Bab V (KONTRAK JIWA)

19 2 0
                                        

Aku membuka mata perlahan. Tubuhku terasa ringan, tapi pikiranku penuh bayangan yang tak bisa kupahami. Aku masih bisa merasakan aroma tanah basah dari gua itu. Suara angin yang menembus celah. Dan... suara bisikan yang tak kunjung berhenti.

Chloe memelukku erat. Matanya masih merah. Tangannya gemetar. Ia menangis sambil memanggil-manggil namaku seolah aku baru saja pergi jauh.

"Sudah, sudah," kataku pelan. "Aku di sini."

Dia mendongak. "Jangan lakukan itu lagi. Janji?"

Aku tersenyum lemah. "Baiklah... aku janji."

Lalu ia melihat ke bawah. Di kakiku, makhluk kecil itu bergerak pelan, mencari kenyamanan di dekatku.

"Eh? Siapa ini?"

"Itu... naga."

"Apa?! Bukannya mereka sudah punah?"

"Sepertinya dia yang terakhir." Aku menatap mata biru itu. "Dan kami... sepertinya terhubung."

Chloe menatap Myra dengan tatapan heran dan kagum. Lalu tiba-tiba, suara kecil itu terdengar di kepalanya.

"Mama..."

Chloe tersentak. Pipinya langsung memerah. "H-hah?! Dia bilang apa??"

Aku tertawa kecil. "Dia cepat sekali melekat padamu."

Chloe masih syok, tapi akhirnya tertawa juga. Ringan. Bahagia. Polos.

Aku tidak memberitahunya apa-apa. Aku belum siap. Aku sendiri bahkan belum yakin dengan apa yang baru saja terjadi di dalam diriku.

Di malam yang sama, aku bangun karena mimpi buruk.

Aku berada di ruangan batu itu lagi. Dindingnya bercahaya redup, ukiran kuno berkedip-kedip seperti bernapas. Di tengah ruangan, simbol naga menyala di lantai.

Roh itu ada di sana.

Ia menatapku tanpa bicara. Lama.

Akhirnya, ia berkata:

"Kau telah melakukan kontrak. Tapi tahukah kau arti kontrak itu?"

Aku diam. Aku tidak tahu. Tapi aku bisa merasakan sesuatu. Sesuatu yang mulai tumbuh dalam diriku. Bukan hanya kekuatan. Lebih dari itu.

"Kau tidak hanya membangunkan naga, Grey. Kau membuka jalan yang sudah lama tertutup."

"Darahmu adalah kunci. Jiwa yang kau bawa adalah pintu. Dan komet yang akan datang... adalah awal dari segalanya."

Aku menelan ludah. "Apa maksudmu?"

Ia tidak menjawab. Ia hanya mengangkat tangannya, dan langit-langit ruangan mulai berubah. Bintang-bintang palsu muncul, dan di antara mereka, sebuah titik cahaya ungu mulai bersinar.

"Itu adalah pertanda. Bukan untuk kematian. Tapi untuk lahirnya sesuatu yang baru."

"Ada dua jiwa yang akan muncul. Satu dari api. Satu dari es. Dan satu dari keduanya—kamu."

Aku ingin bertanya lebih lanjut. Tapi ruangan mulai menghilang. Cahaya memudar. Suara roh itu menjadi bisikan samar.

"Carilah kebenaran... dan jangan pernah berpaling."

Ketika aku bangun, pagi telah tiba.

Chloe masih tertidur di dekatku. Myra memeluk lengannya. Aku menatap langit dari celah gua. Udara dingin menusuk tulang.

Aku menyentuh telapak tanganku. Bekas lukaku berdenyut pelan. Aku bisa rasakan sesuatu dalam darahku. Seperti aliran sungai yang mulai mengalir lagi setelah ribuan tahun beku.

Aku menarik napas panjang.

"Kalau begitu... aku harus terus maju."

Aku tidak tahu siapa yang akan lahir. Aku tidak tahu apakah aku harus menghentikannya atau membantunya.

Tapi aku tahu satu hal:

Aku tidak akan lagi menjadi boneka takdir.

Aku akan memilih jalanku sendiri.

Setelah turun dari gunung, kami bertemu dengan Eldira , nenek Chloe, yang memberiku sedikit penjelasan tentang kontrak jiwa.

"Kontrak bukan hanya ikatan fisik. Itu adalah kesepakatan antara jiwa manusia dan jiwa spirit. Naga, seperti Myra, bukan makhluk biasa. Mereka adalah entitas yang hidup di dimensi lain, dan hanya bisa terhubung dengan manusia yang memiliki jejak jiwa sangat kuat."

"Kau, Grey... kau tidak hanya membuka satu pintu jiwa. Kau membuka semua pintu sekaligus. Kau adalah jalan."

Aku menggenggam tanganku yang berlambang naga. "Lalu kenapa aku?"

Eldira menatapku dengan senyum sayu. "Karena kau adalah orang yang dibakar oleh masa lalu. Hanya jiwa yang hancur bisa membuka jalan menuju kebenaran baru."

Saat istirahat di bawah pohon besar, Myra akhirnya bisa berbicara denganku secara jelas.

"Grey... aku merasakan sesuatu dalam dirimu. Sesuatu yang sakit. Apa itu?"

Aku diam. "Kenangan buruk."

"Tapi kau juga punya cinta. Cinta yang besar. Itu sebabnya aku memilihmu."

"Memilihku?"

"Naga tidak memilih sembarang manusia. Kami mencari jiwa yang punya api dan hati. Kamu punya keduanya."

Aku menatap matanya yang biru jernih. "Aku harap aku pantas dipilih."

Myra menggeleng. "Kau sudah pantas. Karena kau tetap berdiri meski dunia telah merobekmu."

Beberapa hari setelah kontrak, Chloe mulai menunjukkan gejala aneh. Ia sering melihat bayangan, mendengar suara yang tidak bisa didengar orang lain, dan kadang-kadang, tubuhnya membeku tanpa sebab.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi," katanya suatu malam. "Tapi aku bisa... merasakan sesuatu dalam diriku. Seperti es yang mengalir di darahku."

Aku menatapnya cemas. Myra juga bereaksi.

"Jiwa Chloe... dia punya jejak yang sangat tua. Bisa jadi, dia salah satu dari dua jiwa yang disebut roh itu. Api dan Es."

"Chloe... kau mungkin bagian dari takdir ini."

Chloe tersenyum getir. "Aku tidak percaya takdir. Tapi kalau memang aku terlibat... maka aku akan memilih jalanku sendiri. Bersamamu."

Aku mengelus rambutnya. "Selama kita bersama... kita pasti bisa melewati semuanya."

Langit mulai gelap. Komet ungu masih terlihat samar di ufuk timur.

Aku menatapnya, dan kali ini, aku tidak merasa takut.

Aku bukan lagi ksatria yang dikhianati.

Aku bukan lagi boneka takdir.

Aku adalah Grey.

Pemegang kontrak jiwa.

Dan aku akan menentukan nasibku sendiri.

GreyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang