Dibiasakan - 2hyunjin

103 8 3
                                    


Pagi cerah, ya anggap saja pagi cerah. Dan seperti biasanya aku akan berada di koridor sebelah kanan saat menuju ke kelas. Sendirian? Ya sendiri, emangnya mau sama siapa. Teman-temanku tak menyukai pagi sekolah, mereka cenderung berangkat sewajarnya orang berangkat sekolah? Alias nggak pagi banget, nggak siang banget.

Haaaahhh, udara pagi memang paling menenangkan.

"Eh, tas biru!!" Suara lantang menghampiri pendengaran ku.

Aku menoleh. Memanggilku kan? Ini masih pagi juga sepi, dan orang di koridor hanya aku yang memakai tas warna biru.

Aku berhenti melangkah, dan berbalik.

Disana, ada lelaki perawakan tinggi sedang sedikit berlari guna menghampiriku.

Aku hanya diam memperhatikan, menunggu lelaki tinggi itu sampai dan menyampaikan tujuannya memanggilku.

"Lo Kimara, temennya Jane kan?" Ujar si lelaki tinggi tepat saat sampai di depanku.

Ah, Jane ya. Kimara temannya Jane atau Kim teman Jane. Aku menjadi sedikit tak nyaman, ya memang sudah biasa seperti itu, tapi tetap saja aku sedikit tak nyaman. Orang-orang mengenalku, sebagai teman Jane si cantik salah satu primadona sekolah, sebagai salah satu perantara orang-orang yang ingin dekat dengan si cantik primadona sekolah. Tapi mereka tidak mengenal Kimara Rei Gustavu, ah miris sekali.

Sebenernya berada diposisis seperti ini bukan hal baru. Aku bisa maklum pada awalnya, tapi semakin kesini lama-lama hal itu sedikit membuatku tak nyaman?

Aku tidak iri, atau apapun itu. Tapi aku sebal karena ketenangan ku semakin terkikis oleh permintaan-permintaan mereka yang ingin dikenalkan kepada Jane.

Sama seperti biasanya dan sebelum-sebelumnya, mungkin lelaki tinggi dihadapanku ini ingin dikenalkan kepada si cantik, atau memintaku untuk memberikan nomor handphone si cantik mungkin?

Aku mengangguk, kemudian tersenyum tipis sebelum menjawab pertanyaan si lelaki tadi.

"Kenapa? Mau dikenalin ke Jane?"

Entah pertanyaanku yang tepat sasaran, atau faktor lain. Lelaki di hadapanku tampak kaget dan salah tingkah.

"Ah.. nggak gitu. Itu... Aduh-"

Lelaki di hadapanku mencoba menjelaskan, entah menjelaskan tujuannya, atau membenarkan pertanyaanku tadi. Aku tersenyum lagi.

"Hehe santai aja sama aku" aku berkata sembari tersenyum tipis "Nama kamu siapa?" Aku melihat nametag yang berada di almamaternya. "Oh Arkasa... Iya nanti aku sampein salam dari Arkasa ke Jane. Yaudah Arkasa, kalo gitu aku duluan yaa"

Setelah tersenyum singkat aku berlalu dari hadapan lelaki itu sambil melambaikan tangan.

Sempat melirik sekilas, lelaki itu tampak kaget dan speechless? Seperti ingin menyampaikan sesuatu namun urung dilakukan.

Aku mengendihkan bahu, berusaha tak perduli. Aku sudah benar bukan? Akan menyampaikan salam dari lelaki bernama Arkasa itu ke Jane? lagian apalagi yang diharapkan dari semua yang menghampiriku? Bukankah sudah jelas kalo itu untuk Jane?

Oh wow siapa tadi? Arkasa? Jangan-jangan itu kapten basket yang sering di sebut-sebut oleh teman sekelasnya kah? Memang ganteng sih, ya tapi nyarinya Jane kan? bukan aku hehe.

Ah, pagi cerah dengan bumbu lucu.

-------

Lorong bagian buku novel perpustakaan sekolah lenggang, dan aku cukup senang karena bisa dengan leluasa menelusuri setiap bagiannya. Tapi rasa senang itu tak berlangsung lama saat menyadari novel yang kucari ada di rak paling atas.

Milenial GangWhere stories live. Discover now