"Mama mama mama mama" seorang anak kecil yang kira kira berusia 5 tahun berlari penuh antusias masuk kedalam sebuah rumah.
Hap
"Ketangkap kamu. Kan udah mama bilang jangan lari-lari" Kim Jennie. Wanita yang emm, dapat dikatakan masih sangat muda untuk menjadi seorang ibu dari anak berusia 5 tahun. Masih 22 tahun, terbilang sangat muda bukan?
Dia menggendong putranya. Kim Yoonbin, anak laki-laki yang tentunya seperti kebanyakan anak lain. Yang pada usianya dipenuhi dengan antusiasme, ingin tahu banyak hal, ingin lebih banyak mengenal dunia.
"Mana oma? Kenapa masuk sendiri?" Jennie membawa Yoonbin duduk di sofa.
"Nggak tahu, tadi ben sama tante lisa" ucap Yoonbin cuek. Dia masih betah di pangkuan jennie.
"Loh, lisa?" Jennie meletakkan Yoonbin di sofa. Yoonbin sudah asyik makan sepiring biskuit yang tergeletak di meja.
Jennie Berjalan keluar rumah. Terlihatlah sahabatnya, Lisa yang sedang bersandar di mobilnya.
"Jen jen. Yoonbin nggak ada akhlak ya. Dah gue ajakin pulang, malah gue ditinggal" Ya, Lisa. Sahabat jennie yang sedari dulu bersama jennie. Mengetahui seluk beluk tentang kehidupan jennie. Yang tetap bersama jennie dalam suka maupun duka.
"Hehehe, maap ya Lis. Anak gue emang nggak berakhlak. Yuk masuk dulu" Jennie mempersilahkan Lisa masuk.
"Eh, bocil. Nggak mau masuk lo? Tadi aja pengen maen sama ben. Sekarang malah malu-malu, nggak usah sok malu lo" Lisa menarik paksa seorang bocah yang seumuran dengan Yoonbin dari dalam mobil. Bocah itu sedari tadi sembunyi.
Ketika melihat Jennie, bocah itu malah termenung. Tak berkedip, tak bergerak. Lisa curiga, bocah ini kesurupan.
"Malah bengong lu, kasih salam ke tante Jennie!" Suruh Lisa ketus.
"Eh eh, selamat sore tante Jennie" bocah itu membungkuk sopan, menyembunyikan semburat merah di wajahnya.
"Bukan gimana gimana ya ji ya. Ini masih siang! Jan ngadi ngadi deh lu" Lisa kembali mengomeli bocah itu.
"Siang jihoon. Yuk masuk" Jennie menggandeng tangan bocah yang dipanggil jihoon itu, membawa masuk kedalam rumah. Lisa mengekor dibelakang.
Entahlah, Jihoon sekarang sedang tersenyum malu-malu. Emm, apakah jihoon naksir jennie?
"Eeh mama, ben lupa kalo ada jihoon. Hehehe" Yoonbin menepuk dahinya pelan.
"Ben jahat ya sama jiun, katanya cuma mau ketemu tante jen didalam. Ini malah sekalian makan biskuit. Jiun nya dilupain" Jihoon mencomot sepotong biskuit, lalu melahapnya. Jihoon berlagak kesal dengan pipi yang dia gembungkan.
"Hehehe jiun. Maapin ben yaa. Ben janji ga akan ninggalin jihoon lagi" Yoonbin nyengir sambil menunjukkan dua jari ke arah jihoon.
"Promise ben?" Jihoon mengacungkan jari kelingking nya, ingin membuat pinky promise.
"Promise" balas Yoonbin menautkan jari kelingking mereka.
Lisa yang sedari tadi menggigit bantal sofa tak tahan dengan kegemasan dua bocil ini, akhirnya berteriak juga.
"Aaaaah, gemas banget liat kalian. Tolong" Pipi Yoonbin dan Jihoon jadi sasaran empuk Lisa.
Jennie yang melihat itu hanya tertawa maklum. "Bin, katanya pengen main. Sana ajak jihoon keatas" suruh jennie pada Yoonbin.
"Siap ma. Yuk ji" Yoonbin menarik tangan Jihoon. Mau main katanya.
"Kenapa anak gue bisa bareng lo lis?" Jennie menginterogasi Lisa, tadi belum sempat.
"Tadi gue ketemu mama lo. Keliatannya buru-buru sih. Jadi gue tawarin aja buat jemput Ben. Gue juga disuruh kak Jisoo buat jemput Jihoon" ucap lisa acuh, ia ikut memakan biskuit yang tadi dimakan Yoonbin Jihoon.
"Ooh gitu" jennie hanya ber oh ria. Tiba-tiba suasana menjadi canggung, Lisa merasakan atmosfer itu. Tidak biasanya begini. Bahkan jennie sudah menunduk, tanda ada yang salah.
"Kenapa jen?" Lisa menepuk pelan pundak jennie. Hei lihat, bahkan jennie sudah berlinang air mata kini.
"Heh kok nangis??" Lisa segera mendekap tubuh Jennie. Membiarkan Jennie menangis di bahunya.
"Gue gak mau lagi ngerepotin mama Lis. Udah cukup gitu aja, nanti selesai wisuda gue bakal langsung cari kerja. Yoonbin juga bakal masuk sekolah" Jennie masih terisak, Lisa hanya mengangguk memaklumi. Berada di posisi Jennie, tidaklah mudah. Kira-kira itulah isi pikiran Lisa.
"Lo bebas lakuin apapun kehendak lo, lo dan Ben pantas bahagia Jen. Don't let other people take away your happiness. however, you can share happiness with others. Seperti prinsip lo sejak dulu jen. Jangan pikirin lelaki itu lagi, liat aja! Dia bahkan nggak mikirin lo sama sekali" Jennie mengangguk, bercerita kepada Lisa memang pilihan tepat.
"Gue nggak mau Yoonbin sedih lagi. Karena Yoonbin bukan pengorbanan gue. Dia pemberian Tuhan buat gue" Jennie menyeka tetes terakhir yang jatuh dari matanya. Membuatnya terlihat kuat, meski tidak begitu sebenarnya.
Lisa tersenyum bangga. Jennie-nya telah dewasa kini. Tidak, jennie sudah lebih dewasa. Setidaknya, untuk dirinya dan anaknya sendiri.
"You can do it jen. I believe".
***
Tbc
17 Februari 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
My Precious Mom
FanfictionYang Yoonbin tahu, sejak dia lahir dia hanya punya ibu. Ia tak pernah punya sosok ayah. Begitupun Jennie, menutup sang ayah dari putranya. Namun, bisakah hati Yoonbin berbohong? Bisakah ia menampik bahwa ia rindu ayahnya? Story about Jen and Ben Je...