Thirty One : A Romantic Trip

393 64 35
                                    

"Hanbin, ayo ke pantai." Ucap Jinhwan pada suatu sore di akhir pekan.

Hanbin yang tengah bermain game di ponselnya mengangguk tanpa menoleh. "Ke pantai mana kau ingin pergi, Jinanie? Aku akan membawamu."

Jinhwan mengusap pergelangan tangannya diiringi dengan sebuah senyuman yang menyimpan banyak arti. "Aku tidak ingin ke pantai yang terlalu ramai pengunjung."

Kedua alis Hanbin bertaut. "Aku akan mencari tahu pantai bagus yang tidak dikunjungi banyak orang. Kapan kau ingin pergi?" Kedua matanya masih fokus pada game di ponsel.

Ada jeda selama beberapa detik sebelum dijawab oleh Jinhwan, "Secepatnya. Asal tidak mengganggu waktumu."

Hanbin tersenyum, memutuskan menyudahi permainannya dan meletakan ponsel diatas meja. Bangkit dari single sofa yang sebelumnya dia duduki lalu mendekat pada Jinhwan yang duduk di sofa besar. Menarik tubuh yang lebih kecil darinya itu ke dalam pelukan.

"Kau tidak pernah menjadi pengganggu. Bagaimana mungkin aku akan merasa terganggu saat kekasihku mengajakku melakukan perjalanan romantis?" Bibir Hanbin mengecup lembut kening Jinhwan.

Jinhwan memejamkan mata sejenak sebelum merespon, "Perjalanan romantis hidungmu." Tapi dia tersenyum setelahnya, membalas pelukan Hanbin.

"Bagaimana jika kita pergi seminggu?" Hanbin menyarankan.

Jinhwan mendongak untuk menatap pria itu dan memukul bahunya perlahan. "Kau mau membolos kerja? Jangan coba-coba."

Hanbin mendengus, "Aku hanya akan meminta cuti."

"Lalu apa alasanmu?"

Dengan enteng Hanbin menjawab, "Liburan bersama calon isteriku, tentu saja."

Satu pukulan mendarat di kepalanya. "Jangan gila. Kau bodoh."

Hanbin tertawa. "Aku serius."

"Lalu aku akan mematahkan hidung besarmu jika berani mengatakan hal seperti itu." Balas Jinhwan dengan nada kesal.

Hanbin mengerutkan kening. "Kenapa kau begitu kesal? Apa kau tidak senang menjadi calon isteriku?"

Oh tidak. Itu adalah pembahasan sensitif untuk Jinhwan. Jika itu beberapa bulan lalu, Jinhwan akan merasa senang dan malu mendengarnya. Hal-hal seperti pernikahan dan keluarga bahagia menjadi pembahasan yang menyenangkan diantara mereka. Namun kini, semuanya berbeda. Bagi Hanbin memang masih sama, tapi tidak bagi Jinhwan. Membahasnya lagi hanya akan menusukkan belati tajam tak kasat mata tepat di ulu hatinya, mengoyak lalu mencabiknya.

Jinhwan hanya tersenyum pahit. "Baiklah, terserah padamu. Tapi di masa depan, tidak ada lagi hal-hal seperti meminta cuti hingga seminggu untuk pergi berlibur. Sekalipun kau seorang pimpinan perusahaan."

Hanbin mengangguk mengiyakan. "Baiklah, baiklah. Kau semakin persis ibuku saja. Cerew-aww!"

Jinhwan sudah mendaratkan cubitan yang menyakitkan di pinggang Hanbin. Selanjutnya, entah alasan apa yang akan Hanbin berikan pada atasan juga ayahnya untuk bisa pergi bersama Jinhwan. Pria mungil itu tidak terlalu mau ambil pusing, yang penting dia bisa pergi bersama Hanbin untuk menikmati perjalanan romantis berdua.

Dia hanya ingin menciptakan kenangan indah di saat-saat terakhirnya bersama Hanbin sebelum hari dimana dia harus melepas kekasihnya itu tiba.

.

.

Hanbin benar-benar melakukan hal yang diminta Jinhwan dengan cepat. Tepat di hari Senin sore, setelah mengurus perizinan dari kantor juga mendapat info tentang pantai sesuai yang diinginkan Jinhwan di pagi hari, keduanya berangkat dengan melakukan perjalanan udara dari Seoul ke Niigata, Jepang. Hanbin menemukan tempat yang sangat bagus untuk perjalanan mereka berdua selama seminggu, yaitu Pulau Sado yang berada di bagian barat prefektur Niigata.

Let You FlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang