Chapter 2 : The Guards
⚠️ Rate 17+
Note : kalimat cetak miring = menjelaskan kalimat monolog yang tidak diucapkan/flashback kejadianMata Jennie masih terbelalak tak percaya, digenggamnya tali tas punggungnya sedikit lebih kencang. Berkali-kali ia memastikan tulisan kertas di tangannya yang lain adalah alamat yang sama dengan bangunan yang ada dihadapannya. Lebih tepatnya sebuah flat lusuh dan tidak terawat, menyapa indra pengliatan gadis 25 tahun tersebut. Dan sepertinya guyuran hujan memperparah keadaan sekitar flat tersebut.
Satu helaan nafas panjang mengawali langkah Jennie untuk masuk ke arah dalam flat. Setelah masukpun keadaan dalam flat tidak lebih baik dari penampakan luar. Sampah plastik dan kertas berserakan, belum lagi beberapa botol dan kaleng minuman beralkohol juga ikut berceceran. Namun dari seluruh pemandangan itu, namun kedua netra Jennie terfokus pada pria paruh baya yang tidak kalah kacau dari keadaan rumah.
"Jennie-ya?" Ucap pria paruh baya tersebut ketika menyadari kedatangan Jennie. Kedua tangannya otomatis menelungkup menutupi wajahnya, betapa malunya pria tersebut dengan keadaannya sendiri dan berghadapan dengan putri sulungnya.
"Maafkan aku begini dihadapanmu... menyebalkan... padahal sudah susah payah kamu datang kemari. Maafkan ayah. MAAF.."
Jennie kehilangan fokusnya, sejenak ia teringat dengan alasan apa yang mengantarkannya kepekerjaan yang sangat sering bergelut dengan darah dan mayat ketimbang ketika ia berada di militer dulu. Sambil bersiap membereskan wanita cantik yang telah terbujur kaku di hadapannya kini, nuraninya terus saja terusik.
"Kalau bukan karena utang Ayah... Tidak ada alasan untuk datang ke tempat ini. Dan bertemu dengannya!" Diliriknya Tuan mudanya yang malah asik memainkan pistol seolah acuh dengan keadaan sekitar atau pada bau anyir yang lama-kelamaan menyeruak.
Dengan sekuat tenaga ia segera mengangkat wanita bergaun merah tersebut.
"Schenerazade bertahan hidup karena seribu satu malam dari Raja. Tapi, apa wanita ini tidak punya cerita menarik yang bisa membuatnya bertahan hidup untuk bisa melewati satu malam saja?"
"Ugh, ternyata cukup berat."
"Atau ceritanya itu membosankan untuk Raja dikamar ini?." Pikir Jennie sekali lagi, kemudian melangkah keluar kamar.
Dalam diam Jennie terus saja bermonolog, tentu saja karena ia sangat sayang terhadap nyawanya sendiri untuk sekedar menggerutu di hadapan majikannya.
"Seharusnya aku pergi saja di hari pertama melihat mayat. Huff... setidaknya sudah setengah tahun berlalu. Jadi, aku cukup bertahan setengah tahun lagi."
Sampai diambang pintu, Jennie melihat Johnny dan beberapa pelayan yang telah siap membersihkan tempat.
"Hari ini kerjamu sangat rapi... kasihan padahal dia cantik." Ucap Johnny sembari menengok wajah wanita dalam gendongan Jennie.
"Lagian kenapa dia ingin membunuh 'singa gurun' itu sih? Cepat bereskan, Nini. Biar aku yang berjaga di sini." Lanjut Johnny yang dibalas anggukan singkat Jennie.
THE GUARDS
Jennie POV
Entah sudah berapa kali aku bergulat dengan mayat dan darah seperti ini, namun seberapa banyak pun itu tetap saja tidak akan pernah ada kata terbiasa dalam kamusku. Memang bukan pertama kali juga berhadapan dengan hal seperti ini, namun bukankan ini sungguh keterlaluan sampai pengawal disuruh untuk membersihkan mayat!
Tempat yang kugunakan bekerja kini adalah sebuah mansion yang khusus diperuntukkan bagi keluarga dari salah satu perusahaan minyak terbesar di dunia. Tentu saja tak jauh dengan silsisilah keluarga yang kompleks dan rumit.
Lalu 'Dia' yang merupakan majikan kami adalah pewaris utama yang sudah ditetapkan untuk menjadi pemimpin selanjutnya. Dia terlahir dari ibunya yang berasal dari Korea-Amerika dan pemimpin sekarang yang sedang terbaring sakit. Selain itu, dia merupakan anak laki-laki satu-satunya 'yang masih hidup'.
Status sebagai anak kandung yang masih hidup harusnya memperkuat haknya untuk mewarisi tahta itu, namun para petinggi dan saudara dari ayahnya tetap tidak bisa menerima darah campurannya.
Mereka yang terlihat mendukung dan berpihak padanya, diam-diam sampai mengutus orang untuk membunuh pewaris utama. Sama seperti dirinya, mereka pikir dengan menggunakan wanita sebagai alat, bisa membuat 'singa gurun' itu dapat tergoda, sehingga sebagian besar killer yang dikirim wanita. Dan fakta lucunya, tidak ada seorangpun yang dapat kembali dalam kondisi hidup.
"Bahkan ada killer yang pernah menjuarai kontes kecantikan negeri ini. Padahal dia benar-benar cantik."
Mungkin karena kabar percobaan pembunuhan yang tersebar, belakangan ini karena pemimpin sekarang berusaha keras mencarikan pasangan untuk anaknya.
Pemimpin ingin mencariakan pasangan yang layak, kemudian bisa segera menurunkan takhta pada anaknya. Namun, mana mungkin ada yang rela menyerahkan anak gadisnya disituasi seperti ini?
Zai Xuan atau Jeffrey Jeong, majikan kami sekaligus kandidat pewaris utama yang tahun ini menginjak usia 31 tahun. Pria yang menurut rumornya sangat tidak menyukai nama yang diberikan ayahnya Xuan-xuan dan lebih memilih menggunakan marga ibunya sebagai wujud pembangkangan.
Dengan wajah rupawan dan tubuh atletisnya, persis seperti binatang buas yang dengan sadis memangsa para killer yang dikirimkan padanya tanpa belas kasihan.
Singa gurun yang terpenjara di iklim sejuk negara ini, itulah julukan yang sangat tepat menggambarkan tuan kami. Tentu saja hanya kami, para pengawal yang mengetahui panggilan.
"Kalau ketahuan, aku kira kami benar-benar bisa mati." ucapku pelan dan sedikit tertawa menghibur diri sendiri.
Aku meletakkan mayat tersebut di sebuah ruangan khusus yang biasa kami gunakan untuk pembersihan, tentu saja bukan kami yang akan membuah langsung mayat tersebut. Jika itu terjadi aku lebih memilih menjual ginjal dan menutup biaya pelanggaran kontrak.
"Tapi kenapa para killer bisa selangsing ini. Kalau begini caranya.... jangan-jangan nanti di seluruh dunia penampilannya bisa langsing seperti ini. Hah sudahlah..."
Dengan segera aku melanjutkan pekerjaan memuakkan ini, memasukkan mayat ke dalam kantong dan menunggu petugas 'kebersihan' nanti membereskannya.
"Hah... sungguh aku ingin cepat berhenti dari pekerjaan ini." Ucapku sambil melangkah keluar, tentu saja aku harus kembali ke kamarku dan membersihkan diri dari darah yang menempel.
Tak butuh waktu lama untukku mandi karena tentu saja aku tidak bisa berlama-lama meniggalkan Johnny sendirian untuk berjaga.
"Sudah berapa kali aku mengeluh hari ini? tapi kenapa bau darahnya tidak mau hilang! aku lebih sering hidup ditemani bau darah di sini darpada di medan perang...." Aku mengendus-endus tubuhku dengan perasaa sedikit sebal.
"Ah, aku tidak peduli. Bukan salahku! Bukan aku juga kan yang membunuh! Ayo Jennie tidak usah memikirkan itu!"
Secepat kilat aku berganti pakaian dan memakai setelan hitam seperti para pengawal pada umumnya, meski pekerjaannya sangat tidak umum.
Sampai taman aku melihat sosok lain yang tengah melambai ke arahku.
"Hei, Jennie?"
"Ah, selamat pagi...."
"Tuan Si Chen." Lanjutku setelah berhasil bergegas menghampirinya, Dong Si Chen. Sepupu si 'Singa Gurun'.
TBC
Hi! Long time no see hehe 😆
Ada yang kangen?
Makasih udah setia nunggu up yaBtw jangan harap ada adegan 'ehem' dari ff ini karena ada rate 17+ ya 🤣🤣 pertama gue nggak siap masukin adegan gituan karena gue yakin pembaca di sini masih banyak yang belum legal, yang kedua rate 17+ itu lebih ke adegan yang berbau kekerasan & pembunuhan karena alur aslinya emang gitu.
Sekali lagi thankseuuu ♥️

KAMU SEDANG MEMBACA
The Guards
Fiksi PenggemarMain Cast : Jung Jaehyun NCT Kim Jennie Blackpink ⚠️ Cerita ini merupakan adaptasi dari manhwa Dictatorship Author : 김신형 Artist : Ullpe ©2021, Jencenter