Prolog

256 42 45
                                    

"Itu Bi, itu Bi, ikutin mobil itu," Ujar Renatta mengebu-gebu ia tidak ingin tertinggal terlalu jauh.

Abimana pun memacu kendaraannya lebih cepat daripada sebelumnya. Walaupun ia berusaha tidak terlalu dekat. Tetap menjaga jarak aman. Jika si empunya kendaraan sadar diikuti diam-diam rencana mereka bisa gagal.

Mobil berwarna hitam pekat berjenis Toyota Fortuner itu melaju agak cepat meninggalkan kendaraan yang dikendarai Renatta dan Abimana. Sesekali Abimana mencoba mendongak sedikit dari posisi bangku stirnya. Ia mencoba tidak melepaskan pandangannya sedikit pun walau sesekali pandangannya terhalang mobil lain dihadapannya. Sementara Renatta masih terus berteriak-teriak seperti seorang pemandu sorak yang tidak ingin tim kesayangannya kalah dari tim lawan.

Tidak berapa lama, mobil yang mereka ikuti pun masuk kesebuah hotel bintang lima dikawasan Jakarta selatan. Abimana yang melihat mobil itu masuk parkiran hotel tidak langsung ikut masuk ke hotel tersebut. Ia injak remnya lalu menengok kearah sepion kiri dan kanannya memastikan ia dapat membawa mobilnya merapat kesisi jalan. Setelah aman ia lalu meminggirkan kendaraannya.

"Loh Bi, Loh kok berhenti, kan dah jelas dia masuk ke hotel itu," Ujar Renatta kesal tiba-tiba mobil yang di kendarai Abimana malah minggir kesisi jalan dibandingkan mengikuti masuk ke parkiran hotel.

"Sabar ren, sabar," Ucap Abimana seketika menenangkan Renatta yang kesal

Gila kamu Bi, mana bisa sabar kalau tahu siapa cowok brengsek yang ada di mobil itu," Ujar Renatta bertambah kesal "Ayo bi buruan nyalahin lagi mobilnya, ayo cepet, jangan sampe bajingan itu lolos," Renatta sepertinya sudah kesal setengah mati.

"Ren, ren liat aku, liat aku sekarang," Ujar Abimana yang mencoba cara lain menenangkan hati Renatta sambil menarik pundaknya dengan kedua tangannya berhadapan.

"Apaan sih kamu Bi, kamu ga tahu rasanya kaya gimana, Aku gak tahu kalau semua ini bakalan terjadi dihidupku, Kamu nggak tahu rasanya Bi," Renatta Histeris

"Tenang Ren, aku tahu Ren, aku tahu rasanya kehilangan orang yang aku sayang pergi diambil orang lain," Ujar Abimana tegas yang langsung di sambut pecahan tangis Renatta.

Renatta langsung memeluk Abimana. Tangisannya lebih deras dari sebelumnya. Ia menyesal salah memilih orang untuk bersama di kehidupannya. Sementara ia tahu bahwa dahulu ada Abimana yang setia bersamanya.

"Maafin aku yah Bi, Maafkan aku yang dulu," Ujar Renatta menyesal

Abimana tahu kearah mana permintaan maaf Renatta. Permintaan maaf yang berujung pada kisah enam tahun yang lalu. Dimana Renatta yang awalnya sosok yang paling ia cintai berubah seratus delapan puluh derajat menjadi yang paling ia benci.

Enam tahun yang lalu di sebuah Café.

"Maaf yah Bi, kayanya kita harus putus," Ujar Renatta dengan wajah congkak. Saat itu Renatta memang tengah naik daun dalam karirnya sebagai seorang Artis. Banyak sekali program yang ia bintangi. Sementara Abimana masih begitu-begitu saja karirnya.

"Kenapa Ren, kamu ngajak ketemuan berdua dan tiba-tiba kamu bilang pengen putus, kamu lagi nge-prank aku yah?" Ujar Abimana tersenyum sambil melihat ke kanan dan kiri tempat mereka duduk memastikan posisi kamera. Sebagai seorang Aktor ia juga paham dengan blocking dan cara memastikan kamera mana yang sedang on. Namun sejauh mata mencari keberadaan kamera, Abimana tidak menemukan tanda-tanda keberadaan kamera di Café tempat dirinya bertemu Renatta.

"Abi kita sudah ga cocok lagi, kalau terus sama kamu, aku gak akan bisa gapai mimpi-mimpiku," Ujar Renatta. "Kita sudah beda Bi," Renatta mempertegas

"Beda bagaimana, aku ga pernah menghalangi kamu ngejar mimpi-mimpi mu, aku support kamu terus, Apapun yang kamu mau aku ikutin, termasuk beberapa bulan ini kamu mau kita sudah jarang bersama lagi kemana-mana dengan alasan kamu ga mau wartawan infotaintment dapet bahan renyah tentang kita," Ujar Abimana

Reality Show of LoveWhere stories live. Discover now