14. Uncertain

288 33 0
                                    

Jihoon keluar dari kamar mandi, sambil mengeringkan rambutnya menggunakan handuk yang ia gantung di lehernya lalu duduk di meja belajarnya.

Pemuda itu memperhatikan ponselnya, menunggu balasan dari Yiren, cewek yang ia kejar sudah hampir setaun itu. Kini menatap ponselnya putus asa melihat sepertinya tidak ada respon.

Sudah hampir setahun usaha Jihoon mendekati teman sekelasnya itu, tapi sepertinya tidak ada kemajuan dihubungan mereka. Jihoon pernah sekali menembak cewek itu, tapi katanya Yiren belum siap.

Jihoon jadi bimbang, apakah dia harus melanjutkan atau berhenti sampai sini. Atau apakah ini karma karena telah seenaknya masuk dalam hubungan orang?

Dulu, waktu awal Jihoon mendekati Yiren, dia tidak tau ternyata cewek itu sedang dekat dengan Eric. Dan menurut informasi dari Junkyu, kalau saja Jihoon tidak masuk ke dalam hubungan mereka, Eric mungkin udah pacaran sama Yiren.

Tentu saja, Jihoon merasa tak enak hati. Kalau dari awal dia tau bahwa Eric dan Yiren tengah dekat, dia tidak akan mendekati Yiren. Tapi, dia sama sekali tidak tau, karena Eric maupun Yiren tidak pernah memperlihatkan kedekatan mereka di depan publik.

Hubungan Eric dengan Jihoon? Baik-baik aja. Jihoon sudah berbicara dengan Eric, dia ingin mundur, tetapi Eric sendiri yang melarangnya dan ternyata Eric yang akhirnya mengalah.

Capek. Itu yang dirasakan pemuda itu. Ia tak mengerti maksud Yiren. Cewek itu seakan menolak Jihoon, tapi disisi lain juga memberikan harapan.

Cowok itu kembali mengeringkan rambutnya, kini lebih agresif, sekalian melampiaskan kekesalannya. Matanya tak sengaja menangkap gelang yang ia letakkan asal di meja belajarnya. Gelang yang iya curi dari Syua semester lalu. Jadi mengingat, entah mengapa dia senang sekali mengambil barang orang terlebih punya Syua. Seketika teringat akan sesuatu, cowok itu langsung mengambil ponselnua dan mengetikkan sesuatu.

Tak butuh menunggu lama, ponselnya berbunyi, menandakan ada pesan masuk.

Jihoon terkekeh membaca balasan gadis itu. Masih tak menyangka kalauseorang Hwang Syua menyukai dirinya, walaupun memang tidak.

Awalnya, Jihoon mengira Syua merupakan tipe orang yang classy, elegant, kalem karena anaknya yang keliatan diam dan terlihat sulit untuk didekati. Belum lagi, waktu kelas 10, dia selalu bersama Giselle, Winter dan Nakyung anak-anak yang terkenal pendiam dan untouchable.

Awal kelas 11, Jihoon masih belum dekat dengan Syua, pandangannya masih sama, cewek itu ngga mau bergaul sama anak-anak yang kayak dia. Tapi, semuanya langsung hancur ketika mereka entah bagaimana menjadi kenal, ya walaupun belum sedekat itu.

Jihoon seketika jadi teringat, nama yang disebut cewek itu dalam chat tadi. Bomin. Teman SMP Syua yang bisa dibilang menjadi alasan Syua bisa suka ke dirinya. Cowok itu langsung mencari kontak Jeno, ingin menggali informasi.

Jihoon lalu meletakkan ponselnya. Kembali merasa frustasi mengingat hubungannya dengan Yiren membuatnya jadi lapar. Cowok itu pun turun ke dapur melihat kalau ada yang bisa di makan, tapi nihil.

Ia lalu membuka kulkas siapa tau ada bahan makanan yang bisa di masak, tapi ternyata kulkasnya dipenuhi minuman dan ice cream. Ia lupa kalau orang tuanya lagi perjalanan bisnis ke luar kota dan diminta untuk delivery aja kalo mau makan.

Jihoon berjalan gontai, lalu duduk di salah satu kursi bar yang ada di dapurnya itu. Kini jadi berputar memandang rumahnya yang didesign oleh mamanya sendiri. Minimalis tapi terlihat luxury.

Kadang Jihoon menjadi sedih, ngga enak juga jadi anak tunggal. Apalagi kalau bonyoknya lagi keluar kota gini, jadi kerasa sepi banget, rumah Jihoon yang emang udah gede terasa lebih gede lagi.

Vérité | Jihoon TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang