01

258 36 21
                                    

Let's start this book... Happy reading everyone 💕

.

.

.

/Donghyun POV/

"Maaarrrrrrkkkk!!!.... Haaahh haaahh haaaahh"

Aku terbangun dengan nafas terengah, lagi-lagi mimpi yang sama datang padaku

Mimpi yang selalu menghantuiku selama lebih dari 1 bulan belakangan ini, mengerikan sangat mengerikan kenapa aku harus memimpikan kejadian itu setiap malamnya kenapa aku tidak mati saja saat itu

"Hiks... Mark... Hiks"

Tok tok tok

"Donghyun... Sayang kau baik-baik saja? Kau bermimpi buruk lagi?" Ahhh itu suara eomma

Aku berjalan kearah pintu dan membuka kunci pintu kamar lalu dengan cepat eomma masuk dan memelukku dengen erat

"Hyunie tak apa hmm? Eomma sangat khawatir tadi"

"Ne eomma hyunie tak apa, maaf membuat eomma khawatir" aku melepaskan pelukan bunda dan tersenyum lembut kearahnya

"Baiklah, kalau begitu segera mandi lalu turun untuk sarapan oke, eomma yakin sebentar lagi Joochan pasti datang menjemputmu"

"Ne eomma"

"Atau bagaimana jika hari ini kau ijin lagi saja?"

"Eomma~~~"

"Baiklah-baiklah  segeralah bersiap" setelah mengatakan itu bunda kembali kedapur

Kulirik jam yang berada di atas nakas meja menunjukan pukul 6 tepat, aku segera mengambil handuk dan berjalan kearah kamar mandi

::::: 𝓕𝓲𝔁 𝔂𝓸𝓾 :::::

Aku melihat pantulan diriku didepan cermin mengenakan seragam yang telah lama tak kugunakan

Entah mengapa saat aku melihat pantulan diriku aku kembali merasakan nyeri dibagian dadaku, dan seluruh memori mengenai kejadian dimalam itu terus berputar dikepalaku

"Haaahh.... Haahhhh.... Haaahhh" rasanya seperti aku kehilangan seluruh tenagaku, keringat juga mulai memenuhi tubuhku aku jatuh terduduk didepan cermin, mencoba mengendalikan diriku kembali

Tidak aku harus bisa mengendalikan diriku sendiri mulai sekarang, tapi entahlah rasanya seperti jutaan pisau menusuk hatiku secara perlahan dan pikiran-pikiran buruk itu mulai kembali

Menyakitkan sangat menyakitkan...

Aku mencoba memejamkan mataku mulai mencoba mengatur nafasku agar kembali teratur dan mulai berhitung

"Satu... Dua... Tiga... Empat... Lima... Haaahhh" setelah itu aku mulai bisa merasa tenang lagi

Jika kalian bertanya mengapa berhitung, yahh itulah yang dikatakan oleh psikolog ku setidaknya berhitung sembil mengatur nafas adalah langkah pertama untuk meredakan emosi yang tak tekendali

Setelah merasa cukup tenang aku kembali berdiri merapikan penampilanku dan berjalan keluar kamar untuk sarapan

::::: 𝓕𝓲𝔁 𝔂𝓸𝓾 :::::

"Pagi sayang" appa yang pertama menyapaku saat aku sampai di meja makan

"Pagi appa... Pagi eomma"

Fix YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang