PROLOG

895 117 37
                                    

All I want is nothing moreTo hear you knocking at my door 'Cause if I could see your face once more I could die a happy man I'm sure

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

All I want is nothing more
To hear you knocking at my door
'Cause if I could see your face once more
I could die a happy man I'm sure

Suara Steve Garrigan, sang vokalis Kodaline, menggema dalam ruangan tanpa jendela, yang hanya terdapat sebuah pintu di sana. Sehingga menjadi satu-satunya akses penghubung dengan dunia luar. Memberi batasan antar ruang yang menunjukkan kerahasiaan pemiliknya. Pun lagu yang sejak tiga puluh menit lalu diputar berulang kali tersebut, menjadi menyatu dengan aura misterius yang melekat kuat dalam diri si lelaki.

Lagu yang selalu diputar kala dia akan bersiap melakukan kegiatan favoritnya. Kegiatan yang mulai dia lakoni sejak mengenal yang namanya patah hati. Sejak cinta pergi meninggalkannya dalam keadaan hancur sendirian. Kesakitan itu akan selalu terngiang dalam ingatannya, bagaimana wanita tercintanya memilih pergi.

But if you loved me
Why'd you leave me?

Aroma lavender yang melingkupi ruangan membuatnya merasa nyaman. Dia menyukai aroma itu, karena dulu wanita pujaannya pun menggemari lavender. Dia lantas menyesap wine yang baru saja dituangnya ke dalam gelas bertangkai. Menikmati cairan beralkohol itu dengan khidmat sebelum melancarkan aksinya malam ini.

Selain dirinya, ternyata ada seseorang yang tengah dirundung ketakutan di dalam ruangan itu. Kedua tangannya diikat pada kepala tempat tidur yang berada di tengah ruangan. Kakinya pun terentang lebar, dengan simpul ikatan dari bagian bawah ranjang yang cukup kuat membelenggunya. Wanita itu tidak bisa berbicara, karena mulutnya telah dibungkam oleh segaris lakban hitam. Dia hanya bisa menatap si lelaki, memohon untuk dilepaskan.

Namun, tentu itu mustahil. Lelaki misterius itu telah memilihnya. Menjadikan wanita lemah itu sebagai pelampiasan gairahnya yang sekarang sudah mengumpul. Lelaki itu tidak bisa menutupi ereksinya. Bagian kelelakiannya memaksa untuk mempertontonkan eksistensi. Melihat wanita yang ketakutan dan tak berdaya di depannya ini malah berhasil membangkitkan nafsu primitifnya.

Lelaki berambut merah terang itu membuka pakaiannya sendiri secara perlahan. Tidak tergesa-gesa, tapi tetap mengumbar ancaman. Si wanita dibuat semakin terpojok. Seperti biasa, sebuah silet telah disiapkan, karena harus ada darah yang keluar untuk dicicipi sebelum serangan birahinya dimulai.

Sontak saja, pupil mata sang wanita melebar saat lelaki itu langsung mengarahkan benda tajam tersebut padanya. Kepalanya dicengkram dengan kuat agar tidak bergerak. Memperlihatkan leher jenjangnya yang mulus. Lelaki itu tanpa rasa iba menggores bagian leher si wanita dengan silet. Membentuk luka sayatan yang mengeluarkan darah. Awalnya hanya beberapa tetes kecil, tapi semakin lama aliran darah menjadi banyak. Wanita itu menjerit dalam keterbungkamannya. Merasakan perih yang menyiksa.

Wajah lelaki itu tampak tak sabar. Bibirnya segera menempel pada segaris panjang di leher jenjang itu. Menyesap darah yang begitu terasa nikmat di lidahnya.

All I want is .... And all I need is
To find somebody .... I'll find somebody
Like you ....

Bukan darah wanita tercintanya. Namun, setidaknya dia mendapatkan pengganti.

•••☆•••

Diikutsertakan dalam event Membatik bersama Batik Publisher
BukuBatik

Cinta MatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang