5. Senja dan Biya

0 0 0
                                    

"Sombong gini lo juga pecinta senja ya Biy."

"Heh siapa sih yang nggak suka senja lo doang kan? cowok aneh tadi aja sok-sok an cuek sekarang ngikutin gue, mau lo apa sih!"

"Senja dan Biya estetik nggak sih nama nya."

"Gak jelas nya kumat." 

Biya mendudukkan dirinya diatas rerumputan liar diikuti dengan Vier disebelahnya.

"Ngaku, lo tadi ngikutin gue kan." Biya berbicara tanpa menoleh ke arah Vier sekarang bagi Biya tidak ada yang bisa mengalihkan pandangannya selain sinar berwarna jingga didepannya.

Vier tersenyum tipis menoleh kearah Biya terlihat jelas jika cewek itu sangat menyukai pemandangan matahari tenggelam di sore ini. "Iya." Ujar Vier tanpa mengalihkan pandanganya dari wajah cantik Biya.

Biya yang sadar daritadi ditatap oleh Vier menoleh kekanan mata mereka saling menatap. "Ehem, gue tahu gue cantik." Ucap Biya dengan PD nya.

Vier menatap ogah-ogahan mendengar ucapan Biya. 

TING..

Suara notif dari handphone Vier membuatnya merogoh kantong hoodie nya.

"Pulang yuk." Vier berdiri membuat Biya mendongakkan kepalanya keatas. 

"Sumpah gak ngotak gaya nya Vier." Batin Biya. Hoodie hitam dengan celana jeans hitam ditambah wajah nya yang terkena sinar senja membuat nya memincingkan mata.

"Gue tahu gue ganteng."

"Dihh." 

Beberapa menit kemudian mereka berdua sudah sampai dirumah Biya.

"Udah ya makasih." Biya buru-buru masuk ke rumah tanpa mengajak Vier mampir kerumah nya, bodo lah bentar lagi hujan dia pasti langsung pulang.

"Biya pulang!!" Teriak Biya langsung lari naik ke kamar nya yang berada di lantai dua.

"Ucapin salam kek teriak-teriak ini bukan di hutan." Teriak kakak nya gak terima.

"Di hatimuuu." Setelah itu Biya masuk ke kamar nya menutup pintu lalu merebahkan tubuhnya diatas kasur.

Tiba-tiba hujan deras mengguyur diikuti suara petir bergemuruh.

"Enak nya nonton drakor sambil makan mie pedes nih."
Biya menuju balkon kamarnya ingin menutup gorden pandangannya beralih kebawah Papa nya yang sedang mengobrol dengan cowok.

"Lah itu Vier belum pulang kok seragamnya basah kuyup gitu. Ah biarin lah."

Setelah mengganti seragam sekolah nya dengan pakaian santai Biya menuju dapur kamar untuk membuat mie. Kamar Biya itu ada akses dua pintu yang satu buat kekamar mandi yang satu untuk ke dapur. Dapur nya nggak seluas yang dibawah karena di kamar Biya cuma ada kompor yang biasa Biya buat masak mie aja.

Setelah selesai Biya membuka laptop nya memutar drama korea yang lagi on going baru-baru ini yang cewek nya cantik gara-gara make up direbutin sama dua cowok itu loh. Biya ketinggal 4 episode jadi sekarang dia mau selesein semuanya.

Lagi enak-enak nya eh pengganggu ada aja. Pintu kamar Biya di gedor-gedor dengan keras kelakuan kakaknya pasti.

Ah biarin pura-pura gak dengar aja.

"Biya! kalo gak lo bukain gue aduin Papa."  Suara keras kakaknya membuatnya ogah-ogahan membuka pintu.

"Apasih Kak ganggu aja, eh kok ada lo Kak Leisya mana?"

Vier mengedikkan bahu nya lalu menyelinap masuk ke kamar Biya tanpa aba.

"Pasti Papa yang nyuruh lo kesini kan, Papa kayak nya suka banget sama lo dulu saman mantan-mantan aku judes banget jadi gue kalo pacaran sering di luar takut dimarahin Papa.”
Biya duduk di ujung ranjang nya sedangkan Vier berdiri sambil menyilangkan kedua tangannya matanya meneliti dekorasi kamar Biya yang banyak banget poster-poster oppa korea.

"Ya bagus deh kalo Papa lo demen sama gue.”

"Maksut lo apa."

"Jadi nggak ada halangan buat deketin anak nya.” Vier terkekeh.

"Anak nya Papa siapa? Gue apa Kak Leisya." Biya berucap seperti anak kecil yang polos banget.

Vier terkekeh mendudukkan dirinya di sebelah Biya dengan jarak beberapa centi. "Sama lo lah Biy."

Biya tersadar lalu menarik guling disebelahnya untuk dipukulkan ke badan Vier.

"Biy udah woy sakit nih badan, lo mukul gak kira-kira ya."

"Biarin gara-gara lo gue jadi gagal maraton drakor. Nih rasain."

Glekkkk.

Vier menahan kedua tangan Biya, sumpah ini pertama kalinya Vier memegang tangan cewek. Biya dan Vier saling bersitatap menyelami rasa yang entah bagi Vier belum pernah ia rasakan.

"Sorry lagian lo mukul gue kenceng." Vier merasakan telapak tangannya hangat bibirnya tersenyum tipis.

"Modus banget, udah reda lo pulang sana."

"Ngusir nih ceritanya."

"Bisa dibilang gue gak suka liat keberadaan lo disini." Biya berucap santai tanpa mengerti perasaan Vier.

"Oke gue pulang." Vier berucap rendah tidak seceria tadi. Benar kan level rendah kayak Vier apa mungkin bisa disandingkan dengan Biya yang level nya jauh diatasnya.

"Gue keterlaluan nggak sih sama dia." Biya mengintip Vier lewat sela-sela gorden. Terlihat dibawah sana Vier memakai jas hujan dan menghampiri bapak-bapak berseragam ijo.

"What! Dia naik motor? Mobil nya tadi kemana?" Biya tidak habis fikir dengan kelakuan Vier apa ada yang disembunyikan dari Vier.

"Dih biarin kenapa gue mikirin Vier."

.
.
.

"Vier kamu gapapa nak? baju kamu basah."

"Gapapa Bu, Ibu udah makan belum? Kalo belum biar Vier masakin sekarang." Vier akan berjalan menuju dapur sebelum itu tangannnya dicegah.

"Kamu jangan pikirin Ibu dulu, kamu liat baju kamu basah nanti sakit mending kamu ganti baju dulu."

"Tapi--"

"Kalo kamu nggak ganti baju Ibu nggak mau makan kalo gitu." Wanita berumur 40 an itu menatap putra nya dengan wajah ngambek. Vier melihatnya ekspresi Ibu nya lucu sekali.

"Iya Bu Vier ke kamar dulu, Vara kemana Bu tumben nggak keliatan sama sekali dari tadi biasanya juga nungguin aku di depan pintu."

"Iya tadi ketiduran kamu sih lama ngapain aja."

"Iya tadi sama Pak Raid disuruh neduh dulu dirumahnya aslinya ogah males ketemu sama anak perempuannya yang sombong itu tapi bagaimana lagi keinginan Pak Raid nggak bisa dibantah."

"Iya iya Pak Raid udah baik banget sama keluarga kita hmm kayaknya kamu suka ya sama anaknya Pak Raid ngaku." Kanaya Ibu Vier tersenyum lebar jarang sekali putranya begini oh Kanaya bersyukur sekali.

.
.
.

"Biy ada yang cariin lo di luar." Seruan teman satu kelas Biya mengisyaratkan kalo ada seseorang yang menunggunya di luar.

"Ah ini pasti Vier ada apa sih tu cowok."

Biya tertegun melihat cowok yang tersenyum kepadanya "Hai Biy."

"Lo lo kenapa ada disini." Suara Biya terdengar ketakutan.

Cowok didepannya tersenyum menakutkan. "Gue mau lihat lo."

"Gaga woy cepetan sini." Teriakan seseorang membuat hati Biya lega.

"Gue tunggu pulang sekolah nanti, lo tau sendiri akibatnya kalo gak dateng." Nada yang menyeramkan membuat Biya kembali mengulang ke masa lalu.






































Minggu, 24 Januari 2021























Salahku ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang