5. Penolong

14 3 0
                                    

BUGH!

Saat jaraknya tinggal 1 cm dengan gadis cantik di hadapannya, tiba-tiba ada yang menarik kerah bajunya dengan kasar. Lalu memukulnya dengan brutal. Air mata pun lolos dari kedua manik gadis cantik itu. Jangankan untuk melerai, untuk berdiri saja pun rasanya lemas. Lidahnya terlalu kelu untuk mengucap sepatah kata pun.

Di dimensi lain, semua makhluk ciptaan Tuhan yang berada di kelas XI IPS 3 terlihat sangat mengenaskan. Mereka nampak lusuh. Tidak semua sih, hanya muridnya saja. Gurunya dengan seenak dahi memberi tugas seabrek. Merangkum dari halaman 220 sampai halaman 300. Apa tidak minta diheadshot itu guru?

"Tres, gue ke toilet boleh gak ya?" Tanya Alesha dengan berbisik.

"Lah, kok ke gue? Izin aja sono sama ibu," jawab Tresna sambil menelungkupkan kepalanya ke meja. Sangat membosankan.

"Ih takut lah, gue kan anak baru masa udah ke toilet aja?"

"Emang ada larangan anak baru gak boleh ke toilet? Lo mau pipis disini gitu langsung di TKP?" Ujar Tresna sudah mulai jengah.

Alesha yang melihat tatapan horor dari Tresna pun menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Yaudah, gue ke toilet dulu ya. Jangan kangen!" Tutur Alesha dengan ekspresi yang menggelikan di mata Tresna.

"Dih amit - amit," jawab Tresna dengan wajah ogah-ogahan.

Alesha mengangkat tangan kanannya, "bu saya izin ke toilet boleh?"

Bu Sulis alias guru sejarah yang killer itu menurunkan kacamatanya sampai hidung. Matanya menyipit seperti sedang meneliti Alesha dari ujung rambut sampai ujung kaki.

"Sini dulu kamu!" Jawab Bu Sulis menaikkan kembali kacamatanya.

Alesha pun menghampiri Bu Sulis ke meja guru. Menghampiri Bu Sulis ternyata cukup menantang adrenalin. Matanya yang tajam, bibir merah menyala, perawakan yang besar alias gendut. Eh, maaf bu diperjelas aja ya hehe..

"Kamu yang siswi baru itu?" Tanya Bu Sulis menyelidik.

"Iya bu," jawab Alesha tersenyum sopan.

"Beliin saya es teh manis di kantin!" Kata Bu Sulis merogoh saku celananya.

"Nih uangnya, kembaliannya ambil aja!"

Alesha mengangguk patuh, "siap bu."

Alesha melangkahkan kakinya keluar dari kelas sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Masalahnya, ia tak tahu kantin di sebelah mana. Mau nolak suruhan Bu Sulis, gak sopan. Mau nanya, takut duluan sama raut wajah Bu Sulis. Nasib nasib...

"Astaga, sial banget gue... Kantin dimana nih? Masa gue harus kelilingin sekolah yang segede gaban ini?" Gerutu Alesha sambil berjalan dengan langkah pelan.

Saat sudah mengelilingi Bhinneka yang luasnya seluas gurun Sahara, akhirnya Alesha menemukan kantin. Kini ku menemukan mu... Di ujung waktu tuk patah hati... Bernada ya gengs..

"Bu, pengen es teh manisnya ya satu." Ujar Alesha pada ibu pedagang kantin.

"Aduh neng meni geulis pisan, mangga atuh neng mau yang medium atau large?" Tanya ibu kantin pada Alesha yang terlihat kebingungan.

Alesha lagi-lagi menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Bu Sulis biasanya beli yang mana bu?"

"Oh... kalau Bu Sulis sih biasanya beli yang large neng. Eneng mau samain kesukaan eneng sama Bu Sulis?" Tanya ibu kantin dengan wajah kebingungan saat Alesha menanyakan yang biasa dibeli Bu Sulis.

"Eh, enggak kok bu tapi aku tadi disuruh buat beli es teh manis sama Bu Sulis."

"Oh gitu... Siap atuh neng tunggu bentar ya!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 05, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALESKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang