[ 2 ]

223 30 1
                                    

Apa yang Jennie rasakan tadi sore membuat jiwa kembali bersemangat menjalani hidup. Sebelum semua kembali seperti semula sang ibu kembali tak mengingat dan terus bicara tak jelas.

Ibunya kembali hampir akan mencelakai orang dan itu adalah Jennie. Jika sebelumnya ibunya hanya akan marah pada para pelayan yang menyuruhnya meminum obat ini ibunya kembali menuduh Jennie sebagai pembunuh suaminya.

Jennie tak tau jika mama kembali lagi kekondisi dulu. Ia mengira bahwasan mamanya sedikit demi sedikit akan mengingat tentangnya.

Untungnya percobaan yang di lakukan mama Jennie dihentikan oleh Eyang Jennie.

Dan disini lah Jennie menangis dibelakang para suster yang sedang menahan mamanya. Yang terus menunjuk Jennie dengan kata-kata pembunuh.

Jennie terus berusaha untuk tak peduli dengan ucapan mama walaupun air matanya terus mengalir. Eyang yang masih memeluk mama nya. Terus membusikan kata-kata penenang.

"Non Jennie sebaiknya ... Anda tak menampakan diri dulu dihadapan nyonya. Keadaan--"

Jennie berlari menjauh dari sana. Masuk kedalam kamar dan menguncinya. Menangis sejadi-jadinya.

Ia terus bergumam bahwa ia tak salah. Dia bukan pembunuh. Ia sayang papanya. Terus seperti itu. Hingga suara ketokan pintu terdengar.

"Jennie,"

Jennie menghapus air matanya berusaha untuk terlihat biasa. Lalu membukan pintu. Disana terdapat lelaki dengan rambut yang sudah penuh uban tetapi masih terlihat segar di umuran nya.

"Serena sangat berbahaya," Jennie mengeleng. "Eyang sudah putuskan untuk membawa Serena ke Rsj."

"Jangan Eyang," Jennie memohon pada Eyangnya.

"Dia membahayakan mu, Jennie. Sudah cukup. Eyang tak mau jika kamu meninggal di tangga mamamu sendiri," tegas Eyang.

"Jangan Eyang Jennie mohon, Jennie janji engga bakal kunjungi mama di kamarnya." Jennie tetap bersikukuh bahkan memohon dikaki Eyang-nya.

"Sudah Jennie, kau tak perlu seperti itu, mamamu bakal tetap Eyang Pindahkan,"

"Jennie mohon.,"

"Sekarang masuk kekamar mu Jennie," perintah Eyang.

Jennie tak bergeming ia terus memohon dibawah kaki Eyangnya. "Percuma Jennie," Eyang pergi dari hadapan Jennie setelah dua pelayanan menahan Jennie ikut bersama Eyangnya.

"Ini demi kebaikan mu dan mama mu Jennie,"

"Eyang!!"

"Eyang!!!"

"Jennie mohon, Eyang!!!" Teriak Jennie.

***

Setelah pelajaran selesai Jennie memilih untuk menghabiskan waktu di kafetaria didekat kampus nya. Ia memiliki duduk di dekat jendela yang menghadap langsung ke arah jalanan yang ramai. Tak ada yang menarik bagi Jennie semua hanya larut dengan urusan mereka.

Dengan ditemani segelas coffe late. Dan sebuah buku tentang bisnis yang Jennie sudah bosan membacanya.

Setelah semalam kepindahan mamanya. Eyang langsung mengatakan untuk tak mengabaikan kuliahnya karena masalah kepindahan ibunya. Eyangnya itu sangat amat kejam dan kasar dengan siapa pun termaksud Jennie, cucunya sendiri. Maka dari itu dirinya masih kuliah disaat ibunya pergi entah dipindahkan kemana oleh Eyangnya.

Jika ditanya teman. Jennie tak memiliki itu dikampus karena pada dasarnya mereka hanya mau berteman dengan Jennie karena merupakan cucu pengusaha terkenal tak ada yang lain. Mereka hanya memanfaatkan kepintar Jennie dan kepopuleran Eyangnya.

Eyangnya terus menanamkan kepada Jennie bahwasanya mereka hanya memanfaatkan Jennie. Bukan tulus dari hati mereka. Eyangnya juga mensortir teman-teman yang akan dekat dengan cucunya tanpa sepengetahuan Jennie.

Hanya ada beberapa yang tulus berteman dengan Jennie, tapi mereka tak satu kampus atau satu angkatan dengan Jennie.

Jennie terus menikmati pemandangan didepannya tanpa sadar seseorang diseberang sana menatapnya juga menatap mata redup itu dengan mata tajam seolah masuk menelusuri mata cantik itu.













"Yong ngapain sih, buruan jalan. Gue udah naik nih."

"Oh udah naik," ujar Taeyong tersadar.

"Dari tadi gue naik, Hampir lima belas menitan Lo diam ajah. Liat apa sih," cewek yang dibonceng Taeyong menoleh kekanan dan kekiri.

"Gak ada, udah pengangan gue ngebut ni," ujar Taeyong menutup kaca helmnya.

To be continued..

Syaillia Forest'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang