- rainy night

151 23 4
                                    

hujan mengguyur kota malam ini. sudah sejak pukul enam sore tadi, namun sampai jam sepuluh, hujan tak henti-hentinya turun. bahkan sampai jam sebelas, ditambah petir yang menggelegar. beruntung pada jam seperti ini, sudah banyak orang yang telah sampai di rumahnya masing-masing.

termasuk hyeongjun, yang kini berada di ranjangnya. ia sedang bergerak gelisah di sana. mengantuk, dirinya ingin segera tidur. namun suara petir selalu mengageti hyeongjun ketika matanya mulai tertutup.

hyeongjun itu takut dengan petir. suaranya selalu mengageti juga kilatnya yang membuat jantungnya berdegup lebih cepat.

jam di nakas telah menunjukkan pukul setengah dua belas. keadaan rumah yang sepi membuat hyeongjun semakin takut saja.

"kapan berhenti..." gumam hyeongjun sambil membenarkan selimut yang membungkusnya.

dirinya tidak berani memainkan ponsel karena petir dan hujan yang begitu deras. sudah terbiasa sejak dulu bahwa ponsel harus dimatikan ketika sudah mulai hujan karena takut tersambar.

baru saja hyeongjun berniat mengambil ponselnya. sedikit ingin melanggar aturan karena dirinya bosan dan tidak bisa tidur. listrik di kamar hyeongjun padam, membuatnya panik seketika.

satu lagi yang ia takuti, gelap.

dengan segera hyeongjun meraba-raba nakas, berusaha mencari ponselnya. namun ia malah menjatuhkan jam, membuatnya panik karena suara pecahan dari jam itu sendiri.

hyeongjun ingin menangis. namun sangat takut untuk mengeluarkan suara barang sepatah kata pun.

"m-minhee..."

✿✿✿✿✿

minhee dan hyeongjun adalah teman berbagi apartemen. mereka melakukan itu karena kedua keluarga mereka saling mengenal. saat tahu keduanya berada di universitas yang sama, kedua keluarga mereka sepakat untuk menempatkan keduanya di satu apartemen.

sebenarnya, apartemen itu milik keluarga minhee. hyeongjun yang tidak terbiasa tinggal sendiri karena takut banyak hal, membuat keluarganya menitipkan hyeongjun pada minhee. minhee sendiri pemalas, beruntung hyeongjun adalah seseorang yang tertata rapi, sehingga keduanya bisa saling melengkapi saat berada dalam satu apartemen yang sama.

minhee terbangun ketika mendapati suara petir yang menggelegar. teringat akan hyeongjun yang pasti akan merasa ketakutan, ditambah lagi listrik padam. membuat minhee segera beranjak dari kasur miliknya.

dirinya mencari ponsel terlebih dahulu, setelah menemukannya ia pun menyalakan flashlight untuk menerangi jalannya menuju keluar kamar.

ia pun berjalan menuju kamar hyeongjun yang berada tepat di samping kamarnya. mendapati jika kamar temannya itu tertutup, hingga akhirnya ia ketuk beberapa kali.

"hyeongjun, lo tidur?"

tidak ada sahutan, tidak ada jawaban. sehingga akhirnya minhee mengetuk pintu bercat putih itu lagi, namun lagi-lagi tidak ada jawaban.

ia berpikir bahwa hyeongjun di dalam sana telah tertidur, sehingga ia berniat pergi ke kamarnya kembali. namun kembali urung karena mendengar suara benda terjatuh dari dalam sana.

tanpa menunggu, minhee pun masuk ke dalam kamar lelaki manis itu. mendapati hyeongjun yang kini berada di dalam selimutnya.

"jun,"

"m-minhee..?"

minhee pun mendekati ranjang hyeongjun. ketika mendudukkan diri, hyeongjun memegang lengannya, membuat minhee sangat khawatir.

"lo gapapa?"

"m-minhee . . . minhee, takuuuut." ucapnya di sela-sela isakan tangis.

"udah, udah gapapa. ada gue, jangan nangis ya?" minhee pun mengelus surai hyeongjun berusaha menenangkannya.

"minhee, jangan tinggalin aku. tidur disini yaa? jangan pergi.."

setelahnya, minhee membaringkan dirinya pada ranjang hyeongjun. membuat si pemilik merapatkan dirinya pada yang lebih tinggi. menyamankan dirinya pada minhee yang kini menjadikan lengannya sebagai bantalan, mengingat posisi keduanya yang terbilang cukup dekat.

ini bukan kali pertama. karena keduanya telah berbagi apartemen selama berbulan-bulan. merasa hapal dengan ketakutan hyeongjun yang tidak bisa mendengar suara petir dan keadaan gelap.

minhee pun memeluk hyeongjun yang kini merapatkan diri padanya. menepuk-nepuk pelan pundak hyeongjun yang sekarang terasa sedikit lebih tenang daripada sebelumnya. mengingat jarak mereka yang dekat, membuat minhee dapat merasakan debaran jantung hyeongjun yang awalnya sangat kencang karena ketakutan. sekarang sudah lebih teratur. minhee tersenyum lega.

"minhee...perginya nanti saja ya?" tanya hyeongjun.

terkadang minhee sering pergi saat ia sudah tertidur, tanpa menunggu hujan reda dan listrik kembali menyala ataupun pagi menjelang. mengetahui jika keduanya akan sangat canggung di saat pagi hari karena semalam berpelukan saat tidur.

-- sebenarnya hanya hyeongjun, namun minhee mengetahuinya.

"kenapa?" tanya minhee.

hyeongjun menelan ludah gugup. suara minhee terasa sangat dekat ketika merasakan hembusan napas lelaki yang lebih tinggi itu pada pucuk kepalanya.

"g--gapapa! tidur di sini aja."

ia dapat mendengar tawa pelan dari minhee. lelaki tinggi yang kini mengeratkan pelukannya pada hyeongjun yang sedikit terkejut akan hal itu.

"oke, malam hyeongjun."

hyeongjun berusaha menutup matanya.
"eum. malam minhee."

mengabaikan hujan deras disertai petir di luar sana, hyeongjun pun berusaha menutup matanya. ia tidak lagi merasa takut, mengingat ada minhee yang sekarang memeluknya.

mengabaikan detak jantungnya yang kini menjadi, di sana.

✿✿✿✿✿

A TO ZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang