Eternal Love

686 79 173
                                    

15/02/2021
©liuphoria
- angst, fantasy, supernatural
- warning : slight mention of bloods
- 3500+ words

***

Jam menunjukkan pukul tiga sore. Stasiun subway cukup ramai. Penumpang silih berganti. Ada yang pulang dari kerja atau sekolah, ada juga yang baru saja mau berangkat.

Di antara keramaian itu, seorang laki-laki masih dengan setelan kantornya, hanya diam bersandar di pilar. Entah apa yang ia tunggu, pria awal tiga puluhan itu terus menatap arlojinya.

"Aku sudah berangkat dari rumah." Sebuah suara terdengar di antara kebisingan, yang anehnya mampu menyita perhatian pria tadi.

Pria bersurai hitam itu menoleh. Matanya sedikit melebar, menatap pemuda familiar yang terus berjalan sambil berbicara dengan ponselnya.

Namun, ia tak juga memanggil. Ada sesuatu yang terasa menahan sekujur tubuhnya. Ia membiarkan pemuda itu masuk ke gerbong.

Pemuda yang masih asyik dengan ponselnya, merasakan sesuatu dalam radarnya. Begitu masuk, ia menyempatkan diri menoleh ke pintu. Tiba-tiba, waktu terasa berhenti.

Ia melihatnya. Pria itu. Wajah yang sangat tidak asing, yang juga balas menatapnya. Refleks, pemuda bersurai emas itu maju, tetapi pintu terlanjur tertutup.

Terakhir, segerombol orang lewat, menghalangi pandangnya. Lalu sosok pria itu raib.

"Dejun? Kau mendengarku, tidak?"

Kesadarannya kembali. "Ah, iya. A-aku tutup telponnya. Kita bicara lagi nanti. Dah."

Pemilik nama Dejun itu mengambil tempat duduk. Pikirannya masih pada pria tadi. Sampai tiba-tiba seorang wanita tua menepuk pundaknya.

"Kau baik-baik saja?"

Dejun tergugu. "Iya ... memangnya aku kenapa?"

"Kau menangis."

"Hah? Oh ... aku t-tidak apa-apa." Tangannya dengan cepat mengusap jejak air di wajahnya. Meski pikirannya masih sibuk, rautnya menyiratkan kebingungan.

Kenapa aku menangis? Laki-laki tadi ... siapa dia? Apa aku pernah bertemu dengannya?



***



"Aku menemukannya."

Pria surai hitam itu terlihat berbicara pada sebuah lilin di depannya. Lilin itu menjadi satu-satunya penerangan di ruangan itu.

Lalu, terdengar suara langkah kaki dan gemerincing rantai. Suara itu semakin mendekat bersamaan dengan angin halus yang bertiup. Tak ada wujud, tetapi ia yakin sosok itu telah datang.

"Setelah nyaris seratus tahun, ya?" Suara halus yang lain terdengar. "Kau yakin itu orangnya?"

"Ya. Dia juga menyadari keberadaanku."

Terdengar helaan napas. "Baguslah. Aku tidak perlu terjebak dalam neraka ini lebih lama lagi."

"Tapi dia masih terlalu muda."

"Kenapa kau memedulikannya?"

Tak ada jawaban.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

h e n x i a oTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang