Shunkashuuto-

5 1 0
                                    

Kang Brian as Brian Keandra

It's Prefer to Listen :
Shunkashuuto — Sumika

Bunga sakura berjatuhan secara asal, satu persatu kelopak terjun secara indah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bunga sakura berjatuhan secara asal, satu persatu kelopak terjun secara indah.

Mereka seakan juga ingin memeriahkan “Hari Bahagia”. Ya, bahagia, untuk kedua mempelai yang sedang melangsungkan pernikahan di area terbuka ini.

Namun tanpa disadari dan tanpa bisa disalahkan, Keindahan ini semakin menyayat satu hati yang melihatnya.

Berdiri di antara orang-orang yang bersorak bahagia, aku tersenyum pahit melihat ke arah kedua mempelai di atas sana.

“Ya, seharusnya begini. Jangan egois, Shana." kataku dalam hati.

Antrian menuju kedua mempelai sudah mulai menipis, atau bahkan, jika aku ke sana saat ini, pasti akan langsung mendapatkan giliran.

Mau tidak mau, aku harus ke sana. Setidaknya, menyapa, seakan baik-baik saja.

Sesaat setelah aku sampai, aku menjabat tangan sang Pria, Brian Keandra, dan dibalas pelukan olehnya.

“Jaga Egi baik-baik ya, Bri.” Wejangku yang hanya dibalas anggukan kepalanya di bahu kananku.

Sekelebat pertemuan kami di Musim Semi lalu melintas dibenakku. Dia yang terlihat lelah di sudut ruangan dan aku yang menanyakan keadaannya dan semua berlanjut hingga menjadi sebuah hubungan.

Aku mengelus punggung tegapnya yang sedikit menunduk saat ini, memberi ketenangan untuknya, atau bahkan lebih untuk diriku sendiri.

“Kamu juga harus bahagia,” katanya pelan yang ku balas dengan anggukan juga.

Aku melepas pelukan itu perlahan, ku tatap wajahnya, rautnya bahagia, hanya saja tatapannya terlihat sendu. Aku tak ingin berlama menatapnya dan beralih ke istrinya, Egiana Hukmawan, atau sekarang sudah menjadi Egiana Keandra, ya?

“Gi, tolong jangan pernah tinggalin Brian, ya? Suruh dia makan yang teratur, jangan biarin dia minum Americano terus, usahakan tahan dia buat enggak ngerokok maupun mabuk lagi. Jika dia sedang lelah, jangan dipaksa cerita, dia gak akan mau. Kalau dia sakit, paksa dia minum obat pil, ya. Dia emang agak bandel, hehe,” Kata perkata ku ucapkan dan tanpa di sadari aku menyebutkan semua hal penting tentang Brian disertai dengan air mataku yang seketika turun tak tertahankan.

Aku yang menyadari langsung menghapus air mataku dan tersenyum lebar,
“Aku gapapa, udah ya, aku turun. Pokoknya gitu ya, Gi. Bahagia selalu, Bri.”

Aku menatap mereka bergantian, aku tahu Brian sangat ingin memeluk ku sekarang dari tatapan sendunya. Tapi bagaimanapun, aku sudah tidak berhak. Tidak sama sekali.

Saat aku melangkah pergi, setiap langkah membawa kembali semua ingatanku.

Kami bertemu tepat hari pertama Musim semi tahun lalu,
Musim Semi, kami bertemu.
Musim Panas, Kami semakin mengenal satu sama lain.
Musim Gugur, orang tua Brian menemuiku dan memintaku untuk pergi dari Brian.
Dan Musim Dingin, aku mengabulkannya.

Cukup cepat, namun memori terlalu banyak, sangat banyak hingga aku tak kuasa menahan derasnya air mata saat aku telah sampai di halte terdekat.

Aku menangis dalam diam, sebisa mungkin sampai deras. Berharap sedih ini akan cepat berakhir.

“Tolong bahagia, jika bukan karena dirimu, buatlah itu karenaku. Karena aku yang menginginkan setiap detikmu menjadi bahagia, dan itu tanpaku.”

”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DAY6 With Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang