Twenty : Rain In Buam-dong

1.3K 241 80
                                    

[ Crying Out (Scream) - D.O EXO ]





Siang itu mendung saat Hanbin dan Jinhwan tiba di Korea. Keduanya baru turun dari taksi yang membawa mereka dari bandara tadi tepat di depan pagar tinggi rumah Hanbin. Saat taksi sudah pergi, Jinhwan yang hendak berjalan ke rumahnya ditahan oleh Hanbin. Membuatnya keheranan karena Hanbin sama sekali tak mengatakan apapun dan tiba-tiba membawanya pergi ke rumah pemuda tampan itu. Si mungil menyapa Paman Kang yang membukakan pagar dengan ramah. Lalu bersungut-sungut karena Hanbin terus menariknya tanpa membiarkan dia menyelesaikan perbincangan singkatnya dengan penjaga pagar yang baik hati itu.

"Setidaknya katakan apa maksudmu, Kim." Komentar Jinhwan saat mereka sudah masuk ke dalam rumah.

Bibi Jung dan Sungkyung menyambut kedatangan keduanya dengan antusias. Gadis kurus itu bahkan sudah bertanya-tanya heboh tentang apa yang kedua pemuda itu lakukan di Jepang pada Jinhwan yang tangannya masih ditarik oleh Hanbin. Sayang sekali dia belum bisa meladeni Sungkyung karena Hanbin tidak memberinya kesempatan untuk berhenti dan menjawab pertanyaan pelayan muda itu.

Sampai di kamar, Hanbin melepaskan tangannya dari Jinhwan. Berjalan ke arah meja yang Jinhwan pikir adalah meja belajar. Bisa dia lihat pemuda tampan itu tengah mengambil dua buku catatan. Setelahnya berbalik dan berjalan menghampiri Jinhwan yang menatapnya penuh tanya. Hanbin menyodorkan kedua buku itu ke arah Jinhwan yang semakin bertanya-tanya.

"Ini tugas fisika dan bahasa asingku yang diberikan ssaem pekan lalu. Bisakah kau memberikannya nanti pada Oh ssaem dan Han ssaem jika besok aku kalah di pengadilan? Aku mungkin akan langsung dipenjara dan tak bisa datang lagi ke sekolah."

Jinhwan membeku atas permintaan Hanbin yang menghantam ulu hatinya dengan keras itu. Mengingat kembali bahwa besok merupakan hari yang begitu berat bagi mereka. Hanbin dan pengacaranya harus berjuang untuk memenangkan sidang, namun mengingat keluarga Nam adalah orang-orang curang, rasanya Jinhwan sedikit pesimis apakah Hanbin bisa menang.

"Kim, simpan buku itu. Kau pasti menang di pengadilan besok." Jinhwan tak menerima buku itu dan memilih untuk memalingkan wajah ke arah lain.

"Ambil." Ucap Hanbin terdengar dingin.

Jinhwan menoleh dan menatap Hanbin tajam. "Kau masih memikirkan tugas sekolahmu sedangkan saat ini masa depanmu sedang dipertaruhkan?"

"Aku murid teladan, asal kau tahu."

"Aku tak peduli!" Sambar Jinhwan dengan suara tinggi. "Kau ini putus asa atau apa, Kim?? Percaya dirilah bahwa kau besok akan menang!"

Hanbin berdecih lalu berjalan mendekat ke arah Jinhwan. Menarik tangan mungil miliknya untuk menerima kedua buku itu secara paksa.

"Simpan saja dulu di rumahmu. Jika besok aku tak bisa kembali kesini, laksanakan permintaanku ini."

Tiba-tiba Jinhwan melepaskan tangan Hanbin dari lengannya. Melempar buku catatan pemuda itu dengan kasar. Hanbin merespon dingin meskipun dia terkejut sebelumnya.

"Kenapa kau seperti ini?!" Jinhwan berteriak dengan suara bergetar.

"Kau yang kenapa? Tiba-tiba melempar bukuku dan berteriak seperti itu?" Hanbin bertanya dengan suara dinginnya sambil menatap tajam Jinhwan. Dia kesal atas perlakuan Jinhwan, meskipun dia bisa melihat tatapan terluka dari netra yang basah itu.

Kedua sipit itu berkaca-kaca. Merasakan sakit yang menyesakan akan sebuah ketakutan kehilangan Hanbin. Baru saja dia dan pemuda itu bisa menikmati waktu bermain yang menyenangkan pagi tadi di Jepang. Namun, saat pulang dirinya harus dihadapkan dengan sebuah kenyataan pahit. Jinhwan menggigit bibirnya menahan diri untuk tak menangis. Tanpa mengatakan apapun dia berbalik untuk beranjak pergi meninggalkan Hanbin. Namun tanpa diduga tangannya ditarik dan tubuhnya dibawa ke dalam sebuah dekapan yang hangat.

Let You FlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang