Prolog

125 17 3
                                    

[ 10+ vote, up! Don't forget to vomment and- kritsar (kritik saran) nya kak. ]

Dentingan antara piring dan sendok yang saling beradu menjadi teman dikala suasana canggung tengah terjadi diantara sosok seorang anak dan seorang pria yang notabene nya adalah seorang ayah.

Suasana sarapan pagi itu terasa sunyi, tak ada sedikitpun pembicaraan diantara keduanya. Mereka hanya diam dan sibuk memakan sarapan masing-masing agar nantinya dapat mengerjakan kegiatan masing-masing sesuai jadwal yang ada.

(Name), selaku sang anak yang masih sibuk mengunyah sarapan tersebut jujur merasa sedikit kurang nyaman dengan situasi yang menurutnya lumayan canggung. Terlebih ia kini tengah sarapan bersama ayahnya yang tumben sekali sarapan bersamanya, padahal biasanya dia terlalu sibuk yang membuatnya tidak bisa pulang, bahkan sekedar memberi kabar kepada keluarganya sekalipun, dan kini ia memiliki project di Tokyo membuatnya terpaksa meninggalkan Miyagi untuk beberapa tahun. Benar-benar sibuk. Menyebalkan. Ntah apa hal yang ia urus sampai sebegitu sibuknya, pekerjaan atau, wanita lain.

"(Name)".

Panggilan dengan nada datar itu berhasil membuat gadis yang tadinya tengah fokus kepada sarapannya mengganti fokus kepada sang ayah. Ia melirik kepada sosok pria didepannya, menatapnya dengan tatapan sedikit bingung.

"Kembali lah ke Miyagi. Ibu dan kedua adikmu mu sangat merindukanmu", ucap sang ayah datar tanpa menatap mata sang anak dan kembali melanjutkan kegiatan sarapannya dengan santai.

(Name) mengerenyit, apa-apaan dengan kata 'ibu dan kedua adikmu' itu? Memangnya kalian sudah berpisah apa?

Ayah (Name) langsung pergi begitu saja kala lauk yang ada dipiringnya telah habis. Ia pergi tanpa mengucapkan apapun, sama sekali tidak mengucapkan apapun.

(Name), yang melihat hal itu hanya diam, tak mengucapkan apapun dan memilih untuk melanjutkan kegiatan sarapannya yang sempat tertunda dan segera menyelesaikannya.

Selesai, ia mengangkat kedua piring kotor yang ada di meja makan itu ke wastafel, mencucinya hingga bersih dan kembali meletakkannya ke rak piring. Membersihkan sisa sabun yang menempel dan mengeringkan kedua tangan dengan handuk kering.

(Name) berjalan mengambil tas yang ada di kursi makan kemudian memakainya di kedua bahu, sedikit memperbaiki ikat rambutnya yang mulai agak melonggar. Ia berjalan kearah rak sepatu lalu mengambil dan memakai kedua sepatu sekolahnya kemudian beranjak membuka pintu rumah, manik matanya menatap lurus kearah kedua orang yang tampaknya telah menunggu di perkarangan rumahnya.

"Maaf, apa aku lama?", tanyamu kepada kedua laki-laki tersebut yang tampak seperti berdebat sesuatu. Yang (Name) yakini itu adalah perihal game.

"Oh? Chibi-chan! Tidak, kok. Kami baru saja sampai~", sahut pria bersurai hitam dengan gaya rambut aneh mirip ayam tersebut.

"Oh, baguslah."

(Name) menutup pintu tersebut kemudian menguncinya setelah memastikan tak ada yang tertinggal atau terlupakan. Ia langsung berjalan melewati teras rumah dan membuka pintu pagar tersebut, keluar dari teras dan mengunci kembali pintu pagar. Ia membalikkan badan kemudian pergi beranjak dari sana menuju kesekolah bersama kedua laki-laki tersebut.

Kalian berjalan berbarengan-- tidak, lebih tepatnya mereka berjalan mendahuluimu dan menjadi seorang pawang didepan. Beberapa adegan nyolot-menyolot terdengar dari mereka, membuat mu hanya terkekeh pelan mendengarnya.

"Oh ya, Tetsu-kun. Kenma-kun", ucapmu di pertengahan jalan, teringat akan perkataan sang ayah saat sarapan canggung tadi. Membuat kedua laki-laki yang tadinya berjalan duluan didepanmu menghentikan langkahnya, berbalik badan menatap dirimu yang sudah berhenti duluan.

"Ada apa? (Name)?", tanya seseorang berambut pudding, sedikit bingung, namun fokusnya tetap ke arah layar handphone nya itu.

"Aku akan kembali ke Miyagi nanti", ucapmu lalu kembali melanjutkan perjalanan, langkahmu sedikit dipercepat membuat kedua laki-laki yang sepertinya saat itu sedang lemot tertinggal.

"Eh? Tunggu.. LOH?! KENAPA??", heboh Tetsurou saat menyadari apa yang dikatakan perempuan di depannya yang telah berjalan duluan, kaget. Kenma, selaku lelaki yang mempunyai rambut pudding itu juga sama kagetnya meski tak seheboh Tetsurou.

Mereka kemudian mensejajarkan langkahnya denganmu, menatap intens dirimu. Dari tatapan mereka berdua, terlihat jelas bahwa mereka meminta penjelasan.

"Tiket tinggal di Tokyo ku sudah habis", ucapmu, datar tanpa emosi sedikitpun, padahal dalam hatimu kau berniat untuk ngelawak, namun sepertinya nada bicaramu tidak selaras sama seperti apa kata hatimu.

"Apa-apaan itu?!", ketus Tetsurou sedikit nyaring-- heran, untung saja tidak menjadi pusat perhatian karena tadi hampir sama seperti berteriak.

"Memangnya kenapa? Selama ini aku tinggal disini hanya karena undangan sekolah SMP dulu. Aku melanjutkan SMA disini juga karena terpaksa", ucapmu datar, tidak peduli akan respon yang diberikan Tetsurou.

"Jadi kau akan benar-benar kembali ke Miyagi?", tanya Kenma yang berada di sisi kanan (Name). (Name) hanya mengangguk mengiyakan perkataan lelaki berambut pudding disebelahnya.

"Chibi-chan, kau akan meninggalkan ku?", tanya Tetsurou menggunakan nada bicara sedih, yang ntah kenapa malah terdengar menjijikkan. Meski jauh lebih menjijikkan kalau yang mengucapkannya itu adalah seseorang yang ia kenal dan memiliki tingkah yang lumayan alay, sih. Mengingatnya saja mampu membuat (Name) bergedik ngeri. Ew.

"Cih. Gaya bicara mu itu tampak seperti aku akan pergi selamanya saja. Lagipula aku masih hidup. Masih bisa berjumpa. Dan lagi kita punya nomor kontak masing-masing", ketusmu jutek yang dibalas dengan wajah tak suka oleh Tetsurou.

"Aku tak bisa berpisah dengan orang yang sangat, sangat ku cintai! Rasanya sangat tidak menyenangkan. Hidup ini tak lengkap tanpa dirimu, (Name)", ucap Tetsurou dengan segala kejametan yang ia miliki.

"Begitu. Tapi maaf. Aku tidak, Tetsu-kun", ucap (Name) begitu saja lalu meninggalkan mereka berdua dan berjalan ke arah gedung kelas 1.

Kenma, yang kini tengah berada di samping Tetsurou dan sedari tadi hanya menyimak percakapan mereka pun perlahan membuka suara.

"Aku mempunyai kesempatan, ternyata".

"Kyanmaa!"

🍁🍁🍁

Hari yang merepotkan pun terjadi, terlebih akan adanya kejametan seorang Kuroo Tetsurou yang luar binasa jametnya tersebut membuat (Name) selalu menghela nafas-- berusaha untuk tidak menghajar senpai-nya tersebut. Meski begitu, (Name) tetap sayang kepadanya. (Name) menganggap Tetsurou itu sebagai sosok seorang kakak, tidak lebih.

Mungkin.

Hari menjelang malam, hembusan angin malam masih terasa sejuknya bahkan di dalam kamar yang jendela nya sudah tertutup rapat tersebut. (Name) menatap langit-langit kamar yang sama sekali tak menarik. Ia menghela nafas panjang. Lalu membalikkan badan, memeluk bantal guling yang ada disisi kanannya, bersiap untuk tidur.

'..hari ini adalah hari terakhirku bersekolah di Nekoma.. dan.. esok akan menjadi hari terakhir ku menginjakkan kaki di Tokyo..'

'...dan aku akan kembali ke Miyagi dan menjumpai kedua adikku dan Okaa-san. Setelah tiga tahun lamanya..'

'Kira-kira bagaimana kabar mereka? Sehatkah? Shoyo juga.. Anak itu selalu bercahaya, bersemangat.. membuat semua orang menyukainya dan menyayanginya, meskipun nilai akademiknya.. buruk..'

Tatapan mata (Name) sedikit berubah, sorot mata yang biasanya selalu menunjukkan sorot 'tidak punya semangat hidup' itu kini berubah menjadi sendu kala setiap kali ia mengingat tentang kembaran nya yang sangat disukai dan disayangi oleh orang-orang tersebut. (Name) semakin erat memeluk bantal guling yang telah menjadi teman tidurnya sejak lama. Dan bersiap memasuki alam mimpi.

'..dan karena itulah aku sedikit tak menyukainya.'

***

Iya, ku up ulang. Hehe:D
Sekaligus up chapter 2!

Fly, Karasuno! ー Haikyuu!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang