laki-laki dengan kacamata berwarna hitam gelap yang bertengger dengan gagah diatas hidungnya itu, terlihat sedang menyeret kopernya masuk ke dalam sebuah rumah besar yang didominasi dengan cat berwarna abu-abu.
mark lee, atau orang-orang biasa memanggilnya dengan sebutan mark. pria dengan umur dua puluh tujuh tahun itu terlihat begitu menawan, semua orang pasti akan setuju jika ada yang mengatakan bahwa mark adalah pria yang tampan. jangan lupakan pekerjaan yang membuatnya semakin terlihat begitu luar biasa di mata orang-orang, ia seorang direktur utama di perusahaan milik ayahnya. sebenarnya mark tidak pernah berminat untuk masuk ke dalam dunia perkantoran maupun bisnis, tetapi orang tua nya lah yang selalu memaksa mark untuk menggeluti bidang tersebut dan menjadi direktur utama di perusahaan milik ayahnya.
mark masih menyeret kopernya masuk ke dalam rumah, sembari tangannya melepas kacamata hitam miliknya. kemudian melonggarkan ikatan dasi di lehernya yang terasa begitu mencekik. wajahnya terlihat lelah, ia bertekad setelah ini akan tidur untuk sepanjang hari tanpa ada gangguan dari siapapun.
kemudian mark memilih untuk pergi ke ruang tengah, bermaksud untuk mengistirahatkan badannya sebentar sebelum ia pergi ke kamar. begitu ia sampai di ruang tengah, ia disambut dengan pemandangan adiknya yang tengah tertawa keras. mata mark melirik sekilas ke arah televisi yang sedang menampilkan acara konyol dan tidak bermutu menurut mark.
mark mendesis kemudian duduk di samping sang adik, "sialan, aku menyuruhmu untuk menjemputku di bandara, kenapa kau tidak menjemputku?"
haechan terlonjak kaget, tidak menyadari jika mark duduk di sampingnya. haechan mengerutkan dahinya, "kau? kapan kau menyuruhku untuk menjemputmu di bandara? kau tidak mengabari ku tentang hal itu ya."
mark memijat pangkal hidungnya, mulai merasa jengah dengan pembicaraan bersama adiknya yang menyebalkan ini, "aku sudah mengirim pesan dan menelpon mu, tapi ponsel mu tidak aktif. kau tau, aku hampir menghabiskan waktu dua jam di bandara untuk menunggumu."
haechan dengan sigap mengeluarkan ponsel dari saku celananya, ia lupa jika memang sejak tadi ia tidak mengaktifkan data ponselnya. kemudian haechan menatap wajah mark dan menampilkan cengiran tak berdosanya, "aku lupa, aku memang sejak tadi tidak menghidupkan data nya."
mark menyentil dahi haechan dengan sedikit keras, "bodoh."
haechan mengerucutkan bibirnya lucu, bermaksud untuk membujuk sang kakak agar tidak marah kepadanya, "aku minta maaf, janji deh tidak akan aku ulangi lagi."
mark memutar matanya malas, ada-ada saja memang tingkah milik adiknya itu, "ya, ya, terserah kau saja. aku lelah, ingin istirahat. jangan menganggu ku," ucap mark kemudian mulai meninggalkan haechan tanpa membawa koper miliknya.
haechan yang melihat itu menggerutu, mark baru saja datang kesini lagi setelah bertahun-tahun lamanya, tapi tidak ada adegan mellow atau bertukar rindu dengan sang adik seperti kebanyakan orang-orang. memang menyebalkan.
-
jeno baru saja selesai mandi, tangannya masih sibuk mengeringkan rambutnya yang masih basah. waktu sudah menunjukkan untuk makan malam, tetapi jeno masih belum makan juga. memangnya ingin makan apa? jeno hanya memiliki mie instan yang tersisa beberapa. jeno belum membeli stock makanan lagi, karena memang uang untuk bulan ini masih tersisa sangat sedikit.
selesai mengeringkan rambutnya, jeno berniat untuk pergi ke dapur dan memasak mie instan untuk makan malamnya. tetapi niatnya untuk pergi ke dapur ia urungkan, karena tiba-tiba terdapat sebuah panggilan masuk ke ponselnya.
jeno membuka ponselnya dan nama haechan terpampang jelas di layar ponselnya, sesegera mungkin jeno mengangkatnya, "halo?"
diseberang sana haechan berteriak, "jenooo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
covenant ; markno
Fanfiction"kalau saya gila, saya gak akan ada disini. saya gak akan datang untuk menemui kamu." bxb | mature | mpreg lowercase, marriage life pwoetics ; 2021