Bagian Keempat - Rumah Sakit

660 52 5
                                    

. .
Previous Chapter

"Dok, bagaimana keadaan adik saya?"

"Adikmu..."
--

"Adikmu baik-baik saja, ia baru saja sadar tadi. Hanya saja beberapa luka di tubuhnya yang sobek sehingga perlu dijahit, Tenang saja, luka itu sudah dijahit kok. Dan satu lagi, untuk memaulihkan kembali kondisinya, ia perlu di rawat inap di rumah sakit ini hingga keadaannya benar-benar pulih" Jelas dokter itu "Baiklah, saya permisi dulu.. untuk ruangan Taufan, ia berada di ruangan nomor 807 di lantai 8" lanjutnya

Halilintar terdiam, ia tak tau harus memasang ekspresi apa, di sisi lain ia merasa senang, bahagia, terharu, serta bersyukur karena adiknya baik-baik saja, namun di sisi lainnya ia memikirkan biaya untuk penyembuhan adiknya, apalagi perlu di rawat inap yang entah sampai kapan baru boleh kembali ke rumah.

Hiromi menepuk pundak Halilintar, Halilintar yang merasa pundaknya ditepuk pun menoleh dan ternampak Hiromi yang berada di belakangnya, Halilintar pun memasang wajah seolah-olah mengatakan 'ada apa?'

Seolah-olah mengerti, Hiromi mengatakan "Mau ke Taufan? Urusan biaya nanti bisa diurus, sekarang fokusin ke Taufannya aja dulu"

"Yaudah, ayo" Setuju Halilintar, mereka pun mencari lift untuk naik ke lantai 8 dimana ruang Taufan berada

Setelah menemukan lift, mereka menekan tombol 'naik' dan kebetulan lift itu kosong dan langsung membuka pintu untuk mereka masuk dan memencet tombol angka 8

Tak lama, lift itu sudah sampai di lantai 8, pintu lift itu terbuka kembali untuk mempersilahkan orang yang berada di dalamnya keluar

Halilintar dan Hiromi pun keluar dari dalam lift dan menelusuri lorong Rumah Sakit itu untuk mencari ruangan bernomor 807. Akhirnya mereka menemukan ruangan itu dan membuka pintunya perlahan

Kriieett...

Pintu ruangan itu terbuka dan menampilkan sesosok tubuh yang terbaring lemah di atas tempat tidur rumah sakit dengan selang infus di tangannya serta selang oksigen yang berada di hidungnya, nampaknya ia sedang melihat ke luar jendela, mungkin ada yang menarik di luar sana sehingga membuatnya tertarik untuk memandang jendela itu

"Taufan..." Panggil Halilintar pada Taufan yang terbaring lemah disana, Taufan yang merasa namanya terpanggil pun menoleh ke arah sumber suara, ternyata kakanya yang sedang memanggilnya

"Kak Hali..." Sahut Taufan dengan suara yang lemah. Halilintar mendekati Taufan dan duduk di pinggir tempat tidur Taufan, Hiromi mengikuti Halilintar dan duduk di kursi yang berada di samping tempat tidur itu

Halilintar memegang tangan kanan Taufan yang terpasang selang infus dan mengusapnya dengan lembut, Taufan membalasnya dengan menggenggam sela-sela jari tangan kakaknya

"Sakit?" Tanya Halilintar, Taufan membalasnya dengan gelengan kepala untuk menjawab pertanyaan kakanya tadi

Halilintar menunduk, ia mengeratkan genggaman tangannya pada tangan Taufan ya walau ga kuat-kuat amat sih.

Taufan mencoba bangun, tapi ditahan oleh kakaknya, Khawatir Taufan akan kehilangan keseimbangannya dan terjatuh

"Taufan mau duduk? biar aku naikkan kepala(?) tempat tidurnya, ya" Ucap Hiromi yang bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke bawah tempat tidur dimana tuas untuk menaikkan kepala tempat tidur itu berada dan memutarnya sehingga kepala tempat tidur itu naik. Hiromi memutar tuas itu hingga dirasa cukup untuk Taufan bersender

Taufan melepas genggaman tangan Halilintar dan menyamankan posisinya, lalu tangannya bergerak melepaskan selang oksigen yang membuatnya tidak nyaman. Halilintar membantu Taufan melepaskan selang itu dan mematikan oksigennya, Hallilintar menatap adiknya dengan sendu, Taufan tersenyum lemah melihatnya

"Ufan nggak apa-apa, sebentar lagi juga sembuh" Ucap Taufan untuk menenangkan kakaknya, senyumannya semakin melebar, mau tak mau, Halilintar ikut tersenyum

"Iya deh, kakak cuma takut ufan kenapa-napa. Kan cuma Ufan adik kakak satu-satunya" Ucap Halilintar sambil tersenyum lembut

"Tinggal minta adik baru sama Papa Mama, nanti dapet pengganti ufan deh.. hehe" Celetuk Taufan sambil terkekeh pelan

"Hush.. kamu ini ada-ada aja. Nanti kalo udah ada adik baru terus aku lupain kamu, terus terus aku ga mau ngurus kamu lagi, yang pada akhirnya kamu terlantarkan, gimana?" Ucap Halilintar datar

"Ya tinggal lupain aja, apa susahnya?" Pertanyaan Taufan membuat Halilintar menatapnya dingin dan datar, Taufan hanya terkekeh

"Ya ngga semudah itu lah! Terus kalo aku lupain kamu, yang jaga kamu siapa? yang nemenin kamu kalo ga bisa tidur malam, siapa?"

"Lah, situ yang ngomong tadi, kok situ yang keder?"

Hiromi yang sedari tadi hanya menyimak perdebatan mereka pun mulai melerai mereka

"Udahan berantemnya. Emang kalian mau saling melupakan terus malah pisah beneran kaya aku sama kak Miro?" Ucap Hiromi dengan sendu, Ucapan Hiromi membuat mereka terdiam dan saling menatap satu sama lain

Ah, ya Author lupa bilang kalo sebenernya Hiromi itu kakak sepupu mereka yang berjarak satu tahun dari mereka, Hiromi juga memiliki seorang kakak kembar laki-laki bernama Hiromiro yang telah Tiada sejak Hiromi menginjak usia 14 Tahun karena Hiromiro menyelamatkan Hiromi dari tabrakan mobil.

Halilintar dan Taufan masih terdiam, keheningan mulai melanda suasana di dalam ruang rawat inap itu sampai Halilintar memecahkan keheningan itu

"Hiromi.. Kalau mau lerai pertengkaran kita, jangan ungkit masa lalu. Bukannya apa, kasian kamu yang udah susah payah ngelupain tapi malah keinget lagi cuma gara-gara masalah kecil" Ucap Halilintar

"Ngga, kok. Ngga apa-apa. Aku cuma ga mau kalian kepisah, Aku ga mau kalian ngerasain kaya yang aku rasain" Ujar Hiromi dengan tersenyum lembut

"Hiromi.. Semua orang juga akan pergi, setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Begitu juga denganku dan kak Hali, Entah aku atau kak Hali yang pergi lebih dulu nantinya, intinya kita hanya menikmati masa bersama-sama terlebih dahulu sebelum waktunya tiba" Jelas Taufan sambil menepuk pundak Hiromi

"Benar juga katamu, tapi aku harap kalian dapat bersama sampai lama. Jujur, aku suka dengan kebersamaan kalian, sampe aku mikir kalo kejadian kaya gini terjadi apa yang terjadi dengan kalian, apakah kalian masih tetap menjaga satu sama lain atau tidak. Dan ternyata sesuai apa yang aku pikirkan kalian akan tetap bersama" Jelas Hiromi

Halilintar hanya bisa tersenyum, Kemudian Taufan memeluk kakaknya dengan erat, Halilintar pun membalas pelukan Taufan. Hiromi hanya bisa melihat mereka sambil memasang senyuman manisnya.

-To Be Continued-

Haloo!

Jangan tanya kenapa jadi fast-update, cuma lagi gada kerjaan makanya lanjutkan cerita ini aja :>

Jujur, aku gatau mau akhirin chapter ini kaya gimana, tapi yaudahlah gini aja daripada ga berakhir :v

Yaudah, Sekian dari aku!
Tunggu chapter berikutnya ya!

MY TWIN [ Slow Up ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang