukses jadi apapun", jawab Bu guru dengan tegas kepada murid-muridnya juga.

Setelah pelajaran selesai, Aryanda langsung pulang ke rumah dan berkata kepada Ayah tentang pelajaran yang diajar ketika di sekolah.

"Yah, tadi kan pelajaran Bahasa Indonesia. Aryanda sangat tertarik yah, untuk menjadi seorang penulis. Kira-kira ayah bisa tidak, mengajari Aryanda menulis cerita-cerita pendek" tanyanya dengan semangat.

"Pasti bisa dong, Ayah juga penulis. Tapi ayah gak mau terkenal saja. Ayah gak mau sombong".

"Wah..Kita memiliki bakat yang sama Yah. Ar gak nyangka Ayah ternyata juga aktif dalam dunia kepenulisan", ujarnya dengan bangga

"Mulai besok Ayah akan mengajarkan kamu bagaimana cara menulis cerpen yang baik dan benar". Aryanda pun semangat ingin cepat-cepat besok.

Sudah dua tahun Aryanda belajar tentang cara membuat cerpen dan novel dari Benny, ayahnya. Kini Aryanda memutuskan untuk mengirim naskah cerpennya lewat media massa elektronik.

Ia kirimkan karyanya dengan dibantu oleh ayahnya. Ayahnya memiliki penerbit buku dan majalah.

Sembari Aryanda mengirimkan cerpen-cerpennya, Ia mendapa kabar bahagia bahwa Ibunya hamil lagi. Kini Aryanda merasa senang memiliki adik. Bu Sari kini sedang mengandung anak perempuan. Betapa bahagia Aryanda akan memiliki seorang adik perempuan.

Sembilan bulan sepuluh hari akhirnya lahir anak lagi dari rahim Bu Sari. Buah hati mereka perempuan. Betapa senang hati Aryanda melihat bahwa adiknya perempuan.

Alter Ego WriterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang