Chapter I

945 177 23
                                    

Chapter I : The Guards
⚠️ Rate 17+
Note : kalimat cetak miring = menjelaskan kalimat monolog yang tidak diucapkan/flashback kejadian

Seorang wanita dengan balutan pakaian minim nan sexy berwarna merah berjalan menuju sebuah ruangan. Aura wanita dewasa terpancar dari tubuh wanita meski ia coba tutupi dengan sebuah kain. Berjalan layaknya model runaway ke sebuah pintu yang dijaga oleh dua pengawal dikedua sisi.

Kedua netra cantiknya menelisik bangunan yang mengelilinginya, mulai dari dekorasi, perabot, sampai pengawal yang berjaga. Ia mencoba memahami situasi sebelum beraksi. Tidak salah lagi, itu merupakan kamar dimana targetnya berada.

"Bukankah ini terlalu mewah untuk orang yang akan menemui ajal? Ck ck ck." Dengus wanita tersebut geli.

Senyum percaya diri tersungging di bibir yang terpoles lipstik warna merah merona, sedikit memandang rendah kedua pengawal yang dengan sigap bergerak menghalanginya.

"Permisi Miss, boleh kami periksa barang yang Anda bawa?" Hadang pengawal berbadan tinggi sebelum wanita itu memasuki ruangan yang dituju.

"Ck, aku dipanggil langsung ke sini. Tidak sopan!" Decak jengkel wanita tersebut.

"Mohon maaf Miss, keselamatan Tuan kami lebih utama. Tolong kerjasamanya." Ucap pengawal lain dengan tegas.

Wanita tersebut menyerahkan tasnya untuk diperiksa dengan gaya arogan. Setelah dirasa yakin tidak ada benda aneh atau berbahaya. Kedua pengawal tersebut mempersilakan wanita tersebut untuk masuk.

"Silakan masuk Miss."

"Tentu saja kalian tidak akan menemukan apapun bodoh." Batin wanita itu melengang masuk ke dalam ruangan.

Ini bukan sekali dua kali ia mengelabui pengawal seperti ini. Pekerjaannya sebagai killer memang memiliki daya tarik tersendiri. Lebih detailnya daya tarik itu datang karena ia seorang wanita.

Diperiksa seperti apapun tentu saja tidak akan menemukannya, ia telah menyembunyikan amunisinya dengan apik.

Target yang ia terima sebagian besar adalah pria, yang sering wanita itu sebut sebagai 'manusia sampah yang berlagak hebat' atau 'orang-orang bodoh yang mengira wanita yang mengikutinya hanya sebuah trofi'.

Wanita yang merangkap sebagai killer itu dengan anggun mendudukkan dirinya ke ranjang dan melepas kain yang menutupi gaun merah sexy-nya, kemudian mengamati targetnya yang dengan santai meneguk minumannya di sofa.

"Jeffrey Jeong, aku tidak sabar melihatmu bertekuk lutut dan mengemis minta tolong padaku. Hahaha rasanya mendebarkan sama seperti narkoba."

"Bukankah aku cantik?" Wanita itu memilih kalimat tersebut sebagai pembuka.

"Entahlah." Jawab Jeffrey asal, pria itu dengan santainya meregangkan tubuh atletisnya yang terbalut bathrobe lalu bersandar pada sofa.

Tentu saja wanita tersebut kesal bukan main mendengar tanggapan datar dari targetnya. Sedikit menggigit dalam bibirnya untuk meredam emosinya. Dengan langkah sedikit tergesa ia berjalan sensual ke arah Jeffery yang masih tidak bergeming.

"Respon datar begini sebenarnya membuatku tidak bergairah."

Dengan kasar ia membuka bathrobe Jeffrey kasar dan mulai mencumbui tubuh atletis pria dihadapannya. Mulai dari rahang tegas, leher, sampai dada bidang tidak luput dari ciumannya.

The GuardsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang