tiga

1.2K 174 12
                                    

-

"jeno, bagaimana?"

jeno menggeleng sebagai jawaban, sekarang ia sedang tidak bisa berpikir. jeno pusing, bagaimana caranya mendapatkan uang untuk membayar biaya kuliah miliknya. jeno memang memiliki tabungan untuk kuliahnya yang jeno dapatkan dari sebagian gajinya sebagai seorang waiter di sebuah cafe, namun itu semua belum cukup untuk membayar biaya kuliahnya.

haechan yang melihat jeno seperti itu, berniat untuk membantu sahabatnya lagi, "bagaimana jika menggunakan uang milikku dulu?"

jeno tentu saja akan menolak, haechan sudah terlalu banyak membantunya. jeno seperti tidak tahu diri jika kali ini jeno menggunakan uang milik haechan lagi, "kau gila? kau sudah membantuku terlalu banyak. tidak, aku tidak mau."

"untuk yang kali ini kau boleh menggantinya, kapan saja tidak apa-apa. yang terpenting sekarang adalah kau harus sudah membayar biaya kuliah," haechan mencoba membujuk jeno, agar jeno setuju dengan pemikirannya.

namun jeno keras kepala, jeno tidak ingin melibatkan haechan lagi dalam semua masalah yang terjadi pada dirinya, "tidak, aku tidak mau."

haechan berdecak, "lalu bagaimana kau akan membayar semuanya, jeno?"

jeno mengetuk-ngetuk jarinya ke meja, mencoba berpikir apa yang bisa ia lakukan agar mendapat uang untuk biaya kuliahnya dalam waktu yang singkat, "aku tidak tau, mungkin aku akan mencoba untuk mencari pekerjaan lagi."

haechan hanya menganggukkan kepalanya, jeno jika sudah begini tidak akan mudah untuk dibujuk.

-

disinilah mark berada, duduk sendirian di cafe yang berada di pusat tengah kota. mark mengedarkan pandangannya, design cafe ini minimalis, dengan dominasi berwarna coklat muda. ah, jangan lupakan musik yang mengalun dengan indah, cukup membuat mark merasa sedikit tenang.

mark ingin waktu untuk sendiri terlebih dahulu, ia sedikit pening dan stress karena selalu ditekan dan dipaksa untuk menekuni bidang yang bukan minatnya. belajar menjadi seorang direktur utama itu tidak mudah. apalagi mark juga baru datang ke kota ini lagi, setelah sekian lama mark memilih untuk tinggal sendiri dan menetap di luar kota. tapi beberapa hari lagi, perusahaan milik papanya itu akan sepenuhnya menjadi tanggung jawab miliknya. menurutnya, ini semua aneh.

suara piring kecil dan cangkir yang beradu dengan meja itu membuat mark tersadar dari lamunannya. mark mendongak, menatap seseorang yang sudah meletakkan pesanan minumannya ke atas meja, "kau— jeno?"

yang dipanggil pun segera menatap mark, kemudian tersenyum kecil, "kak mark?"

mark mengangguk, menatap jeno dengan sedikit kebingungan, "kau disini?"

mark menatap jeno lekat, meneliti penampilan milik jeno yang sekarang sedang menggunakan seragam seorang waiter cafe, dengan tangan yang membawa satu buah nampan berukuran kecil.

"iya, aku kerja part time disini," jeno menjawab pertanyaan yang diajukan oleh mark, "ah iya, ini kopi milikmu."

"terimakasih. wah, aku tidak tahu jika kau mengambil kerja part time," mark masih menatap jeno, sedikit kagum karena laki-laki yang masih tergolong remaja seperti jeno ingin bekerja part time. biasanya laki-laki seumuran jeno, memilih untuk kehidupan yang bebas, seperti berpesta di malam hari kemudian pulang dengan keadaan yang tidak sadar, merokok atau mungkin bergabung dengan geng sepeda motor.

jeno hanya tersenyum sebagai jawaban. jeno berniat untuk kembali ke dalam dapur, namun mark mencegahnya, "ingin menemaniku untuk mengobrol?"

