★ ★ ★

25 3 0
                                    

Ini semua tentang bagaimana kau datang dengan lengkungan manis yang terukir di bibirmu, tawa yang membuat siapapun ikut tertawa, dan bagaimana caramu merangkul sesosok orang lemah.

Kenangan manis itu berubah pahit ketika ku tau kau telah pamit 'tuk kembali kepangkuan tuhan. Ya, kau pergi disaat semuanya terasa begitu indah karena dipenuhi oleh warnamu.

Namun, kini semuanya lenyap. Tak ada lagi senyummu, tak ada lagi tawamu, dan tak ada lagi lengan yang merangkulku.

Aku tak bisa lagi mencintai seseorang dengan tulus. Aku takut, aku takut ketika mengetahui fakta orang yang kucinta telah pergi 'tuk selama-lamanya. Ku tau ini bukan salah mu, namun atma ini tak bisa berbohong.

Setidaknya, terimakasih karena telah hadir didalam hidupku, dan memberi warna walau hanya dalam sekejap.

                                     ★ ✯ ✰

2 tahun lalu.

"Ananta, jadwal lo siaran kapan? gue mau nitip pesan untuk bulan hehe" tanya seorang siswa kepada sohibnya.

"Besok. Sini mana mau bilang apa? Biar gue bilang ke si ajun" jawab si lawan bicaranya itu sambil menyuap kuah soto kemulutnya.

"Yah, gajadi deh, nanti aja tunggu jadwal lo" kata siswa itu sambil memasang raut wajah lesu, ia-pun memutuskan untuk meminum minumannya. Namun naasnya ia malah tersedak, sebut saja namanya Bintang.

"Bocil bocil, ngomongin cewek mulu si lo, tuh sampe minuman aja ogah masuk tenggorokan lo" ledek seorang siswa yang menjadi lawan bicaranya tadi, namanya Ananta.

"Gue emang muda dari lo. tapi ingat nan, kita cuman beda beberapa bulan, berarti lo juga bocil" ledek balik Bintang sambil tertawa.

"Yeu seterah dah" kata Ananta yang seolah 'tak peduli dengan ledekan Bintang tadi. "Si Kenan kemana?" Tanya Ananta karena mengingat temannya yang satu ini tak berada dikantin.

"Mana gue tau, lagi ngerumpi kali" jawab Bintang sambil mengangkat bahunya. Tak lama, orang yang ditanya kemana kehadirannya datang juga.

"Woi, ngomongin gue ya?" Katanya sambil terkekeh, lalu iapun menduduki bangku kosong yang berada disebelah Bintang.

"Dih, pd banget lo" ucap Bintang dan Ananta kompak. Dan itu berhasil membuat Kenan jengkel.

"Giliran gini aja kompak" cibir Kenan sambil menatap sinis keduanya, namun yang dilakukan Bintang dan Ananta hanyalah tertawa.

Beberapa jarak dari mereka, terlihat dua orang perempuan sedang celingak-celenguk sambil membawa nampan di tangan keduanya. Ah! Sepertinya mereka mencari tempat duduk.

Bintang yang menyadari itu langsung saja memanggilnya, "Bulan, Disti sini!" Panggil Bintang yang berhasil membuat keduanya menoleh.

Si yang namanya terpanggilpun langsung menghampiri tempat makan Bintang dan kawan kawan. Awalnya mereka kebingungan kenapa Bintang memanggilnya, lalu tak lama Bintang menjelaskannya.

"Ah itu, tadi gue liat lo berdua kebingungan. Kalian lagi kebingungan tempat duduk kan? Jadi sini aja, tenang gak usah peduliin Ananta sama Kenan, anggap aja mereka setan" jelas Bintang yang berhasil membuat Bulan dan Adhisti tersenyum, namun tidak dengan kedua sohibnya yang memasang muka jengkel.

"Em okey, makasih Bintang" Ucap Rembulan, lalu ia duduk disebelah bintang bersamaan dengan Adhisti yang duduk didepannya.

"Rembulan, lo mau tau gak tadi si Bintang hmppp--" kata-kata Ananta terpotong karena Bintang langsung membungkam mulutnya.

"Gausah dipeduliin, dia emang lagi agak sinting" bela Bintang sambil menyengir, jangan lupakan tangannya yang masih membekap mulut Ananta dan membuat si empunya misuh-misuh, ya walau di dalam hati.

"Oh ya, haha" Balas Rembulan, ia hanya tertawa kecil, karena ia tahu apa yang ingin dikatakan Ananta tadi.

Bahwa Bintang menyukainya. Ya, ia tau itu semua, namun lebih memilih diam karena ia juga tau bahwa sahabatnya menyukai Bintang.










 Ya, ia tau itu semua, namun lebih memilih diam karena ia juga tau bahwa sahabatnya menyukai Bintang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bismillah, semoga gak flop, amin.

sincerity; park jisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang