⋆ A06 - Uncontrolled

35 7 2
                                    

Setelah pengakuan Yuri saban hari, Beomgyu tidak henti-hentinya mengisengi gadis itu dengan meletakkan sebuah benda di tangannya secara tiba-tiba, sambil berteriak, “Yur, lo lihat sesuatu, ga?!”

Jika Beomgyu sudah iseng, si gadis langsung saja menjitak kepalanya.

“Ampun, Yur! Lo ‘kan udah jitak gue lima kali, hari ini.” Beomgyu mengelak, menghindari tangan Yuri yang sedang mengamuk di udara. 

“Kok lo bisa tau udah lima? Lo hitungin, ya?!” balas Yuri dengan sedikit sewot.

“Yah... bisa jadi sih,” Beomgyu menunduk, dengan tangan yang tiba-tiba mengacak-acak rambutnya sendiri.

Tiba-tiba, pemuda itu mematung di tempat. Sesuatu tengah mengusik pikirannya. Namun, hal ini justru dimanfaatkan Yuri dengan berjinjit dan kembali menjitak dahi pemuda itu.

“Habisnya lo itu ngeselin, tahu! Gue ‘kan udah bilang kalau gue ga bisa melihat sesuatu semau gue.” cerocos Yuri.

“Gue bercanda doang elah...” Respon yang diberikan Beomgyu malah berbeda di luar ekspektasi Yuri yang mengira jika pemuda itu akan emosi. Namun, pemuda itu justru mengerucutkan bibir, berbicara dengan nada lembut yang entah mengapa membuat membuat Yuri jadi geli sendiri.

“Udah-udah. Mending kita ke kelas, sebentar lagi bel bakal berbunyi.” tutur gadis itu untuk menghentikan aksi sok imut Beomgyu. Ia langsung saja berjalan untuk meninggalkan pemuda itu. Akan tetapi, beberapa langkah kemudian, Yuri refleks menoleh ke belakang kembali. “Eh, setelah ini kita belajar apa?”

“Matematika, Yur.”

Bahu gadis itu langsung merosot begitu saja. “Bu Suyeon lagi, ya...”

Beomgyu mengangguk sebagai jawabannya. “Emang ada apa sama Bu Suyeon?”

“Yah....” Gadis itu mulai menghembuskan napasnya dengan kasar, “Gue takut kalau hari ini ada sesuatu yang gue baca lagi dari beliau!”

Alis Beomgyu refleks bertaut, pemuda itu sedang memikirkan sesuatu. “Kalau gitu, lo duduk anteng aja di bangku lo. Nanti, biar gue yang  kroscek buku batas pelajaran Bu Suyeon.”

Mata redup Yuri tiba-tiba berbinar, netranya bergerak lincah saking setujunya dengan ide yang diusulkan Beomgyu. “Beneran, ya?!”

Pemuda itu hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban kepada gadis itu.

Yuri meloncat sekali, kemudian gadis itu mendadak berjalan dengan cepat. “Ayo, Beomgyu!”

Kedua sejoli itu sampai di kelas bertepatan dengan bunyi bel masuk. Yuri sempat memeriksa buku batas pelajaran sebelum Bu Suyeon memasuki kelas. Kemudian, gadis itu berjalan menuju tempat duduknya yang hari ini kebagian di baris kedua dari belakang kelas.

Ketika Beomgyu dan Yuri mengira jika hari ini akan berjalan baik-baik saja, ketika kedua sejoli itu memutuskan untuk tidak perlu mengikut-campuri urusan Bu Suyeon, Ketika mereka berdua tidak lagi ingin menambah informasi mengenai hal-hal yang bisa membuat mereka penasaran, justru keanehan berikutnya yang dengan senang hati mendatangi mereka.

“Selamat siang, anak-anak!”

Yang terkejut dan terheran-heran bukan hanya Yuri dan Beomgyu saja, melainkan hampir seisi kelas.

“Saya minta maaf kalau kalian terganggu dengan ini,” beliau mengusap-usap mata kirinya yang dibatasi oleh eye patch. “Mata saya infeksi karena pemakaian softlens, mata saya memerah dengan mengerikan. Makanya saya memakai eye patch ini agar tidak terlalu mengganggu pemandangan kalian.”

“Bohong.”

Guanlin berdesis kecil, membuat Beomgyu dan Yuri menoleh ke belakang dengan eskpresi wajah yang tidak terkontrol. Namun, bukannya Guanlin kaget akibat dipelototi, pemuda itu justru menatap balik kedua sejoli itu dengan sorot mata tegas dan menyalang. 

Bewitch: Unexpected DetectivesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang