Reuni yang diadakan di sebuah Villa indah yang menghadap laut. Tempat yang membuat Risa bisa menikmati pantai yang sangat indah dan terkesan romantis itu.
Sudah sore hari Risa yang memutuskan untuk pulang, karena ada tanggung jawabnya yang harus menyiapkan makan malam. Ketiga sahabatnya merasa sedih harus merelakan sahabat pulang.
"Ada apa?" tanya Dinda ketika gadis itu diam di depan villa sesusah menerima telepon.
"Kayaknya Suamiku bakalan jemput aku," jawab Risa dengan wajah tak percaya dan syok.
"Serius? Baguslah, kapan dia datang?" tanya Dinda yang antusias dengan kedatangan suaminya Risa.
"Sebentar lagi," ucap Risa yang merasa tidak nyaman karena Theo tiba-tiba menjemputnya.
Dinda memberitahu yang lainnya jika suaminya Risa akan datang menjemputnya. Mereka yang menunggu cukup lama di depan villa bersama Risa akhirnya terlihat mobil masuk ke area Villa.
Mobil yang di bawa mewah membuat orang-orang salah fokus dan memperhatikannya. Ketiga sahabatnya Risa merasa tak asing dengan mobil itu.
"Aku rasa mengenal baik mobil itu," ucap Bella dengan menatap mobil itu lama.
Saat, seseorang keluar dari mobil baru mereka sadar jika pemilik mobil itu adalah atasannya.
"Pak Theo," ucap Dinda yang terkejut melihat atasannya di sana.
"Ngapain Pak Theo di sini," ucap Anggi yang lebih terkejut mengetahui atasannya datang.
"Kalian kenal Suamiku?" tanya Risa sontak membuat ketiga sahabatnya menatap ke arah Risa.
"SUAMI!" Teriak mereka bertiga saking terkejutnya mengetahui suami Risa siapa.
"Dia atasan kami di kantor, Sa." Ungkap Dinda dengan masih lemas menerima kenyataan itu.
"Heh?" Kaget Risa yang baru mengetahui itu.
Theo dengan penampilan kerennya dia berjalan ke arah Risa yang sudah menunggunya. Risa sudah berulang kali menolak agar Theo tidak menjemputnya, tapi pemuda itu tetap saja mau menjemputnya.
"Kalian," ucap Theo melihat ketiga karyawannya yang selalu membuat ricuh di kantor.
"P-pak Theo," ucap Dinda dengan cengengesan ketika selalu membuat ulah di kantor.
"Dinda, Bella, dan Anggi mereka sahabatku saat SMA." Kata Risa memperkenalkan ketiga gadis heboh itu.
"Oh," ucap Theo yang dimana membuat ketiga gadis itu tidak bisa berkata-kata.
Mereka yang selalu berimajinasi ingin memiliki suami seperti atasannya, kini bisa di wujudkan oleh Risa. Dia istri seorang pemilik perusahaan yang gajinya mungkin tidak bisa terhitung jumlahnya.
"Kenapa datang? Bukannya, harus masih di tempat kerja?" tanya Risa karena pemuda itu sudah pulang di luar jam kerjanya.
"Aku harus menjemputmu pulang," jawab Theo membuat mereka menatap atasannya yang selalu terkesan dingin ternyata bisa seperhatian itu.
Risa yang harus pulang berpamitan pada ketiga sahabatnya yang masih syok parah itu. Apalagi, dia harus menyaksikan atasannya menjemput istrinya yang ternyata sahabat mereka sendiri.
.
.
.Selama perjalanan Risa hanya diam dan tidak harus memulai pembicaraan darimana. Dia yang memang selalu kesulitan berkomunikasi dengan orang lain, harus bertemu dengan pemuda berdarah dingin seperti Theo.
"Kalaupun kita tidak menikah. Aku tetap akan bertemu denganmu, aku yakin kamu akan bekerja bersama ketiga sahabatmu di perusahaanku." Jelas Theo membuat gadis itu terdiam.
"Bukannya aku tetap bekerja denganmu sebagai Istri yang bertugas menjaga dan merawatmu yang tidak ada hari cuti atau libur." Kata Risa membuat pemuda itu sedikit tersenyum.
"Sejak kapan kamu pandai menggombal. Jangan bilang mereka mengajarimu," ucap Theo karena dia tahu istrinya yang pendiam dan kalem.
"Aku akan mencintaimu secara ugal-ugalan." Kata Risa sampai membuat pemuda itu menghentikan mobilnya mendadak.
Risa yang terkejut langsung menatap ke arah suaminya yang tiba-tiba menghentikan mobilnya. Pemuda itu menelan ludahnya ketika gadis itu tiba-tiba berkata seperti itu.
"Ternyata Suamiku begitu populer di kantornya," ucap Risa yang melihat reaksi ketiga sahabatnya.
"Pantesan jarang pulang dan pulang larut malam. Karyawannya aja spek bidadari, pulang siang-siang rugi dong." Celetuk Risa sampai Theo menatapnya tak percaya.
"Aku emang sibuk banyak yang harus ku kerjakan," ucap Theo membuat gadis itu memberikan senyuman sinis.
"Sibuk tebar pesona." Timpal Risa sampai Theo tidak habis pikir jika gadis itu akan berpikir sejauh itu.
Mood Risa langsung rusak ketika membahas betapa populernya Theo di kantornya. Sudah dia duga siapapun yang melihat suaminya tidak akan bisa mengalihkan pandangannya.
Mungkin, ini resiko yang harus dia dapatkan karena memiliki suami setampan Theo. Usia yang tidak muda tetap tidak bisa menutupi ketampanannya dan pesonanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck In The Past
Teen FictionAku hanya punya cinta untuk mempertahankan rumah tangga kita. Mungkinkah, cinta yang ku miliki dapat mengubahmu untuk mencintaiku balik. ~Risa Adrianii