jeno ingin menolak, bagaimana bisa ketika sedang jam kerja ia malah mengobrol dengan salah satu pelanggan cafe tempatnya bekerja? namun disisi lain, jeno juga tidak enak jika menolak mark. mark ini kakak haechan, kakak sahabatnya yang selalu membantu jeno.

mark yang melihat jeno tampak gelisah dan kebingungan itu memilih untuk membiarkan jeno kembali, "ah baiklah, kau kembali saja, tidak apa-apa," ucapnya sembari tersenyum pada jeno.

jeno dapat menghela nafas lega. sejujurnya jeno juga ingin berbicara banyak dengan mark, jeno tidak bohong. karena yang jeno tau, kakak haechan ini sangat pandai, dia juga ahli dalam olahraga basket, siapa tau jeno bisa belajar banyak dari mark tentang basket, jeno sangat suka dengan basket. tapi mungkin sekarang bukan waktu yang tepat, lantas jeno juga tersenyum pada mark, "aku kembali ke dalam kak, sampai jumpa lagi."

jeno beranjak meninggalkan mark di tempatnya. kemudian mark menyesap americano miliknya, seketika rasa pahit menyeruak ke seluruh rongga mulutnya. pahit, namun mark selalu suka dengan sensasinya. sesekali matanya menatap benda pipih berwarna hitam yang berada dalam genggamannya. ada lumayan banyak pesan yang masuk, namun mark sama sekali tidak berniat untuk membalasnya.

-

"aku bertemu dengan temanmu."

mark sudah sampai di rumahnya sepuluh menit yang lalu, kini ia sedang duduk di ruang tengah dengan sang adik yang tengah sibuk dengan tayangan film action yang sedang berputar.

"temanku? siapa?" haechan menjawab sang kakak dengan mata yang masih terfokus pada film di depan sana, tangannya sesekali meraih popcorn caramel di mangkuk kecil yang kini ada di pangkuan miliknya.

mark juga ikut meraih popcorn milik sang adik, kemudian memakannya, "jeno."

kini haechan mulai memusatkan fokusnya pada mark, ketika nama sahabat dekatnya itu disebut, "kau sungguh bertemu dengannya? dimana?"

mark mengangguk, "di cafe yang terletak di tengah kota, yang dulu sering kau kunjungi itu. aku baru tahu jika jeno bekerja part time di cafe itu."

haechan memakan popcorn nya kembali, "dia memang bekerja disana, sehabis pulang kuliah dia pasti akan langsung berangkat ke cafe itu."

"memangnya kenapa?"

haechan menatap bingung sang kakak, "kenapa apanya?"

"jeno, kenapa dia memilih untuk bekerja di cafe?"

haechan menganggukkan kepalanya, mulai mengerti kemana arah pembicaraan mereka, "jeno tinggal sendiri."

mark masih belum mengerti apa yang dikatakan oleh haechan, mark mengerutkan dahinya bingung, "maksudnya tinggal sendiri? dia menyewa rumah sendiri disini?"

fokus haechan mulai kembali pada tayangan film action yang berputar di depannya, "iya, dia menyewa rumah sendiri. orang tuanya sudah pergi sejak dia umur tujuh belas tahun."

"pergi karena apa?"

"jeno bilang, orang tuanya meninggal karena kecelakaan pesawat. dia anak tunggal, jadi sekarang dia hidup sendiri. semuanya jeno lakukan dengan sendiri, keluarga dari orang tua jeno juga seolah tidak peduli pada jeno. jeno juga harus membiayai dirinya sendiri, maka dari itu jeno memilih untuk bekerja part time. bahkan jeno sedang berencana untuk mencari pekerjaan lagi untuknya, tabungan yang dia punya untuk biaya kuliah miliknya masih belum cukup."

mark menganggukkan kepala, kemudian menyenderkan kepalanya pada sandaran sofa. mark mulai berpikir susah juga jika hidup menjadi jeno, dia harus melakukan semuanya sendiri sejak umur tujuh belas tahun. tujuh belas tahun itu masih termasuk lumayan kecil bagi mark untuk melakukan semuanya sendiri, benar-benar sendiri. ah, mark cukup salut pada jeno.

-

-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-

hi, hows ur day? im back with another chapter of covenant kkk, i hope u like this one :D

covenant  ;  marknoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang