O.2 ; get caught

660 130 14
                                    

[ get caught ]

.

.

.

keesokan hari, chenle bangun lebih pagi dari jadwalnya yang biasa. ia memutuskan untuk menjadwal kegiatan yang dilakukan agar hidupnya lebih tertata.

lagi pula untuk beberapa minggu ke depan ia akan tinggal di dormnya untuk kegiatan yang akan datang dan tentu saja ia membawa daegal dengannya yang sekarang menginap di kamar renjun.

ketika menginap di dorm, chenle akan sekamar dengan jaemin mengingat sekarang renjun dan jisung menjadi roommate dan jeno masih betah bersama dua sepeda yang satu miliknya dan satunya lagi milik jaemin.

chenle mengusap matanya yang masih sayu dan mencari keberadaan jaemin di sekitar yang seolah menghilang. bahkan ranjang pemuda na itu sudah rapih. kini iris hitamnya menelisik ke arah jam dinding yang terpasang. benda mati itu menunjukkan angka tiga belas lebih tujuh belas menit dalam format digital dua puluh empat jam.

chenle mendesah berat. kemungkinan besar jaemin dan yang lain meninggalkannya sendirian. lalu apanya yang bangun lebih pagi? ini sama saja dengan jadwal bangun tidurnya karena berjaga ketika malam.

pemuda manis itu bangkit dari ranjang dan merapikan selimut serta bantal. setelahnya ia mematut diri di cermin dan menatap bayangannya sendiri dengan takjub.

"woah, penampilanku seperti habis diterpa badai"

suara pip ringan membuat mata chenle menelisik ke arah nakas di mana ponselnya berada dan tengah menampilkan notifikasi peringatan baterai lemah.

panik, ia mencari-cari dimana letak chargernya berada. setelah membuka beberapa laci nakas dan melongok kolong tempat tidur, chenle pun menyerah lalu berjalan keluar kamar tak lupa dengan ponsel di genggaman karena tak menemukan barang yang dicarinya.

pandangnya mengedar. ia benar-benar ditinggalkan sendirian. ketika matanya melirik ke arah lemari pendingin di sana ada selembar post it berwarna biru langit yang mencolok.

chenle tersenyum kecil ketika membaca tulisan hangul yang rapih khas seorang na jaemin.

membuka lemari pendingin dengan suasana hati riang, chenle mendapatkan potongan apel yang sudah dikupas dan dipotong kecil-kecil.

"terima kasih, hyung. kau memang malaikat hehe" ia terkikih disela kunyahan dan bahunya tersentak ketika ponsel yang ia kantongi beberapa saat lalu kembali bergetar.

"astaga, dimana sih chargerku! kenapa tiba-tiba menghilang? atau aku lupa membawanya?"

chenle meletakkan piring kecil berisi apelnya dan kembali berjalan mengelilingi ruang tengah dorm seraya mencari barang yang diinginkan.

"ah ya, seluruh penghuni dorm ini iphone user kan? seratus persen pasti chargernya sama! ck, aku akan meminjam punya jeno-hyung saja karena kemarin dia begitu menyebalkan!"

chenle membalikkan badan dan berjalan menuju kamar jeno yang ditempatinya sendiri. chenle mengulum bibir ketika memutar tuas pintu kamar hyungnya dan mendapati ruangan tersebut tidak terkunci.

"permisi" ujarnya lirih dengan langkah berjingkat. chenle tidak menutup rapat pintu tersebut dan memilih langsung mengedarkan pandangan mencari barang yang dibutuhkannya.

iris kecoklatannya menyapu setiap barang yang ada dan atensinya terserap pada suatu benda mencurigakan di nakas sebelah tempat tidur jeno.

chenle mendekat dan menyentuh barang tersebut. tiba-tiba saja jantungnya berdentum ribut. ia membaca rangkaian kata di sana dan berbisik lirih. "kantung... donor darah?"

bukan hanya itu, di atas nakas tersebut juga ada satu sticky notes ukuran sedang yang tertempel di kantung darah lainnya dan tertulis 'donor darah manusia tipe o rhesus negatif kesukaanmu, berterima kasihlah kepadaku, sungchan-ah'

genggaman pada ponsel di tangan kiri kian melonggar. punggung chenle menegak dan kakinya perlahan mundur. ia hampir saja berteriak jika tidak dapat mengendalikan diri tetapi kenyatannya ia hanya mampu berbisik lirih.

"... d-darah? d-darah manusia? l-lelucon macam apa ini? s-sungchan? u-untuk apa...?"

chenle terlalu terfokus dengan sekantung darah yang ada di tangannya hingga tidak menyadari sosok lain bertubuh tinggi sudah berada di belakangnya.

"zhong chenle." suara baritone yang sedikit serak menyapa indera pendengaran. punggung chenle terasa kaku. ia memaksakan diri untuk berbalik dengan cepat dan menyembunyikan kantung darah yang masih ia pegang di balik punggung.

.

.

.

[ ѵéɾѵáցվ ]

vérvágy [ ✅ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang