⋆ A05 - First Piece

47 11 5
                                    

Bel pulang telah berbunyi sedari tadi, Guru yang mengajar di jam terakhir juga telah lama meninggalkan kelas. Namun, masih ada beberapa siswa yang justru betah berlama-lama tinggal di dalam kelas. Ada yang sedang mengobrol, menyusun rencana untuk pergi ke suatu tempat bersama teman-teman lainnya. Ada juga yang sedang sekedar ngadem untuk menunggu jemputan.

Namun, alasan itu semua tidak berlaku untuk tiga orang yang masih berada di kelas 1-5. Semenjak kejadian yang membuat Nako ikut-ikutan panik, Yuri memilih untuk tidak beranjak sama sekali dari tempat duduknya. Kepalanya terpekur di antara lipatan tangannya di atas meja.

Beomgyu sempat menyaksikan semua itu, ia melihat Nako yang panik dengan sikap Yuri yang aneh. Pemuda itu berinisiatif untuk membopong Yuri kembali ke tempat duduknya. Sekarang, Beomgyu sedang menunggu gadis itu untuk bergerak meninggalkan kelas. Namun, bel pulang yang telah berbunyi 15 menit lalu, dan tidak ada tanda-tanda pergerakan dari gadis itu, membuat Beomgyu berspekulasi jika gadis itu ingin menginap di sekolah ini, malam ini.

"Yuri... lo ga mau cerita sama gue, gitu?" cicit Beomgyu, pemuda itu sudah tidak tahan lagi berada di dalam diam.

"Bentar... gue masih butuh beberapa waktu buat tenang, Gyu." balas gadis itu lirih, meski wajahnya masih tenggelam di antara lipatan tangannya. "Apa sekarang, tinggal kita berdua aja di kelas?"

"Ga, Yur," sahut Beomgyu langsung. "Itu ada Guanlin di bangku dia. Ga tau sampai kapan dia bakal molor di tempat duduknya. Apa lo mau gue bangunin dia terus usir dari kelas?"

"JANGAN!" Dengan ajaib, gadis itu langsung mengangkat kepalanya, bahkan langsung loncat berdiri saking kagetnya. Yah, Beomgyu memang terbiasa dengan reaksi gadis itu yang seringkali sedikit berlebihan.

"Lah... Kenapa jangan?!" tanya Beomgyu dengan alis yang saling bertaut.

"Biarin aja dia tidur—Eh, dia beneran tidur, 'kan?"

Untuk memastikan pertanyaan Yuri, Beomgyu pun beranjak menuju bangku Guanlin yang terletak di dekat pintu masuk bagian belakang. Ia berjinjit, berusaha tidak menimbulkan suara yang bisa saja membuat Guanlin bangun tiba-tiba. Setelah sampai di tempat, Beomgyu bisa mendengar jika pemuda itu mendengkur.

Mungkin, ia masih berada di alam mimpi.

"Ngorok dia, Yur!" bisik Beomgyu sebagai isyarat. Dengan lihai ia kembali menuju bangku Yuri yang terletak berlawanan dari bangku Guanlin. "Dia mungkin ga bakal dengar apa yang kita bicarain, deh."

Ucapan Beomgyu membuat si gadis menghembuskan napas beratnya. Yuri kembali terduduk, kali ini menopang dagu sembari menatap kosong jendela yang berada di sampingnya.

"Gue mau buka satu rahasia... rahasia yang selama ini ga mau gue ceritain, termasuk ke lo, Gyu."

Beomgyu tersentak, sampai-sampai jantungnya juga ikut berhenti sesaat. Darahnya mulai berdesir, membuat sensasi yang tidak begitu mengenakkan mengerubungi tubuhnya. "A—apa tuh, Yur?"

"Gue... punya kemampuan mengetahui ingatan benda."

Pemuda itu tersenyum mendengar jawaban Yuri. "Gue udah ga kaget lagi, Yur."

Ekspektasi gadis itu justru berbeda dengan realita. Sedikit banyak ia membayangkan betapa terkejutnya Beomgyu mengetahui fakta ini. Namun, justru Yuri-lah yang kini membulatkan mata setelah mendengar jawaban yang keluar dari mulut pemuda itu. "K—kok lo bisa tau?"

"Well... semenjak SD lo udah punya gelagat aneh itu, sih." Beomgyu bergidik bahu sembari berjalan mendekati meja gadis itu, memutuskan untuk duduk di sana. "Tapi, waktu SD gue cuma sebatas tahu kalau lo sebenarnya punya kemampuan rahasia, Yur. Gue baru tahu makna dari kemampuan lo ketika kita mau UN SMP. Lo itu seorang clairvoyance, Yur."

Bewitch: Unexpected DetectivesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang