Satu

10 1 0
                                    

Aku terdiam sendiri di sebuah bangku yang nampak usang tapi masih kokoh untuk menopang berat tubuhku.

Gelap.

Tubuhku tremor, saat membuka mata tak ada yang bisa ku lihat. Semuanya gelap.

Apa yang terjadi? Tuhan...

Aku tidak mengingat apapun. Seluruh tubuhku rasanya sakit. Kepalaku pening. Kaki dan tanganku mati rasa. Perutku bergejolak seakan ingin memuntahkan sesuatu, tapi saat aku membuka mulut, tak ada apapun yang keluar. Leherku tercekat, rasanya aku tidak bisa bernafas.

Tuhan... Apa yang terjadi?

Ditengah kebingungan yang melanda, aku mendengar sebuah suara yang tak begitu asing. Perlahan-lahan suara itu seperti mendekat, membisik parau penuh keputus asaan. Kalimat yang di ucapkan tak terdengar jelas di pendengaranku.

Suara itu mendekat, semakin mendekat. Tiba-tiba saja, suara itu menghilang.

Ketakukan melingkupi diriku. Firasatku buruk. Aku mencoba kembali mengedarkan pandangan, berharap ada setitik cahaya yang bisa menyelamatkanku dari kegelapan ini. Namun nihil, semuanya gelap.

Aku takut, sungguh takut. Ingin rasanya aku menangis, tapi tak ada satu air matapun yang keluar dari pelupuk mata.

Aku tak sanggup.

Sendirian dalam kegelapan ini, sungguh membuatku takut.

Dingin.

Tubuhku menggigil, seiring dengan sesak yang terus menggerogotiku.

Gelap.

Dingin.

Sesak.

Semua sendi dalam tubuhku berubah kaku.

Tuhan ... Mungkinkah ini akhirnya ...

Perlahan kursi yang aku duduki melebur, seperti sehelai kertas yang di sulut api.

Aku kehilangan pijakan.

Tenggelam dalam kegelapan.

***

Selindung pilu.

Untuk segala lara yang bersemayam di jiwa.
Untuk segala cinta yang tak terbalaskan.
Untuk segala nyawa di bumi yang tak di rindukan.
Untuk teman-teman yang tak pernah bisa ku jadikan tempat bersandar.
Untuk keluarga yang tak pernah aku harapkan.

Aku izin pergi ...

Terimakasih atas segala duka yang sudah diberi.

Aku pamit pulang ...

Ke pangkuan Tuhan.

***

Tentang AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang