[ 3 ]

198 32 3
                                    

Sebulan kemudian.

Hari ini semua fakultas jurusan bebas karena telah menyelesaikan ujian semester mereka. Para mahasiswa dan mahasiswi berbondong-bondong untuk pulang kampus. Ada yang mimilih liburan dan ada yang memilih di rumah atau kosan mereka.

Begitu pun dengan Taeyong dan teman-teman memilih untuk menghabiskan liburan semester kali dengan menginap di vila keluarga nya, sebelum para perempuan dari kelas mereka datang dan mengacaukan liburan Taeyong dan teman-teman lelaki.

"Jangan gila Nay! Lo mau ikut kita-kita Pesta sex." Sanggah Bobby karena Nayla, Seola dan Sonya tiba-tiba bergabung dalam obrolan Bobby dan yang lain.

"Ihh.. ya gak lah. Maksud kita liburan bareng-bareng gitu. Ke pantai Bali atau mendaki gitu." Usul Nayla.

"Ya lu liburan aja sama Sonya sama Seola. Ya gak!?" Ujar Bobby lagi.

"Gak seru kalau cuman bertiga? Ayolah kita ikut ya? Yong? Ikut ya?" Bujuknya kepada Taeyong.

"Gue setuju? Dari pada rencana tadi gue setuju usulan si Nayla." Seru Yuta.

Yang cewek pada ngangguk. Kecuali Bobby Taeyong dan Johnny.

"Bilang aja lu mau deket-deket sama si Sonya," di disebut namanya hanya tersenyum salting.

"Gue gak setuju." Seru Bobby yang dapat sinisan dari Nayla.

"Udah-udah mending vote siapa yang setuju saran Nayla angkat tanggan." Seru Jhonny.

Udah ketebak hasilnya usulan Nayla yang menang karena cuman Jhonny Taeyong dan Bobby yang tak setuju.

"Penghianat lu Yut," umpat Bobby ketika Yuta ikut angkat tanggan.

Yuta tersenyum kikuk, "gak gitu Bob.. hanya mendukung keinginan masa depan."

"Bacot lu.,"

Setelah itu mereka bubar dan akan kembali mendiskusikan liburan mereka akan kemana?

































"Non Jennie,"

Jennie yang sedang berada di balkon menatap sekumpulan bunga matahari yang barada di bawah taman menoleh.

"Kenapa bi?"

"Non dipanggil Tuan besar diruangan nya," Jennie mengangguk kemudian  berjalan pergi menuju ruangan Eyangnya berada.

Sebelum membuka pintu Jennie menghembuskan nafasnya kasar.

Clekk

"Eyang,"

Pria tua dengan rambut putih itu tersenyum menyuruh Jennie mendekat kearahnya. Jennie memeluk Eyangnya.

"Kau cucu. Aku sangat bangga padamu Jennie kau tak pernah mengecewakan Eyang.,"

"Eyang," panggil Jennie ketika Eyangnya telah duduk kembali di kursinya.

"Iya Jennie, kau mau apa? Mobil perhiasan. Atau liburan, bilang Eyang Jennie mau apa? Patut Eyang beri kepada Kamu. Karena cucu Eyang masih mempertahankan nilai tertinggi di Fakultas."

Jennie geleng-geleng. "Jennie tak mau semua," .

"Terus? Oh Eyang tau Jennie mau tas keluaran terbaru Chanel. Iya?" Jennie dengan cepat mengeleng.

"Bukan,"

"Terus?"

"Jennie mau menjenguk Mama," ucap Jennie menutup matanya setelah mengatakan kalimat tersebut.

Karena setelah kepergian ibunya. Eyangnya tak memberikan Izin aksen masuk ke sana.

Selama beberapa menit Jennie tak mendengar jawaban dari Eyangnya.

"E-eyang,"

"Uhm."

Jennie menghembuskan nafas kecewa karena Eyang pura-pura sibuk dengan berkas-berkas nya.

"Jennie, kau ingin tau perkembangan ibumu." Jennie mengangguk dengan semangat.

Pria tua itu mengeluarkan beberapa berkas dari laci dan memberikan kepada Jennie, dan disana terdapat catatan kesehatan ibu Jennie dan beberapa foto ibunya yang sedang ditahan akibat terus berusaha melawan para dokter disana.

"Eyang lakukan ini semua demi kebaikan Jen. Eyang tak mau membuat terus merasa bersalah dan jika ibumu melihatmu eyang tak mau kejadian beberapa bulan lalu terulang Kembali." Jelas Eyang sembari keluar dari ruangan nya meninggalkan Jennie yang masih menatap foto-foto tersebut dengan pandangan sedih.

























Setelah mendapat pesan dari ayahnya Taeyong segera berangkat kembali kerumahnya. Karena selama ini ia hanya tinggal di apartemen mewah milik nya. Alasan Taeyong tak tinggal bersama ayahnya adalah karena Taeyong muak dengan Ayahnya dan Istri muda Ayahnya.

Pikiran Taeyong masih menyalah istri muda Ayahnya karena telah merebut Ayahnya dari ibu dan menyebabkan ibu meninggalkannya selama-lamanya.

Setelah sampai dirumah Taeyong disambut beberapa bodyguard ayahnya dan ibu tirinya yang tersenyum kearah.

Menurut Taeyong senyuman itu hanya pencitraan di hadapan Ayahnya.

"Taeyong,"

Tanpa basa-basi Taeyong langsung mendirikan tubuhnya di sofa. Tanpa menyambut pelukan dari Ayahnya.

"Ada apa? Aku tak punya waktu jika hanya untuk berbincang tak penting?"

Ayahnya berdehem kemudian. Kemudian menunjukan beberapa foto dirinya dengan beberapa perempuan di club.

"Oh kenapa mereka hanya teman?"jawab Taeyong santai.

"Papa minta kamu berhenti melakukan nya."

"Kenapa berhenti? Anda siapa saya?"

"Taeyong!!!" Teriak ayah Taeyong. Ibu tiri Taeyong menenangkan suaminya, "aku ini orang tuamu Taeyong," geram ayah Taeyong.

"Maaf sir.. orang tua ku telah Mati," ujar Taeyong menekan kata mati.

Plak

"Taeyong," ibu tiri Taeyong menghampiri Taeyong yang telah di tampar ayahnya.

Taeyong menolak kasar ketika ibu tirinya akan membantunya.

"Kau!! Baiklah sekarang kau mau bagaimana Taeyong. Papa lelah dengan sikap mu?"

Tanpa menjawab Taeyong hendak pergi keluar dari sana, "Taeyong!!" Teriak ayahnya.

"Jika kau masih mengaggap aku keluarga datang lah besok ke acara papa. Papa akan memperkenalkan mu kepada rekan kerja papa itu saja." Ucap Ayah Taeyong pergi meninggalkan tempat dimana Taeyong berdiri. Ia berjalan cepat menaikkan tangga tanpa mengucap kata-kata lain.

Selalu seperti ini ketika Taeyong datang kembali kerumah. Ayahnya tanpa rasa bersalah pergi meninggalkan nya dengan mengucapkan tujuannya.

Taeyong benci semua. Perempuan itu, ayahnya semuanya Taeyong benci perempuan jalang itu.

To be continued

Syaillia Forest'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang