2.b

411 102 6
                                    

"Nirma."

Suara Timur sayup-sayup terdengar, yang baru mencapai batas alam sadar Nirma setelah diulang beberapa kali. Nirma membuka mata dan baru menyadari kalau di sepanjang perjalanan tadi dia tak sengaja tertidur.

"Maaf, saya bangunin kamu. Karena yang lain sudah menunggu," ujar Timur sembari menunjuk ke arah luar mobil. Di mana yang lain sudah bersiap di depan rumah Amanda.

"Nggak apa-apa. Maaf juga karena aku ketiduran," tukas Nirma cepat. Dia lalu sedikit merapikan rambutnya dan keluar dari mobil untuk bergabung dengan yang lain.

Mereka semua dipersilakan masuk oleh seorang wanita muda yang memperkenalkan diri sebagai asisten pribadi Amanda. Nirma berdecak kagum dalam hati, melihat keindahan interior rumah ini yang tidak main-main mewahnya.

Amanda menyambut mereka dengan ramah. Memperkenalkan diri dengan menjabat tangan mereka satu per satu. Nirma kemudian memberi penjelasan lagi tentang topik wawancaranya yang nanti akan mengisi rubrik Bincang Bintang di majalah Gemintang.

"Jangan kasih aku pertanyaan yang terlalu pribadi, ya, Mbak. Aku takut bingung jawabnya," kata Amanda yang diikuti tawa kecil. Menampakkan lesung pipi yang semakin mempercantik dirinya.

Nirma tersenyum. "Nggak, kok, Mbak. Nanti yang aku tanyakan lebih ke karir Mbak Amanda mulai dari nol hingga bisa sesukses sekarang."

"Sukses apanya? Masih amatiran gini," sanggah Amanda.

Nirma langsung menyukai wanita berkulit putih itu. Biasanya para selebriti menyukai pujian, tapi berbeda dengan Amanda yang sepertinya tidak nyaman dengan bombardir sanjungan.

Sebelum giliran Nirma melakukan tugasnya, Amanda terlebih dulu akan melakukan sesi pemotretan bersama Timur. Joli sedang menyiapkan pakaian pertama yang akan dipakai Amanda. Kedua rekannya yang lain pun sudah mulai bergerak memulas wajah sang aktris.

Foto Amanda nantinya tidak hanya mengisi halaman bagian dalam saja, tapi juga menjadi foto kover majalah Gemintang edisi bulan berikutnya. Sehingga konsep pemotretan pun sudah direncanakan dengan matang. Ketenaran seorang Amanda Kartopo tidak dipungkiri menjadi alasan redaksi Gemintang menginginkan sosoknya menghiasi kover dan mengisi halaman utama.

Nirma duduk sembari membuka laptop. Sedangkan Timur sedang mempersiapkan peralatannya. Dibantu oleh Rifat yang memasang light stand, reflector, dan benda-benda penunjang fotografi lainnya.

Tak sampai satu jam, pemotretan pertama pun dimulai. Siapa pun yang melihat Amanda pasti akan terpesona. Nirma saja dibuat kagum dengan kecantikan Amanda yang mampu membuat kaumnya merasa rendah diri.

Amanda begitu luwes berpose di depan kamera. Setiap arahan yang diberikan Timur bisa dilakukan dengan baik. Akan tetapi, Nirma menangkap sedikit keanehan. Entah ini benar atau hanya perasaannya saja, karena Nirma melihat Timur sama sekali tidak tersenyum pada Amanda. Malah terkesan dingin dan kaku.

"Selanjutnya kita ambil foto di luar, ya," kata Timur setelah pemotretan sesi pertama selesai.

Namun, kamera di tangan Timur belum berhenti mengarah ke objek yang lain. Yaitu pada seorang wanita yang tatapannya tampak kosong. Sebelah tangannya menempel di dagu. Timur tidak tahu apa yang sedang dilamunkan wanita itu. Keterdiaman wanita itu menarik perhatiannya.

Tanpa disadari Nirma, lensa kamera sudah menangkap gambar dirinya.

•••

Selepas sore, pekerjaan mereka selesai. Nirma membantu Joli merapikan pakaian. Lelaki kemayu itu lalu berkata pada Nirma dengan setengah berbisik, "Benar nggak, sih, si Amanda punya affair sama anak pejabat?"

Cinta MatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang