𖥻 Pertama.

4.9K 689 209
                                    

"Eh, ntar malam minggu nih pada ada rencana mau kemana?" Tanya Januar, ia tersenyum melirik Sastra dan Juan secara bergantian sembari menggoyangkan kedua alisnya. Ketiga pemuda itu sedang berada di kantin kampus untuk mengistirahatkan otak sehabis menyelesaikan kelasnya.

Juan yang sedang menyeruput es jeruk miliknya, kini berhenti dan melirik kearah Januar. "Kalau gua mah seperti biasa, gua bakal malam mingguan sama pacar gua yang cantik siapa lagi kalau bukan Gladys." Katanya.

Januar menghela nafas, menatap malas pada Juan yang sedang tersenyum bangga sebagai pacar idaman. Juan itu tipikal pria bucin, ia akan menghabiskan waktu bersama pacarnya jika memiliki waktu luang. Harusnya Januar tidak perlu menanyakan hal itu pada Juan.

Lalu Januar pun beralih menatap Sastra,

"Kalau lo, Sas, mau kemana malam minggu kali ini?"

"Yaelah, Jan. Kayak lo nggak tahu si Sastra aja.." Celetuk Juan sambil melirik Sastra yang berada di sebelahnya sedang sibuk dengan laptopnya.

"Nggak kemana-mana," Jawab Sastra tanpa melirik Januar dan fokus menatap layar laptopnya. "Menghabiskan sepanjang malam di rumah lalu rebahan."

Juan tertawa mendengar ucapan Sastra. Kalimat yang di ucapkan kawannya itu sudah di duga oleh Juan sejak awal akan terucap dari mulut seorang Sastra yang tidak peduli dengan dunia malam. Sedangkan Januar, ia menyesal menanyakan itu pada kedua sahabatnya

Karena yang satunya bucin dan yang satunya pemalas.

Januar menggelengkan kepala, menatap prihatin kearah Sastra. "Cari cewek dong Sas, mau sampai kapan lo kayak gini mulu?" Perkataannya mendapat persetujuan dari Juan. Sudah lama mereka itu ingin Sastra segera memiliki pacar, karena pemuda itu tidak pernah berpacaran bahkan sekali.

"Mending lo lupain apa yang terjadi di masalalu, sekarang waktunya lo membuka lembaran yang baru." Saran Juan sembari menepuk pundak Sastra.

"Bener kata Juan, gua bakal bantuin lo cari pacar deh tenang aja!" Ucap Januar, penuh semangat.

Sastra yang sejak tadi sibuk dengan laptopnya kini melirik kawannya satu persatu dengan tatapan malas. Ia menyenderkan tubuhnya di kursih dengan melipat kedua tangan di depan dada. "Udahlah, saya nggak mau terlalu ngurusin masalah begituan. Tugas kuliah udah jadi beban yang berat buat saya, jangan tambahin sama perempuan juga."

"Saya nggak mau mikirin masalah percintaan segala."

"Wah Sastra," Januar menatap tak percaya pada Sastra saat mendengar ucapan pemuda itu. Sastra sampai menatap heran padanya, "Lo nggak boleh gitu. Lo pernah dengerkan, kalimat di balik laki laki yang sukses ada perempuan hebat di belakangnya!"

"Masa lo nggak mau punya perempuan hebat dalam hidup lo untuk nemenin lo menjadi pria yang sukses."

"Emangnya begitu yaa? Saya nggak pernah denger.." Jawab Sastra, menatap Juan dan Januar secara bergantian dengan wajah polosnya.

Januar memutar bola matanya, mulai malas meladeni Sastra jika pemuda itu kembali dengan tingkahnya yang terkadang terlalu polos. Sedangkan Juan memilih melanjutkan menikmati minumannya tanpa menghiraukan Sastra yang menatapnya seolah meminta penjelasan.

"Makanya, otak lo itu jangan di pakai buat belajar, rebahan, sama foto foto doang. Sesekali kasih otak lo kesempatan buat refreshing biar dia paham sama dunia luar.." Kata Januar, Sastra hanya cengengesan sembari menggaruk tengkuknya.

"Tahu tuh, keluar malam mingguan dong makanya biar nggak kaku kayak kanebo, terus otak lo jadi lancar dikit!"

Dengan wajah cukup serius, Sastra menatap Juan. "Memangnya hari lain nggak bisa buat otak lancar yaa, Ju? Harus banget malam minggu? Saya malas keluar malam mingguan, macet karena orang pacaran."

Lentera & Sastra.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang