7. Tentang Zavier

0 0 0
                                    

Ucapan Gaga tidak main-main dia sudah berubah jelas Vier tahu karena kemarin dia mengantar Biya ke klinik gara-gara tidak mau diobatin alasannya cuman takut infeksi kalo bukan dokter yang ngobatin cih sombong banget,
Biya menceritakan semua sifat aneh Gaga yang berubah total.

Besok sesuai kesepakatan Gaga, Vier harus menceritakan semua kepada Biya alasan kenapa dia mendekati Biya, soal sikap Biya terhadap nya Vier tidak peduli toh cewek sombong itu juga tidak ada perasaan terhadapnya jadi tidak alasan untuk cewek itu menjauhi Vier kan?

Vier melirik ponsel nya tepat disampingnya ia berbaring. Ia ragu untuk menelepon Biya.

Ponsel nya kini sudah ada di genggamannya menampilkan layar yang tertulis dengan capslock BIYA.

"Ah, besok gue kan jemput dia nggak usah sok-sok an nelpon lah."

.
.
.

Keesokannya setelah pamit kepada Ibu nya, Vier menaiki angkot dan turun di kawasan elite yang berjejer banyak mobil.

"Vier, Gapapakan untuk saat ini sampai kelulusan nanti tugas kamu jaga Biya anter jemput kayak sekarang? Kamu nggak keberatan kan?"

Vier tersenyum, dulu memang dia menolak tapi setelah Om Raid menunjukkan foto putrinya rasanya penantian Vier tidak sia-sia.

"Saya gak keberatan kok Om malahan saya terimakasih karena Om keluarga saya bisa hidup layak selama tiga tahun ini."

Raid mendekat ke arah Vier menepuk punggung nya pelan. "Saya yang harusnya mengucapkan terimakasih karena pernah menolong Biya waktu itu akibatnya mimpi kamu yang ingin menjadi Tentara itu pupus gara-gara tulang kaki mu tidak sempurna dulu. Om minta maaf dan terimakasih banyak telah berkorban sejauh ini. Saya percayakan Biya kepadamu Vier."

Kejadian itu sekitar 5 tahun yang lalu, Vier yang masih duduk di kelas 6 SD melihat di luar sana ada gadis seumurannya yang berjalan sambil berlinang air mata acuh dengan sekitarnya sampai tidak tahu jika ada mobil yang membunyikan klakson.

Gadis itu tetap menangis tanpa mendengar kegaduhan disekitar yang menyuruhnya minggir di situ.

Vier dia tidak bisa diam jiwa penolong nya meronta-ronta.

"AWAS!" Teriak Vier menarik gadis itu.

Gadis itu merengek tidak mau ditarik-tarik alhasil keduanya jatuh untung saja Vier sudah mendorong gadis itu.

Tiba-tiba gelap Vier menahan perih di area betis nya.

Yah Vier masih mengingat nya setelah itu Vier bangun dengan kondisi kaki yang diperban dengan tebal Vier kecil tidak tahu dia hanya berharap semoga bertemu dengan gadis itu.

Saat akan ke jenjang menengah atas Ayah Vier meninggal, Vier tidak tahu harus bagaimana lagi satu-satu nya penyokong hidup hanya Ayah nya saja. Sampai suatu saat Vier dapat beasiswa di sekolah elite Surabaya dan disitulah ia bertemu dengan Papa gadis yang pernah ia tolong dulu, waktu itu dia belum tahu jikalau Raid adalah Papa Biya.

Dulu Papa Biya hanya menyuruh Vier untuk menunggu rental mobil miliknya. Saat dia kelas 3 ini baru pekerjaannya berganti alih mengantar jemput anak nya tentunya melindungi semacam bodyguard lah menurut Vier. Hampir satu tahun ini Biya tidak mengetahui.

Dan hari ini Vier harus menceritakan semuanya tentang dirinya yang mendekati Biya dan ini saat nya.
.
.
.

Setelah sampai parkiran Biya langsung turun tanpa mengucapkan apapun kepada Vier. Sebelum pintu mobil tertutup sempurna Vier menahannya.

"Apasih." Ujar Biya malas.

Vier menyorot mata Biya entah perasaanya atau bagaimana sorot mata Biya yang tadi nya datar berubah salting mata nya membola. Vier mengabaikannya ini bukan saat nya.

"Entar pulang sekolah jangan janjian sama temen lo atau cowok lo."

"Dih mana ada cowok."

"Pokoknya jangan gue mau ngomong penting sama lo."

"Disini kan bisa."

"Nggak bisa."

"Serah lu ngab." Biya langsung menutup pintu mobil sampai suara dentuman terdengar sangking kerasnya, Vier hanya memejamkan mata sambil ngelus dada.

"Kalo aja jatuh cinta bisa milih gue nggak akan milih lo Biy."
.
.
.

"Lo mau ngajak gue kemana sih Vier?" Kesal Biya karena tak kunjung dapat respon dari Vier berani banget dia ngacangin gue biasanya kan gue yang sering ngacangin. Dih.

Vier tidak pernah se gugup ini dengan cewek entah dorongan darimana Vier mengucapkan sesuatu yang membuat tubuh Biya mati rasa hawa panas menyerang padahal AC mobil sudah diatur dengan suhu paling dingin.

"Lo mau gue turunin disini? Bukan elo aja yang bisa mainin cowok sesuka lo. Gue juga bisa!!" Bentak Vier dengan suara menakutkan tegas tidak ada nada jail yang Biya dengar.

Biya yang tadi nya ngomel-ngomel gak ke Vier sekarang kicep 1000 bahasa. Nah lo Biya ada pawang nya sekarang.

Vier melirik kearah spion sekilas terpancar jelas wajah jengkel Biya tidak ada raut wajah takut atau apa. Dasar dengan bentakan masih membuat cewek sombong disebelahnya tidak takut sama sekali. Emang lo siapa Vier?

Sekitar perjalanan kurang lebih satu jam Vier memarkirkan mobil nya di parkiran yang sudah disediakan di area ini.

Biya diam masih kesal dengam bentakan Vier tadi.

Tempat disekitar banyak sekali orang-orang yang membawa ransel besar seperti akan mendaki gunung.

"Disini basecamp nya para pendaki ada juga yang datang hanya untuk liat-liat view yang begitu menawan." Jelas Vier, Biya hanya manggut-manggut.

"Duduk dulu Ya." Biya melihat tempat duduk berbahan kayu alami itu lalu tanpa ba bi bu mendudukkan tubuhnya disebelah Vier.

"Gue langsung ngomong aja ya, lo jangan motong ucapan gue."

"Hmmm."

"Gue selama ini kerja sama bokap lo." Vier menjeda jelas sekali Biya terkejut bibirnya ingin mengucap sesuatu tapi Biya tahan.

"Gue udah tiga tahun ini kerja sama bokap lo dulu sebagai penjaga rental mobil. Dan lo tahu kenapa hampir setahun ini gue deketin lo?" Vier menggantungkan ucapannya Biya jadi penasaran.

"Apa Vier jangan buat gue penasaran deh." Biya kesal sekali sama Vier hari ini.

"Karena Papa lo nyuruh gue buat lindungin lo dari cowok brengsek yang deketin lo, selain itu dia juga nyuruh gue agar lo tetap aman sama gue aslinya gue nolak karena itu tanggung jawab nya besar. Tapi lama kelamaan gue terbiasa juga sama sifat sombong lo."

Vier menghembuskan nafas. Lega rasanya telah mengucapkan sebenarnya kepada Biya cewek yang tidak pernah menganggapnya ada.

Biya tidak terima sama penjelasan Vier apa-apaan dia ini.

PLAKK.

Biya menampar Vier, apa salah Vier.

"Lo jahat banget yah Vier deketin gue gara-gara suruhan Papa." Biya menatap berang Vier bodo amat dengan tatapan orang sekitar.

"Gue kerja sama bokap lo Biy." Vier melembutkan ucapannya.

"Tapi nggak gini juga. Sekarang kerjaan lo selesai lo jangan jemput gue lagi, jauh-jauh dari hidup gue dari dulu gue nggak suka sama kehadiran lo di hidup gue." Emosi Biya meledak-ledak oh ini yang kata Vier 'gue juga bisa'. Bisa mainin perasaan gue gitu.

Mata Biya memerah sekuat mungkin ia tahan agar tidak menangis didepan cowok brengsek seperti Vier.

"Biy tidak ada cara lain, setelah Ayah gue meninggal satu-satu nya jalan adalah tawaran dari Papa lo gue gak bisa nolak karena Ibu sama Adek gue butuh makan."

"Terserah lo gue nggak mau ketemu sama lo lagi, Bangsat!!"




























Rabu,17 Februari 2021

Salahku ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang